TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hukum Gibah saat Sebelum atau Sesudah Berbuka Puasa

Menunda gibah saat puasa, lalu gibahnya pas buka puasa?

Apa kalau gibahnya sesudah berbuka puasa jadi gak batal puasanya? (pexels.com/keira burton)

 Bulan puasa adalah bulan penuh berkah dan pahala. Umat Islam dianjurkan memperbanyak amal kebaikan saat Ramadan. Islam sejatinya senantiasa selalu mengarahkan umatnya agar kerap berlomba-lomba dalam kebaikan.

Demi menjaga kesucian bulan puasa, terkadang ada perasaan bahwa lebih aman melakukan hal tidak baik setelah berbuka puasa hingga subuh, sedangkan siang berjuang mempertahankan keabsahan berpuasa. Salah satunya, gibah. 

Sebagian besar kita tentu menilai, gibah saat sedang berpuasa wajib dihindari. Nah, apakah ada yang terbersit pikiran "gibahnya nanti saja lah saat sudah buka puasa?

Apakah hal itu diperkenankan? Untuk mengetahuinya, simak pembahasannya dalam ulasan berikut!

Baca Juga: Kumpulan Doa saat Azan dan Ikamah, Waktu Mustajab Meminta pada Allah

1. Delapan hal yang dapat membatalkan puasa

Apa kalau gibahnya sesudah berbuka puasa jadi gak batal puasanya? (pexels.com/keira burton)

Sebelum membahas secara spesifik mengenai gibah, kamu perlu tahu, ada delapan hal yang dapat membatalkan puasa. Apa saja? 

Pertama, memasukkan sesuatu ke dalam rongga tubuh, memasukkan benda ke dalam dubur atau kubul, muntah dengan sengaja, berhubungan suami-istri di siang hari, keluar sperma, haid atau nifas, gila, serta murtad (keluar) dari Islam.

Nah, apakah gibah membatalkan puasa? 

2. Gibah atau bergosip ibarat halnya memakan bangkai saudara kita

Apa kalau gibahnya sesudah berbuka puasa jadi gak batal puasanya? (freepic.com/wayhomestudio)

Perlu kamu ingat bahwa Allah SWT mengibaratkan orang yang bergibah seperti memakan bangkai saudaranya. Jadi kegiatan bergosip atau gibah saat sedang berpuasa alangkah lebih baik jika dhihindari. Hal tersebut tertuang pada firman Allah dalam ayat berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

(Al-Hujurat ayat 12)

3. Gibah lebih baik dihindari. Gak mau kan puasanya jadi sia-sia?

Apa kalau gibahnya sesudah berbuka puasa jadi gak batal puasanya? (pexels.com/mikhail nilov)

Kendati tidak membatalkan keabsahan puasa, namun aktivitas gibah dapat melenyapkan pahala dan ganjaran baik dari ibadah puasa. Tak hanya sia-sia, gibah merupakan kegiatan yang tidak diperkenankan baik itu ketika sedang berpuasa, atau bahkan di hari-hari biasa. Berikut ada hadits yang dapat menguatkan pernyataan tersebut:

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur [perkataan tercela], mengamalkannya, atau tindakan bodoh, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa lapar dan dahaga,” (H.R. Bukhari).

“Banyak sekali orang yang puasa, namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar,” (H.R. Ibnu Majah).

4. Jaga lisan biar kamu gak kehilangan makna Ramadan!

Apa kalau gibahnya sesudah berbuka puasa jadi gak batal puasanya? (pexels.com/keira burton)

Dari Abu Umamah Al-Bahili berkata, telah bersabda Rasulullah  “Aku menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi siapa yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian tengah bagi siapa yang meninggalkan kebohongan sekalipun sedang bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian atasnya bagi siapa yang mulia akhlaknya.” (H.R. Abu Dawud no. 4800 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464).

Mengutip situs resmi Universitas Islam Indonesia, terdapat 3 poin penting dari hadits di atas:

  1. Mengenai orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar. Hal ini kurang lebih sama seperti dengan ilustrasi 1+1=5 sebelumnya, tinggalkan perdebatan maka jaminan rumah di surga bagian bawah akan diperoleh.
  2. Orang-orang yang memperoleh jaminan yang lebih tinggi yaitu rumah di surga bagian tengah bagi mereka yang meninggalkan perkataan bohong dan sia-sia terlebih jika kita dapat menjaga perkataan-perkataan buruk yang dapat memicu perdebatan.
  3. Ungkapan rumah di surga bagian atas yaitu bagi orang-orang yang berkata baik dan berbuat sesuatu untuk memberikan manfaat bagi lingkungannya karena akhlak yang mulia.

Baca Juga: Mengenal Masjid Kalipasir, Tertua di Kota Tangerang

Verified Writer

Anggun Tifani

Seorang Ibu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya