Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi masyarakat desa (pexels.com/Tom Fisk)

Intinya sih...

  • Mudik ke kampung halaman menjelang lebaran mulai dirasakan banyak orang di Tanah Air.
  • Kehidupan di desa memberikan pengalaman yang berbeda, seperti memasak dengan kayu bakar dan memiliki lahan kosong yang luas.
  • Di desa, harga bahan makanan lebih terjangkau, kualitas air sumur lebih baik, dan alat transportasi tradisional masih digunakan.

Lebaran tinggal menghitung hari. Apakah kamu mudik lebaran kali ini? 

Sebagian orang mulai merencanakan mudik ke kampung halaman. Ini adalah fenonema yang ada di Tanah Air saat Idulfitri menjelang. 

Pulang ke kampung halaman tidak selalu berarti daerah asalmu masih pedesaan. Sebab merantau juga gak harus dari desa ke kota besar. Ada orang yang hanya merantau ke daerah lain yang kemajuannya hampir sama. Namun, jika dirimu mudik dari kota besar ke desa pasti lebih mengesankan.

Kamu seperti memasuki lorong waktu dan kembali ke masa lalu. Setelah beberapa tahun berlalu mungkin memang ada perubahan di sana. Akan tetapi, banyak hal menarik boleh jadi masih sama seperti dahulu. Untukmu yang sudah penat dengan kehidupan serba cepat, penuh tekanan, serta tuntutan gaya hidup di kota; menepi sejenak di kampung akan sangat melegakan.

Waktumu bakal terasa melambat. Slow living tidak hanya ada di konten-konten media sosial. Kamu dan keluarga dapat merasakan langsung kehidupan bersahaja di desa yang bikin nyaman. Apa sajakah itu? Tujuh hal di bawah ini mungkin cocok dengan suasana di rumah orangtua atau kakek dan nenekmu.

1. Memasak dengan kayu bakar menghasilkan aroma khas

ilustrasi dapur (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Kompor gas boleh saja menjadi teknologi yang biasa kamu temui di kota-kota besar. Namun, ketika kamu pulang kampung, belum tentu kamu bisa menemukan kompor gas loh.

Di beberapa rumah biasanya masih ada tungku untuk memasak dengan kayu bakar. Tungku ini sering dipakai buat memasak porsi besar seperti ketika akan ada acara, termasuk kumpul lebaran.

Generasi di atasmu yang sejak muda terbiasa memasak menggunakan kayu bakar biasanya merasa pengaruhnya pada rasa masakan besar. Kamu pun dapat merasakan aroma sangit yang khas dari setiap masakan bahkan air yang dimasak dengan kayu bakar.

Di kota, dirimu barangkali cuma bisa menikmati aroma terbakar seperti ini ketika membeli makanan tertentu. Misalnya, nasi bakar dan sate.

2. Beberapa bahan makanan tinggal ambil di halaman

ilustrasi makan bersama (pexels.com/Quý Nguyễn)

Seiring waktu bisa saja banyak lahan kosong di kampung halamanmu telah menjelma menjadi berbagai bangunan termasuk minimarket. Namun, warga asli dan berusia lanjut kerap tidak mudah untuk melepas sebagian tanahnya. Maka tak mengherankan apabila di desamu masih banyak rumah dengan halaman yang cukup luas.

Kalau rumah orangtua atau kakek dan nenekmu juga memiliki halaman luas, sebagian kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan mudah. Ada tanaman sayuran dan buah-buahan yang ditanam di sana.

Kapan saja kamu perlu memasak, tak harus pergi ke pasar dulu. Petik saja sayuran yang ada di halaman. Gak cuma sayuran serta buah, boleh jadi di rumah orangtua atau kakek dan nenekmu juga ada kolam ikan buat sumber protein.

3. Sisa makanan langsung buat ayam

ilustrasi ayam (pexels.com/Avinash reddy Kosna)

Ayam menjadi hewan yang sering dipelihara masyarakat di desa. Alasannya, selain perawatannya mudah, daging dan telurnya bisa dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Kalau bukan peternakan skala besar, ayam-ayam biasanya hanya diumbar di pekarangan. Atau, kandangnya cuma kurungan.

Uniknya, dengan masih banyak ayam yang berkeliaran, sisa-sisa makanan tidak pernah menjadi masalah besar. Kamu tak perlu repot-repot membuatnya menjadi kompos. Sisa makanan dapat langsung ditebarkan di pekarangan dan disambut ayam-ayam yang seperti selalu lapar. Bukan cuma sisa nasi yang diburu, kamu pun sampai bingung melihat ayam hidup menyantap sisa ayam goreng atau ayam opor.

4. Pemandangannya indah

ilustrasi hamparan sawah (pexels.com/Tom Fisk)

Indahnya pemandangan di desa barangkali menjadi salah satu penyebab kamu selalu bersemangat untuk mudik. Di kota besar pemandangan alam yang terhampar luas hanya bisa dinikmati lewat tayangan televisi atau lukisan. Namun, di desa semua itu nyata dan mudah sekali diakses. Bukan cuma sawah yang identik dengan pedesaan.

Pekarangan bahkan hutan juga masih ada. Belum lagi tambak-tambak yang membentang luas bila kampungmu di daerah pesisir. Ada juga gunung yang tampak jelas ketika langit cerah. Di kota, ke mana pun mata tertuju selalu terhalang bangunan-bangunan tinggi dan rapat. Lukisan pemandangan memang dapat dibeli. Namun, tidak dengan merasakan langsung udara bersih dan angin yang sepoi-sepoi.

5. Biaya hidup lebih murah daripada di kota

ilustrasi pasar (pexels.com/setengah lima sore)

Tentu tidak semua hal lebih murah di desa daripada di kota. Contohnya, biaya transportasi yang boleh jadi lebih mahal di desa karena keterbatasan alat transportasi massal. Akan tetapi, harga bahan makanan dan masakan matang relatif lebih terjangkau. Alasannya, banyak kebun sayur, buah, dan sawah di sana.

Ikan air tawar mudah dibudidayakan sebab lahannya pun luas. Ikan laut dan air payau juga gampang diperoleh bila kampungmu dekat laut. Di warung makan, dengan uang 50 puluh ribu rupiah kamu mungkin bisa membeli makanan dan minuman buat 4 sampai 5 orang. Misalnya, nasi soto dan teh panas.

Sementara di kota besar, uang itu habis cuma buat satu orang. Memang menu yang dinikmati berbeda, tetapi di desa harga makanan hanya di kisaran itu. Makanan tidak bisa dihargai lebih tinggi karena menyesuaikan dengan daya beli masyarakatnya. Lain dengan di kota besar, mencari makanan mahal lebih mudah daripada makanan murah yang tetap enak dan bersih.

6. Air sumurnya bersih dan melimpah

ilustrasi air sumur (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Kualitas air sumur di desa biasanya juga jauh lebih baik daripada di perkotaan. Tentu tanpa menafikan adanya desa-desa yang selalu mengalami kekeringan. Namun, umumnya air sumur di desa masih melimpah dan bersih karena alamnya juga terjaga.

Air hujan meresap ke tanah sehingga sumur tidak pernah kering. Paling air sumur hanya menjadi lebih dalam saat kemarau. Sementara itu, air sumur bertambah tinggi ketika musim hujan. Airnya tidak hanya layak buat mandi, tetapi juga dimasak dan menjadi air minum.

Kamu bisa lebih hemat dibandingkan hidup di kota yang mesti membeli air bersih buat berbagai keperluan.

7. Masih ada alat transportasi tradisional

ilustrasi becak (pexels.com/febri visual)

Di kota besar, alat transportasi tradisional kian tersisih bahkan dilarang. Contohnya, becak. Sementara di desa, alat transportasi ini masih mendapatkan tempat di tengah masyarakat. Ada daerah yang hanya memperbolehkannya melintas di jalan-jalan tertentu.

Namun, di kampung halamanmu yang masih agak sepi becak malah menjadi alat transportasi yang banyak diminati. Kamu dapat menaikinya sembari bernostalgia sekaligus memperkenalkan anak dengan alat transportasi yang satu ini. Sebagian becak mungkin tak lagi dikayuh, melainkan sudah memakai motor. Akan tetapi, tetap saja becak kayuh atau becak motor belum tentu ada di kota tempatmu merantau.

Pulang kampung selalu berkesan karena kamu lahir serta besar di sana. Pasti ada banyak cerita lama yang terlintas kembali setibanya dirimu di rumah orangtua atau kakek dan nenek. Siapkan liburanmu sejak sekarang dan nikmati setiap momennya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team