Mengenal Tradisi Seba Baduy, Ungkap Syukur Urang Kanekes
Suku Baduy teguh memegang tradisi warisan leluhur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baduy atau biasa disapa dengan Urang Kenekes merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia dan menutup diri dari dunia luar. Akan tetapi ada satu waktu orang Baduy berbondong-bondong keluar ketika akan melakukan tradisi Seba Baduy.
Pada saat itulah semua orang Baduy-- baik luar atau dalam--melakukan perjalanan jauh dari Desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Padahal kelompok etnis ini memiliki keyakinan yang tabu untuk didokumentasikan, apalagi untuk wilayah Baduy Dalam.
Simak nih penjelasannya.
Baca Juga: Mengenal Angklung Buhun, Alat Musik Sakral Suku Baduy
Baca Juga: Filosofi dan Keseriusan Suku Baduy dalam Menjaga Hutan
1. Filosofi Orang Baduy
Orang Baduy mempunyai filosofi, yakni lojor henteu beunang dipotong, pendek henteu beunang disambung. Arti di balik filosofi ini adalah panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung.
Filosofi sampai saat ini tetap aktual untuk masyarakat Baduy yang ada di pedalaman Lebak.
Mereka merayakan sebuah tradisi upacara Sebas sebagai bentuk perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Bapak-bapak gede. Bapak-bapak gede ini maksudnya adalah Bupati ataupun kepala pemerintahan daerah.
Bagi masyarakat Baduy bahwa perayaan adat Seba merupakan peninggalan leluhur tetua atau kokolot yang harus dilakukan dalam satu tahun sekali. Biasanya tradisi tersebut akan dilakukan setelah musim panen ladang huma.
Tradisi kali ini sudah ada sejak lama dari ratusan tahun yang lalu waktu masa Kesultanan Banten di Kabupaten Serang.