Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kampung Baduy (https://kemenparekraf.go.id)

Intinya sih...

  • Seren Taun, tradisi masyarakat Sunda yang lestari dan memiliki nilai spiritual, religius, dan sosial yang mendalam.
  • Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dengan harapan kesuburan di masa depan.
  • Rangkaian prosesi Seren Taun dilakukan pada bulan Rayagung dan mencakup berbagai ritual simbolis serta pertunjukan seni tradisional.

Seren Taun menjadi salah satu tradisi penting masyarakat Sunda yang masih lestari hingga saat ini. Mengenal tradisi Seren Taun jadi hal yang menarik, lho. Gak cuma bentuk perayaan biasa, tradisi ini juga mengandung ritual adat dengan nilai-nilai spiritual, religius, dan sosial yang mendalam.

Sebagai salah satu tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, Seren Taun gak hanya memiliki makna sakral, tetapi juga menjadi daya tarik budaya bagi masyarakat luas. Selain itu, Seren Taun juga menjadi ajang silaturahmi bagi warga desa serta wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan budaya Sunda secara langsung.

Di Banten, suku pedalaman di Lebak, yakni Baduy, juga melaksanakan tradisi Seren Taun ini. 

Lalu, bagaimana sejarah dan rangkaian prosesi dalam Seren Taun? Simak penjelasan di bawah ini.

1. Makna dan sejarah Seren Taun

Suku Baduy melaksanakan tradisi Seren Taun (ANTARA/Mansyur Suryana)

Istilah "Seren Taun" berasal dari bahasa Sunda, yaitu "seren" yang berarti menyerahkan atau mempersembahkan, dan "taun" yang berarti tahun.

Secara harfiah, Seren Taun dapat diartikan sebagai penyerahan hasil panen dari tahun yang telah berlalu ke tahun yang akan datang. Bisa dibilang, tradisi ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas berkah yang diberikan, sekaligus harapan agar hasil pertanian tetap melimpah di masa depan.

Tradisi Seren Taun telah ada sejak zaman dahulu dan masih terus dilestarikan oleh masyarakat Sunda, khususnya di pedesaan. Seren Taun gak cuma berfungsi sebagai perayaan panen, tetapi juga sebagai ritual untuk mempererat hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta, lho.

Oleh karena itu, dalam prosesi Seren Taun, terdapat berbagai simbol yang mencerminkan penghormatan kepada leluhur serta harapan akan kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah.

2. Waktu dan tempat pelaksanaan

Kampung Baduy (https://kemenparekraf.go.id)

Seren Taun biasanya dilaksanakan pada bulan Rayagung dalam kalender Sunda, tepatnya antara tanggal 18 hingga 22. Bulan Rayagung adalah bulan terakhir dalam kalender Sunda-- yang menandai pergantian tahun dan awal siklus baru dalam kehidupan pertanian masyarakat Sunda. Oleh karena itu, Seren Taun menjadi momen yang sangat dinantikan oleh para petani dan masyarakat adat.

Beberapa desa di Jawa Barat yang rutin menggelar tradisi Seren Taun, antara lain Desa Cigugur di Kabupaten Kuningan, Kasepuhan Banten Kidul di Kabupaten Sukabumi, Desa Sindang Barang di Kabupaten Bogor, Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara di Banten, tradisi ini masih dilestarikan Suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes di Kabupaten Lebak.

Guys, setiap daerah memiliki variasi dalam prosesi Seren Taun, namun pada dasarnya tetap memiliki inti yang sama, yaitu ungkapan rasa syukur dan doa untuk keberkahan di masa mendatang.

3. Rangkaian ritual dalam Seren Taun

Suku Baduy melaksanakan tradisi Seren Taun (ANTARA/Mansyur Suryana)

Rangkaian ritual dalam Seren Taun ini terbilang panjang, meski begitu, event ini sangat menarik untuk diikuti, kok. Setiap ritual mempunyai makna yang dalam, lho. Berikut rangkaian ritualnya:

1. Neteupken

Neteupken adalah tahap awal dalam prosesi Seren Taun, di mana para tetua adat dan tokoh masyarakat berkumpul untuk menentukan tanggal pelaksanaan upacara. Ritual ini dilakukan melalui doa dan musyawarah yang berlangsung di malam hari. Keputusan yang diambil dalam Neteupken dianggap sebagai hasil petunjuk dari leluhur dan harus dipatuhi oleh seluruh warga desa, lho.

2. Ngembang

Setelah tanggal pelaksanaan ditetapkan, ritual selanjutnya adalah Ngembang, yakni ziarah ke makam para leluhur. Para pemuka adat mengunjungi makam leluhur untuk memberikan penghormatan dan mengumumkan akan diadakannya Seren Taun. Ritual ini mencerminkan keyakinan bahwa leluhur masih memiliki peran penting dalam menjaga kesejahteraan masyarakat.

3. Damar Sewu

Damar Sewu merupakan prosesi pembukaan yang dilakukan pada tanggal 18 Rayagung. Dalam ritual ini, ribuan lampu atau lentera dinyalakan sebagai simbol penerangan jiwa dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Cahaya dari lentera ini dipercaya dapat mengusir kegelapan dan membawa keberkahan bagi seluruh warga desa.

4. Pesta Dadung

Pesta Dadung dilaksanakan pada tanggal 19 Rayagung dan menjadi salah satu bagian yang paling menarik dalam Seren Taun. Dalam ritual ini, para petani mempersembahkan tali dadung, yaitu tali yang digunakan untuk mengikat hewan ternak, sebagai simbol penghormatan terhadap profesi petani dan peternak. Ritual ini juga merupakan bentuk doa agar hasil pertanian dan peternakan selalu terjaga dari gangguan hama dan bencana.

5. Malam Kidung Spiritual

Pada malam sebelum puncak acara, yaitu tanggal 21 Rayagung, masyarakat berkumpul untuk mengadakan Malam Kidung Spiritual. Acara ini diisi dengan doa, nyanyian, dan pembacaan mantra dari berbagai agama dan kepercayaan yang ada di desa. Ritual ini mencerminkan harmoni antara berbagai keyakinan dalam masyarakat Sunda, sekaligus menjadi doa bersama untuk keberkahan di tahun mendatang.

6. Puncak Seren Taun

Puncak acara Seren Taun berlangsung pada tanggal 22 Rayagung, nih. Pada hari ini, masyarakat mengadakan berbagai pertunjukan seni tradisional, seperti tari-tarian, pencak silat, dan wayang golek. Selain itu, ada prosesi Ngajayak, yakni persembahan hasil bumi kepada pemimpin adat sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan. Prosesi ini diakhiri dengan Babarit, yaitu doa dan lantunan mantra untuk keselamatan dan kesuburan tanah.

7. Buyung dan Seribu Kentongan

Setelah puncak acara, ritual Buyung dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Kesuburan, Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Tarian Buyung menjadi simbol rasa syukur dan harapan akan tanah yang subur. Acara ditutup dengan Seribu Kentongan, di mana seluruh warga berkeliling desa sambil membunyikan kentongan bambu sebagai simbol penutupan Seren Taun dan pengingat akan pentingnya menjaga tradisi leluhur.

Tradisi Seren Taun merupakan warisan budaya yang mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal, spiritualitas, dan kebersamaan. Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Sunda memiliki hubungan yang erat dengan alam dan leluhur.

Selain itu, Seren Taun juga menjadi daya tarik wisata budaya yang dapat memperkenalkan keunikan adat Sunda kepada dunia luar. Mari bersama-sama menjaga warisan budaya ini agar tetap lestari sepanjang masa!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team