Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan Hidup

Sayangnya, DBS belum di-cover BPJS Kesehatan

Tangerang, IDN Times - Penyakit parkinson merupakan salah satu gangguan neurologis atas syaraf yang umum terjadi pada orang dengan usia lanjut. Salah satu gejala yang utama adalah ada gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas). 

Gejala-gejala tersebut bakal semakin parah seiring dengan bertambahnya usia dan membuat penderitanya makin sulit melakukan aktivitas sehari-hari.

Selama ini, perawatan untuk penderita parkinson biasanya dilakukan dengan pemberian obat. Namun, sayangnya hanya bisa bertahan selama 5 tahun saja.

"Setelah lima tahun, biasanya obat sudah tidak berpengaruh lagi," kata Rocksy Fransisca V Situmeang, dokter spesialis saraf Siloam Hospital Lippo Village, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga: Cegah Obesitas, Warga Kota Tangerang Bisa Gunakan Poli Gizi Puskesmas

1. Terdapat prosedur baru yang lebih efektif untuk parkinson

Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan HidupIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Saat ini, kata Rocksy, terdapat prosedur baru yang bisa dilakukan untuk penderita parkinson. Prosedur ini pun bisa meningkatkan tingkat harapan hidup penderitanya. Prosedur baru tersebut yakni operasi pemasangan deep brain simulation (DBS).

"DBS ini adalah pemasangan stimulasi saraf di dalam otak, di mana melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak, yang kemudian diberi impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada syaraf," kata Rocksy.

Nantinya, elektroda ini terhubung ke generator yang ditanam di bawah kulit dada. Generator ini akan mengirimkan sinyal listrik ke otak yang membantu mengurangi gejala parkinson.

"Metode DBS adalah salah satu dari beberapa pengobatan yang tersedia untuk parkinson, di mana telah terbukti efektif mengurangi gejala," ujarnya.

2. DBS lebih efektif dan minim efek samping dibandingkan perawatan lain

Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan HidupIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Rocksy menuturkan, DBS merupakan salah satu tindakan yang efektif dan efisien serta minim efek samping untuk penderita parkinson. Di mana, DBS bisa lebih efektif dan lebih lama menurunkan intensitas gejala seperti tremor, kaku, gerakan lambat, dan ketidakmampuan untuk bergerak.

"Prosedur ini juga bisa mengurangi dosis obat yang biasanya dikonsumsi untuk mengobati penyakit parkinson. Dosis obat akan lebih sedikit sehingga bisa meminimalisir efek samping dari obat," jelasnya.

Selain itu, pemasangan DBS juga tidak mempengaruhi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Area otak yang distimulus terbatas pada lokasi tertentu yang mempengaruhi gerakan, sehingga tidak mempengaruhi fungsi otak lainnya. 

"Oleh karena itu pasien dapat menjalani kegiatan sehari-hari dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya," tuturnya.

Terapi DBS juga bisa terus efektif selama bertahun-tahun, dokter biasanya akan terus memeriksa rutin pasien untuk memastikan stimulasi pada DBS berjalan sesuai program yang ditetapkan.

"Terapi DBS juga mudah diatur sesuai kebutuhan pasien. Ketika suatu program dimulai, pasien bisa memantau hasilnya dan berbicara dengan dokter tentang tingkat stimulasi yang diperlukan," ungkapnya.

3. Terdapat syarat penderita parkinson bisa dilakukan prosedur DBS

Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan HidupIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Meski aman, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi penderita parkinson sebelum melakukan prosedur DBS tersebut. Hal tersebut agar DBS bisa efektif dan berjalan sesuai yang diharapkan.

"Pasien harus memiliki diagnosis parkinson, ditegakkan dengan jelas. Tipe parkinson lebih berat seperti parkinson refraktori dapat menjadi indikasi untuk menjalani terapi DBS," kata Rocksy.

Selain itu, pasien juga harus sudah mencoba dan memaksimalkan obat-obatan parkinson yang tersedia dan tidak memberikan pengobatan yang memadai dalam mengontrol gejala sehingga opsi bedah dipertimbangkan.

"Pasien juga mampu mentoleransi efek samping obat-obatan yang diberikan, karena jika tidak maka opsi bedah bisa dianggap sebagai alternatif," tuturnya.

Pasien pun, kata Rocksy, harus dalam kondisi stabil, di mana tidak memiliki penyakit media lain yang bertentangan dengan operasi DBS seperti epilepsi yang tidak terkontrol, terapi kanker sistemik, demensia, maupun depresi berat.

"Karena pasien harus memiliki kontrol agar alat yang dipasang tidak terlepas, usia pasien pun direkomendasikan tidak melebihi 75 tahun, namun diskusi antara pasien, dokter, dan keluarga menentukan," jelasnya.

4. Prosedur dilakukan dengan posisi pasien sadar

Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan HidupIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Sementara itu, Made Agus Mahendra Inggas, dokter spesialis bedah saraf Siloam Hospital Lippo Village mengatakan, proses pemasangan elektroda pada pasien diawali dengan pemeriksaan MRI. Pasalnya, hal tersebut membantu dokter menentukan area yang akan diberikan stimulasi.

"Prosedur berikutnya adalah pemasangan frame penyangga kepala, ini akan membantu mengamankan kepala pasien agar dapat dilakukan pemetaan otak yang lebih tepat," jelasnya.

Setelah frame dipasang, dokter akan melakukan pemetaan otak, hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi trajectories, di mana untuk menentukan rute yang tepat untuk memasukkan elektroda ke otak sehingga dapat dilakukan stimulasi. Prosedur ini dilakukan dengan pasien yang sadar penuh sehingga bisa diketahui perubahan terhadap pasien.

"Dokter akan memasukkan elektroda DBS ke otak melalui lubang kecil pada tengkorak. Elektroda kemudian dipasang melalui sebuah tabung khusus yang memungkinkan dokter untuk memasang elektroda tersebut dengan tepat dan terkendali," ungkapnya.

Setelah elektroda dipasang, dokter akan mengaktifkan stimulator yang berperan untuk mengirimkan sinyal elektrik yang melalui elektroda ke otak dan mempengaruhi sistem saraf yang mengendalikan gerakan.

"Dokter akan menentukan frekuensi optimal dan arus listrik yang diperlukan untuk mengendalikan gejala Parkinson," jelasnya.

Selanjutnya, pasien akan dimasukkan ke ruang pemulihan untuk dipantau oleh dokter dan tim medis. Pasien akan menjalani beberapa sesi pemrograman dan disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas fisik saat tangan dan kaki distimulasi oleh DBS.

"Berdasarkan data, tingkat keberhasilan prosedur ini sebesar 70-80 persen, namun tidak semua rumah sakit bisa melakukan tindakan ini, Siloam Hospital Lippo Village salah satu yang memiliki fasilitas dan kompetensi tenaga medis," ungkapnya.

5. DBS belum ditanggung BPJS Kesehatan

Prosedur Baru untuk Penderita Parkinson, Bisa Tingkatkan Harapan HidupIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Sayangnya, prosedur DBS belum ditanggung BPJS Kesehatan milik Pemerintah Indonesia. Hal tersebut pun membuat banyak pasien yang mengurungkan niatnya untuk mendapat treatment ini meski membutuhkan.

"Karena biayanya cukup mahal, sekitar 600 juta sekali tindakan, makanya kita ingin pemerintah lihat, kalau DBS ini penting untuk bisa dimasukkan ke dalam BPJS Kesehatan," ungkapnya.

Saat ini, pihaknya pun telah melakukan tindakan DBS terhadap sekitar 50 pasien penderita parkinson. Namun, banyak pasien parkinson yang berpotensi mendapatkan prosedur ini.

"Prosedur ini memang baru ada di Jakarta dan Surabaya, baru dua dokter bedah saraf yang bisa melakukan ini, tapi kalau sudah masuk BPJS pasti banyak dokter bedah saraf yang juga akan tertarik untuk belajar prosedur ini," katanya. 

Baca Juga: Pemkot Tangerang Punya Pengaduan Kekerasan Seksual, Jangan Ragu Lapor!

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya