Bermula dari Internet, Produk Rotan Tangerang Ekspor ke Mancanegara

Produk rotan itu berhasil diekspor ke banyak negara

Tangerang, IDN Times – Desa Curug Kulon Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, memiliki sejarah panjang terkait kerajinan rotan. Di desa tersebut sebagian besar masyarakatnya merupakan pengerajin rotan. Namun seiring perkembangan infrastruktur dan masuknya berbagai industri, tidak sedikit masyarakat mulai meninggalkan salah satu kerajinan khas Kabupaten Tangerang tersebut.

Minimnya bahan baku rotan, minat pembeli yang sedikit, dan harga jual yang murah, menjadi alasan masyarakat meninggalkan rotan dan beralih menjadi pekerja industri di sekitar Kecamatan Curug. Kendati demikian, di tangan Marcel, 30 tahun, kerajinan rotan mulai tumbuh kembali setelah mati suri sejak 10 tahun lalu.

Marcel mulai menekuni bisnis kerajinan rotan sejak 2009. Dia menggandeng para pengerajin rotan untuk kembali membuat berbagai produk. Ketidaksengajaannya mencari informasi di internet membawa produk rotan itu ke pasar internasional, hingga meraih penghargaan Primaniyarta dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2018.

Industri Kecil Menengah (IKM) Marcel mampu bersaing dengan lima perusahaan ekspor lainnya di Provinsi Banten.

Baca Juga: Stadion Megah di Tangerang Senilai Rp 120 M Akan Rampung Tahun Depan!

1. Bermula dari belajar di internet, Marcel kembangkan rotan hingga diminati pasar luar negeri

Bermula dari Internet, Produk Rotan Tangerang Ekspor ke MancanegaraIDN Times/Candra Irawan

Marcel mengatakan, krisis moneter yang terjadi pada 2008 membuatnya memutuskan untuk mengembangkan sentra kerajinan rotan di Kecamatan Curug, meskipun pada saat itu Marcel tidak memiliki kemampuan sama sekali sebagai pengerajin rotan.

Marcel memilih untuk mengembangkan rotan dengan belajar melalui informasi di internet, mulai dari mencari beragam model hingga jenis rotan yang ada.

“Kita resmi start secara izin di tahun 2012, pada waktu itu saya iseng-iseng saja dapat inspirasi rotan dan terus mencoba-coba karena di sini banyak pengerajinnya pada waktu itu. Akhirnya kita coba untuk memasarkan kerajinan rotan kita ini ke luar negeri, ternyata animonya bagus,” jelas Marcel saat ditemui IDN Times, Selasa (3/12).

2. Pasar luar negeri lebih suka produk bernuansa alam

Bermula dari Internet, Produk Rotan Tangerang Ekspor ke MancanegaraIDN Times/Candra Irawan

Pria yang memiliki keahlian di bidang Teknologi Informasi itu mengaku, keberhasilannya mempertahankan para pengerajin rotan hingga saat ini dari pengembangan material-material rotan, dan menganalisa dari berbagai produk yang ada di Indonesia.

“Contohnya yang keranjang cokelat itu namanya sarang buaya, itu banyak orang yang gak mau, selain itu proses pembuatannya juga cukup sulit. Produk rotan di sini lebih disukai oleh orang luar negeri dibandingkan dengan pasar lokal. Karena pasar luar itu mereka lebih memilih untuk kembali ke nature atau warna alam,” ujarnya.

3. Pengerajin rotan di Tangerang hanya tersisa 80 orang

Bermula dari Internet, Produk Rotan Tangerang Ekspor ke MancanegaraIDN Times/Candra Irawan

Menurut Marcel, sampai saat ini di Kecamatan Curug, pengerajin rotan yang tersedia hanya 80 orang saja dan mereka seluruhnya berkontribusi di IKM milik Marcel. Jumlah itu sewaktu-waktu dapat berkurang karena berbagai alasan, seperti sulitnya bahan baku saat ini di Kabupaten Tangerang.

"Untuk sekarang 100 persen dari luar seperti daerah Jambi, Samarinda, Banjarmasin, dan Cirebon. Tetapi kalau pengerajin itu, dulu di sini pusatnya rotan, namun seiring berjalannya waktu pengerajin itu pindah ke kota lain,” ucapnya.

4. Per bulan mampu ekspor 10 kontainer rotan ke luar negeri

Bermula dari Internet, Produk Rotan Tangerang Ekspor ke MancanegaraIDN Times/Candra Irawan

Marcel menambahkan, hingga saat ini produk rotan khas Kabupaten Tangerang itu sudah diekspor ke negara Belanda, Inggris, Jerman, Denmark, Italia, Australia, dan Amerika. Rata-rata Marcel bersama pengerajin rotan mampu mengekspor 10 kontainer.

“Rata-rata per bulan kita hitungnya per kontainer dua sampai lima persen, dan itu bervariasi ada yang Rp20 juta dan kadang hanya Rp5 juta. Gak besar keuntungannya sebenarnya, lebih banyak pengabdian,” ucap Marcel.

Baca Juga: 12 Potret Wanita Tangguh Pengrajin Rotan Katingan, Kalimantan Tengah

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya