Founder DRP Paris: Desainer Indonesia Jangan 'Ngoyo' Mau ke Paris

- Borris Vey menilai desainer Indonesia sebaiknya fokus memajukan fesyen lokal.
- Desainer tak perlu mengorbankan karakter rancangan demi diterima di Paris, bisa eksplorasi pasar Asia.
- Meski begitu, brand Indonesia seperti 'Porto X' bisa mendunia dan berkolaborasi dengan desainer streetwear Paris.
Tangerang, IDN Times - Founder DRP Paris, Borris Vey menilai, banyak perancang busana Indonesia yang potensial dan berkarakter unik, khususnya dalam mode streetwear. Sayangnya, banyak dari mereka yang terkesan 'ngoyo' ingin buru-buru ke Paris, Prancis sebagai target pencapaian.
"Padahal, harusnya para desainer Indonesia ini bisa fokus memajukan fesyen lokal di dalam negeri," kata Borris di gelaran Code Street by DRP Jakarta, Summarecon Mall Serpong (SMS), Kamis (31/7/2025).
1. Borris menilai, jika merek lokal terkenal di area lokal, itu merupakan hal keren

Borris menuturkan, pemikiran bahwa Paris merupakan pusat fesyen dunia memanglah tidak salah. Namun, tidak semua desainer harus terkenal dari Paris. "Faktanya, ada banyak sekali merek yang sangat keren dan lebih cocok yang ditujukan untuk pasar lokal, dan itu tidak buruk," jelasnya.
Apalagi, Borris kerap kali melihat desain-desain busana dari perancang yang keren di Indonesia, namun tidak relevan untuk pasar di Paris. "Tetapi sangat relevan untuk pasar lokal. Saya pikir perhatian komersil untuk pasar yang sesungguhnya, sangat besar," ungkapnya.
2. Borris menyebut desainer Indonesia tak perlu menanggalkan karakter demi pergi ke Paris

Borris menegaskan, desainer lokal Indonesia tidak perlu menanggalkan dan mengorbankan karakter rancangannya demi bisa diterima di Paris. Pasalnya, jika masyarakat lokal mencintai karyanya, maka hal tersebut sudah cukup dan fokus pada peluang di dalam negeri.
"Jadi terkadang kamu perlu menemukan caramu sendiri, bukan hanya karena semua merek ingin menjadi yang terdepan tahun depan. Tetapi, kamu tahu, butuh berabad-abad untuk berada di sana," tuturnya.
Jika ingin keluar dari dalam negeri, maka para desainer bisa mencoba pasar Asia yang juga sangat besar. Banyak potensi pasar yang bisa dieksplorasi oleh para desainer di Indonesia untuk Asia.
"Asia adalah pasar yang sangat besar, bahkan lebih besar dari Eropa. Jadi, saya harap bagi merek-merek lokal akan lebih menarik bagi mereka untuk menjangkau pasar mereka sendiri," jelasnya.
3. Borris tak memungkiri brand Indonesia juga bisa mendunia

Meski begitu, Borris tidak memungkiri bahwa banyak merek lokal Indonesia yang bisa mendunia, misalnya saja produsen sendal 'Porto X' yang menarik minat desainer streetwear asal Paris, Pablo T-Shirt Factory (PTSF) hingga bisa berkolaborasi mengeluarkan produk yang cukup digemari di Paris.
"Karena kedatangan DRP ke Jakarta juga untuk pertukaran budaya, saat ini merek Porto X kolaborasi dengan PTSF sudah rilis dan dijual di Paris, Prancis," tuturnya.
4. Pengunjung juga bisa bermain skateboard gratis

Untuk diketahui, tahun 2025 ini, DRP Jakarta memajang 5 brand ternama, di mana 4 brand asal Paris dan 1 brand asal Jepang. Selain itu, terdapat juga 75 merek lokal Indonesia seperti LAKON, Untold, Fuguku, dan masih banyak lagi. Untuk tahun ini DRP mengambil tema CODE.STRT. Dimana fesyen dipadukan dengan olahraga jalanan yang tengah diminati masyarakat.
"DRP programnya berkembang, meningkat dibandingkan tahun lalu. Dari segala aspek, mulai dari olahraganya, streetwarenya. Kita ingin membangun komunitas yang sehat," ujar Soegianto Nagaria, Chairman JF3.
Selain itu, pengunjung juga bisa bermain skateboard di dalam mal dengan arena yang cukup aman lantaran tersedia untuk skateboarder pemula dan juga yang sudah ahli.