Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi malware (pexels.com/Antoni Shkraba)
Ilustrasi malware (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tangerang, IDN Times - Serangan siber semakin canggih di era digital. Baru-baru ini marak kasus penipuan dengan mengirim link undangan pernikahan, nomor resi paket kiriman, tunggakan iuran BPJS Kesehatan, hingga suray tagihan pajak yang ternyata berisi virus atau malware yang bisa membaca SMS kode OTP dari akun mobile banking.

David Formula, Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA mengungkapkan, usai pandemik COVID-19 mewabah, isu serangan siber memang semakin banyak. Hal tersebut, lantaran banyak pekerja yang menggunakan teknologi saat COVID-19 lantaran bekerja dari mana saja.

"Makanya saat COVID isu data link, hack, dan lain-lain makin naik, dilihat sisi perbankan ada 4 yang jadi serangan siber, seperti ransomware, DDoS, hingga malware," kata David, Sabtu (22/2/2025).

1. Tips melindungi akun bank dari terkena bajak

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Sementara itu, Adrian Wagimin, Head of Contact Center Digital Services BCA mengungkapkan, pihaknya terus menyebarkan kewaspadaan kepada para nasabah terkait modus-modus penipuan, terutama yang bisa membahayakan akun bank nasabah.

"Karena keamanan akun bank, 88 persen karena kesalahan manusia, makanya kami juga harus mengedukasi masyarakat secara keseluruhan," jelasnya.

Adrian mengungkapkan, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan oleh pengguna agar tidak terkena serangan siber ke akun bank di ponsel. Yakni jangan mengunduh aplikasi tidak resmi. Sebaiknya mengunduh aplikasi yang hanya berada di playstore maupun appstore.

"Lalu, yang kedua selalu update software perangkat ke yang terbaru, karena di update tersebut biasanya keamanan juga ditingkatkan," ungkap Adrian.

Kemudian, yang ketiga, jangan percaya dengan pesan yang masuk mengaku dari seseorang ataupun sebuah pihak. Usahakan tidak panik saat menerima sebuah pesan, jeda sejenak untuk bisa berpikir jernih, dan mulai menghubungi nomor resmi pihak tertentu.

"Kalau mengaku dari BCA, maka jangan klik link apapun karena customer service BCA tidak mengirim pesan berupa link, dan langsung hubungi customer service melalui aplikasi Hallo BCA karena bebas pulsa, hanya butuh paket data aktif," tuturnya.

Keempat, jangan pernah membagikan data pribadi apapun kepada pihak manapun, misalnya username dan password mobile banking maupun kode OTP. Jika sudah terlanjur memberikan atau mengisi username dan password bukan di situs resmi, matikan paket data agar kode OTP tidak masuk.

"Karena, data-data tersebut bisa membuat nasabah kehilangan akses ke akun mobil bankingnya dan diambil alih oleh hacker," ungkapnya. 

2. Laporkan penipuan melalui aplikasi Hallo BCA bebas pulsa

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Selain itu, Adrian mengungkapkan, pihaknya juga membuat analisis terhadap akun-akun bank yang terindikasi sebagai rekening tampungan untuk dana hasil penipuan. Makanya, bank swasta tersebut bisa membekukan akun yang dilaporkan melakukan pidana penipuan terhadap nasabah lainnya.

"Sehingga, jika nasabah merasa mengalami penipuan, bisa langsung menelepon customer service dan menjelaskan kronologi, nantinya akan dibekukan jika kronologi terbukti penipuan," ungkapnya.

3. Ada empat miliar serangan siber terjadi di perbankan pada tahun 2024

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

David juga mengungkapkan, terdapat 3 sampai 4 miliar serangan siber pada tahun 2024 yang diterima Bank BCA. Namun, hingga saat ini belum pernah ada yang berhasil menjebol pertahanan sibernya.

Satu serangan yang sering menyerang, adalah DDoS yakni serangan siber yang mengganggu layanan jaringan dengan membanjiri server, jaringan, atau situs. Serangan ini dapat membuat situs menjadi lambat, tidak dapat diakses, atau bahkan offline. 

"Tapi walaupun trafficnya banyak tapi sistem kita masih stabil di angka 30-32 juta akses dan transaksi perhari Rp140juta sampai Rp180 juta, jadi kami melakukan kalkulasi kalau traffic naik kita langsung menaikkan sistem juga," jelasnya.

Selain itu, terdapat juga serangan malware, di mana hacker mencoba masuk ke sistem M-BCA. Namun, David mengungkapkan pihaknya telah memiliki standar yang juga diatur oleh regulator dan juga mengikuti standar keamanan siber internasional. 

"Kami juga bekerjasama dengan OJK, Bank Indonesia, juga provider internasional, sehingga jika mendapat serangan dan bisa dideteksi alamat IP dan server yang digunakan kami bisa minta blokir agar pihak lain juga tidak kena," jelasnya.

Editorial Team