Demi Cegah Krisis Sampah, TPA Cipeucang Kembali Beroperasi
- Pemkot Tangsel: pembukaan TPA Cipeucang demi hajat hidup orang banyak
- Pemkot Tangsel memilih untuk menghadapi masalah itu secara terbuka
- Pengoperasian kembali TPA Cipeucang bukan solusi jangka panjang
Tangerang Selatan, IDN Times – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali mengoperasikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang sebagai langkah darurat untuk mengatasi krisis sampah yang dinilai mengancam kesehatan warga. Kebijakan ini diambil menyusul instruksi Menteri Lingkungan Hidup, di tengah produksi sampah harian Tangsel yang terus meningkat.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tangsel, Tb Asep Nurdin mengatakan, pembukaan kembali TPA Cipeucang merupakan langkah taktis untuk melindungi sekitar 1,4 juta warga dari risiko kesehatan akibat penumpukan sampah di lingkungan permukiman dan jalanan kota.
“Pembukaan TPA Cipeucang ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi dampak kesehatan dan keselamatan seluruh warga Tangsel. Kami memahami ada kekhawatiran dari sebagian warga sekitar, dan itu menjadi perhatian kami,” kata Asep, Selasa (23/12/2025).
1. Pemkot Tangsel: pembukaan TPA Cipeucang demi hajat hidup orang banyak
Asep menegaskan, pihaknya menghormati penolakan yang disampaikan sebagian warga Cipeucang sebagai bentuk aspirasi dan dinamika sosial. Namun menurutnya, keputusan membuka kembali TPA berkaitan langsung dengan kepentingan publik yang lebih luas.
“Pembukaan TPA Cipeucang ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika sampah dibiarkan menumpuk, dampaknya justru akan jauh lebih berbahaya bagi masyarakat secara keseluruhan,” ujarnya.
Ia memastikan pendekatan yang digunakan pemerintah bersama unsur TNI dan Polri tetap mengedepankan cara persuasif, humanis, dan proporsional dalam merespons situasi di lapangan.
Menurut Asep, pengoperasian kembali TPA Cipeucang bukan solusi jangka panjang, melainkan bagian dari skema penanganan darurat. Pemkot Tangsel, kata dia, akan memperketat standar operasional pengelolaan TPA untuk meminimalkan dampak lingkungan, termasuk pengendalian bau dan penataan timbunan sampah.
“Dengan beroperasinya kembali TPA Cipeucang secara terukur, Pemkot justru berupaya menghindari kelalaian dalam pengelolaan sampah dan kesehatan lingkungan. Membiarkan sampah menumpuk di jalanan bisa menimbulkan konsekuensi hukum dan risiko kesehatan yang lebih besar,” jelas Asep.
2. Pemkot Tangsel memilih untuk menghadapi masalah itu secara terbuka
Di sisi lain, Pemkot Tangsel mengakui warga di sekitar TPA Cipeucang telah lama menanggung dampak lingkungan. Karena itu, pihaknya berkomitmen melanjutkan komunikasi intensif dengan tokoh masyarakat dan warga terdampak, melakukan pembenahan internal pengelolaan TPA, serta menyiapkan langkah perlindungan bagi masyarakat sekitar.
Asep menambahkan, TPA Cipeucang hanya ditempatkan sebagai solusi transisi. Pemkot saat ini juga mengakselerasi program pengurangan sampah dari sumbernya melalui Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), mendorong pengelolaan sampah rumah tangga, serta menjajaki kerja sama regional dan teknologi pengolahan sampah jangka menengah dan panjang.
“Pemerintah memilih untuk menghadapi persoalan ini secara terbuka dan fokus bekerja menghadirkan solusi. Tantangan pengelolaan sampah memang semakin kompleks, tapi itu harus dihadapi bersama,” ungkapnya.
