Pelestari Cina Benteng Dapat Penghargaan dari Kemendibud

Oey Tjin Eng merupakan pengurus kelenteng di Kota Tangerang

Kota Tangerang, IDN Times - Salah satu warga Kota Tangerang menerima penghargaan sebagai Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2023 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Dia adalah Oey Tjin Eng.

Oey Tjin Eng menerima penghargaan pada kategori pelestari untuk individu atas dedikasinya yang telah melestarikan tradisi dan budaya Cina Benteng.

Baca Juga: Pemkot Tangerang Buka Pendaftaran Pegawai PPPK, Ini Jadwalnya

1. Oey Tjin Eng senang karena dapat apresiasi dari pemerintah

Pelestari Cina Benteng Dapat Penghargaan dari KemendibudDok. Pemkot Tangerang

Oey Tjin Eng mengaku terharu atas penghargaan yang diterimanya ini. Setelah sekian lama, upayanya dalam melestarikan budaya akhirnya mendapat apresiasi.

Dia mengakui bahwa sebelumnya dia memang telah mengirimkan portofolio kegiatan yang pernah ia lakukan, kepada Kemendikbud. "Terharu selama saya belajar itu tidak percuma dan mendapatkan penghargaan dari pemerintah," ujar Oey Tjin Eng.

2. Oey Tjin Eng telah mengabdi selama 15 tahun

Pelestari Cina Benteng Dapat Penghargaan dari KemendibudDok. Pemkot Tangerang

Oey Tjin Eng telah mengabdikan dirinya kepada upaya pelestarian budaya Cina Benteng selama 15 tahun. Salah satu yang dilakukannya ialah mengurus Kelenteng Boen Tek Bio.

Selama itu ia kerap menerima kunjungan pelajar, mahasiswa dan masyarakat yang ingin mengetahui atau bahkan melakukan riset sejarah Cina Benteng.

"Banyak mahasiswa membuat skripsi jumlahnya kurang lebih 500 mahasiswa, juga ada mahasiswa jenjang S-2 dan S-3.  Seluruhnya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, ada juga mahasiswa Indonesia yang sedang studi di kampus Tiongkok ambil penelitiannya tentang Cina Benteng," ungkapnya.

3. Orang Cina Benten tidak bisa bahasa Tionghoa, tapi tetap mempertahankan budaya

Pelestari Cina Benteng Dapat Penghargaan dari KemendibudIDN Times/Muhamad Iqbal

Salah satu alasan banyaknya mahasiswa yang meneliti Cina Benteng karena tertarik dengan keunikan kebudayaan Tionghoa yang melekat pada mereka.

"Mereka (Cina Benteng) tidak bisa bahasa mandarin, seperti saya, tetapi budayanya tetap bertahan," ujarnya.

Baca Juga: Benteng Speelwijk, Saksi Bisu Monopoli VOC di Tanah Jawara

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya