TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Mutiah, Mantan Pegawai Bank Merintis Usaha Kuliner

Snack box Firacake bahkan sampai ke Istana Negara

Dok. IDN Times/Muhamad Iqbal

Tangerang Selatan, IDN Times - Bekerja sebagai pegawai bank tidak lantas membuat Sri Mutiah merasa puas. Dia banting setir dan merintis usaha kuliner. 

Sri Mutiah menilai, ada kenikmatan tersendiri ketika bisa berdaya dan berpenghasilan dari wirausaha. Berawal dari modal Rp5 juta, Mutiah merintis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan bendera Firacake & Catering di Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). 

Kini Sri Mutiah bisa menikmati hasil kerja kerasnya dengan omzet jutaan rupiah. Berikut kisahnya. 

Baca Juga: UMKM Tangsel Ini Cuan Puluhan Juta Rupiah dari Frozen Food

1. Jenuh, Mutiah resign dari dunia perbankan

Dok. IDN Times/Mutiah

Mutiah memulai usahanya pada akhir 2018 lalu, saat momen ia jenuh dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai marketing di sebuah bank perkreditan yang berkantor di Tangsel.

Ia memulai usaha pembuatan snack box ketika melihat peluang usaha tersebut bisa dipasarkan ke nasabah yang jadi jaringan pertemanannya.

"Kebetulan BPR nya itu, kantornya menangani untuk pinjaman anggota-anggota dewan, untuk PNS-PNS, jadi di situ (saya) bangun kolega," kata Mutiah kepada IDN Times, Kamis (22/6/2023).

Jaringan yang dia bangun bahkan sampai ke kawasan perkantoran Istana Negara. Ya, tempat Presiden RI bekerja. "Nah teman aku ini yang menangani jamuan makan di kantor presiden, aku lihatin ada snack box buat rapat," kata

2. Mutiah dapat pesanan 100 snack box dari Istana Kepresidenan

Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Setelah surat resign ia kirimkan ke kantor bank tempatnya bekerja, di waktu yang sama, Mutiah menerima pesanan pertama, yakni 100 snack box masuk dari koleganya yang bekerja di Istana Kepresidenan.

"Buka snack box diajarin sama teman untuk menyediakan makanan. Lalu datang order 100 box makanan buat rapat, mendadak semuanya. Buat stiker dan masih pakai kuitansi biasa," kata Mutiah.

Kala itu, ia mendapat kenikmatan dari hasil penjualan tersebut, meski diakui nilainya kecil.

3. Puncak omzet sempat capai ratusan juta rupiah dalam sebulan

ilustrasi uang (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Setelah itu, Mutiah mengurus dan menyelesaikan legalitas usaha, hingga tahun 2019 ia mantap di jalan sebagai pelaku UMKM. Semenjak itu, pesanan terus berdatangan hingga puncaknya ia mendapat order untuk acara besar yang diselenggarakan Pemerintah Kota Tangsel.

"Puncaknya itu di 2019 itu pelantikan DPRD Tangsel, itu kurang lebih 1.500 porsi dari nasi box dan buffet makanan coffe break dan Hut ke Tangsel ke-12," kata dia.

Kala itu, omzetnya sudah mencapai Rp45 hingga Rp80 juta bahkan pernah menembus angka Rp180 juta dalam sebulan. Namun, tantangan terberat yang ia harus hadapi kala itu dari persoalan modal, lantaran pemesan produknya adalah instansi pemerintah yang bisa membayar setelah pekerjaannya selesai.

"Akhirnya saya gadai perhiasan hingga jual mobil untuk beli mobil yang buat usaha," kata dia. Dari berjibaku seorang diri, Mutiah sempat merasakan nikmatnya memiliki usaha dengan 10 karyawan. 

4. Omzet sempat menurun drastis kala pandemik

Seorang staf memakai masker dalam perjalanan menggunakan kereta metro saat uji coba sebelum kembali beroperasi, ditengah penyebaran wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Kolkata, India, Rabu (9/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Rupak De Chowdhuri)

Peningkatan laba usahanya harus terhenti kala pandemik COVID-19 menyerang dunia, termasuk Indonesia, di awal tahun 2020. Pembatasan aktivitas masyarakat berdampak minimnya aktivitas seperti rapat dan sebagainya.

Hal itu berdampak buruk bagi usaha seperti yang dilakukan Mutiah. "Gak ada rapat, semua berhenti," kata Mutiah.

Meski begitu, nasib baik masih dirasakan Mutiah. Dia berinovasi menyediakan makanan sehat. 

"Alhamdulillahnya selama COVID-19 itu, saya jadi penyedia makanan sehat di sekitaran istana. Itu setiap hari dari 100 sampe 150 box semua instansi di lingkungan istana, itu mereka minta dari yang jamu isinya dari yang susu beruang, pada saat itu cari susu beruang, tahu sendiri susahnya kaya gimana," kata dia.

Mutiah bercerita, kala mendapat order makanan sehat, ia bahkan memutar otak untuk menyediakan olahan jamu orisinil untuk dikirimkan ke Istana negara.

"Akhirnya kayak ga kepegang karena jamu juga hire tukang jamu untuk buatkan minuman yang presiden suka, terus saya ajarin pengemasannya," kata dia.

Baca Juga: Agam Budi Santoso, Generasi Z Tangsel Berdaya dari Bisnis Nasi Bakar

Berita Terkini Lainnya