5 Fakta Vihara Avalokitesvara, Kuil Tertua Simbol Toleransi Banten

Sejarah vihara di wilayah Banten Lama ini gak bisa dilepaskan dari sosok Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh penyebar islam di tanah Jawa ini memiliki istri yang masih keturunan kaisar Tiongkok bernama Putri Ong Tien.

Melihat banyak pengikut putri yang masih memegang teguh keyakinannya, Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. 

Pernikahan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien membuat banyak pengikutnya yang ikut memeluk agama Islam, namun tak sedikit pula dari mereka yang masih berpegang teguh dalam ajaran Buddha.

Mulanya lokasi pembangunan vihara berada di dekat Masjid Agung Banten, namun vihara dipindahkan ke Kawasan Pamarican pada 1774.

Di samping gerbang luar vihara terdapat dua pohon bodi berukuran besar. Bibit pohon bodhi ini didatangkan langsung dari Candi Borobudur, Jawa Tengah.

Diketahui, Pohon Bodhi merupakan pohon yang dihormati, bukan disembah, oleh penganut Buddha karena di bawahnya, Petapa Gotama (Siddhartha Gautama) duduk bermeditasi hingga mencapai Pencerahan Sempurna atau Kesadaran Bodhi, menjadikannya Buddha (gelar bagi yang telah mencapai pencerahan). Pohon ini digunakan sebagai tempat berlindung dan meditasi.

Salah satu keunikan Vihara Avalokitesvara adalah diperuntukkan untuk tempat ibadah tiga kepercayaan sekaligus, yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Fungsinya ini membuat vihara ini juga dikenal dengan nama Tri Dharma yang menjadi rumah ibadah tiga agama.

Vihara Avalokitesvara menjadi saksi bisu bencana letusan Gunung Krakatau dan gelombang tsunami dahsyat pada 1883 silam. Menariknya, bangunan seluas 10 hektare tersebut tetap utuh meski diterjang tsunami setinggi 36 meter. Dikisahkan oleh warga setempat, bangunan vihara melindungi warga dari amukan tsunami kala itu.

Menarik bukan ulasan tentang vihara tua di Banten ini? Semoga kelestarian Vihara Avalokitesvara dapat terus terjaga.