Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyebab Seseorang Bisa Alami Buta Nada, Latih Pendengaranmu!

ilustrasi nada (pexels.com/pixabay)
ilustrasi nada (pexels.com/pixabay)
Intinya sih...
  • Buta nada atau amusia adalah kondisi sulit mengenali nada, melodi, atau ritme dalam musik.
  • Penyebab utama buta nada antara lain faktor genetik, lingkungan tumbuh kembang, cedera otak, dan kurangnya latihan mendengarkan musik secara aktif.
  • Gangguan pendengaran ringan atau frekuensi tertentu juga bisa menjadi penyebab buta nada yang tidak disadari oleh penderitanya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buta nada atau dalam istilah medis disebut amusia. Ini merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk mengenali nada, melodi, atau ritme dalam musik.

Meskipun tidak berbahaya secara fisik, kondisi ini bisa berdampak signifikan terhadap pengalaman musikal seseorang, terutama ketika berada di lingkungan yang kerap melibatkan aktivitas musik, seperti bernyanyi bersama, bermain instrumen, atau sekadar menikmati lagu. 

Mungkin mereka merasa semua lagu terdengar mirip, sulit membedakan naik turunnya nada, atau tidak bisa menyanyikan ulang lagu meski sudah mendengarnya berkali-kali. Untuk memahami kondisi ini lebih dalam, berikut adalah lima penyebab utama seseorang bisa mengalami buta nada yang disarikan dari Singwise.com:

1. Faktor genetik

ilustrasi mendengar musik (pixabay.com/Alessandra_Ceja19)
ilustrasi mendengar musik (pixabay.com/Alessandra_Ceja19)

Salah satu penyebab utama buta nada adalah faktor genetik. Amusia kongenital (buta nada sejak lahir) bisa diwariskan dalam keluarga. Artinya, jika seseorang memiliki kerabat dekat seperti orangtua atau saudara kandung yang mengalami kondisi serupa, ada kemungkinan ia juga akan mengalami kesulitan yang sama dalam hal pengenalan nada atau irama. 

Orang dengan amusia kongenital sering mengalami kesulitan membedakan nada tinggi dan rendah, serta tidak bisa mengikuti irama walaupun mereka berusaha keras. Hal ini terjadi karena otak mereka tidak menghubungkan area pendengaran dengan area kognitif secara normal. Meskipun otak mereka menerima suara, proses interpretasi suara tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan mereka tidak dapat mengenali struktur musikal.

2. Kurangnya paparan musik sedari dini

ilustrasi bermain musik(pexels.com/annapou)
ilustrasi bermain musik(pexels.com/annapou)

Lingkungan tumbuh kembang juga berperan penting dalam pembentukan kemampuan musikal seseorang. Anak-anak yang sejak kecil tidak banyak terpapar musik, nyanyian, atau permainan yang melibatkan nada cenderung memiliki kemampuan musikal yang rendah.

Meskipun ini bukan penyebab utama amusia klinis, kurangnya stimulasi musik bisa membuat seseorang tidak terlatih membedakan nada dan ritme secara alami.

Paparan musik di usia dini membantu otak mengenali pola-pola suara dan menciptakan keterampilan untuk memahami struktur nada. Jika anak tidak mendapatkan stimulasi ini, maka otaknya akan lebih lambat atau kurang responsif terhadap musik. Walaupun kondisi ini tidak selalu menyebabkan buta nada permanen, kebiasaan tersebut dapat terbawa hingga dewasa dan menyebabkan kesulitan dalam hal musikalitas.

3. Cedera otak

ilustrasi bermain musik(Pexels.com/42north)
ilustrasi bermain musik(Pexels.com/42north)

Amusia juga bisa muncul sebagai akibat dari cedera otak, terutama pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses suara dan musik, seperti lobus temporal kanan. Kondisi ini disebut sebagai amusia acquired (didapat), biasanya terjadi setelah stroke, trauma kepala, atau gangguan neurologis lainnya seperti alzheimer atau parkinson. 

Orang yang mengalami amusia karena cedera biasanya akan kesulitan mengenali lagu-lagu yang sebelumnya akrab di telinga mereka, atau merasa bahwa musik yang mereka dengar terdengar aneh dan tidak menyenangkan.

Ini menunjukkan betapa pentingnya peran otak dalam memproses musik, dan bagaimana kerusakan kecil saja bisa mengganggu pengalaman musikal seseorang secara menyeluruh.

4. Tidak pernah melatih telinga musik

ilustrasi bermain musik(Pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi bermain musik(Pexels.com/cottonbro studio)

Selain faktor biologis dan neurologi, penyebab lain dari buta nada bisa berasal dari kurangnya latihan atau kebiasaan mendengarkan musik secara aktif. Banyak orang menganggap bahwa kemampuan musikal hanya didasarkan pada bakat alami, padahal telinga musik bisa dilatih layaknya keterampilan lain.

Jika seseorang tidak terbiasa memperhatikan tinggi rendah nada, struktur lagu, atau harmoni, maka ia akan sulit berkembang secara musikal. Kemampuan membedakan nada bisa meningkat seiring waktu dengan latihan yang tepat, seperti menyanyi, bermain alat musik, atau latihan solfeggio (latihan membaca notasi musik).

Seseorang yang tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas semacam itu akan kesulitan memahami konsep dasar musik. Hal ini bisa menyebabkan mereka tampak "buta nada", padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah kurangnya pengalaman dan pelatihan.

5. Gangguan pendengaran ringan

ilustrasi nada (pexels.com/pixabay)
ilustrasi nada (pexels.com/pixabay)

Beberapa kasus buta nada terjadi karena adanya gangguan pendengaran ringan atau frekuensi tertentu yang tidak bisa ditangkap oleh telinga. Gangguan ini bisa terjadi akibat faktor usia, paparan suara keras dalam waktu lama, atau kondisi medis tertentu seperti infeksi telinga. Karena tidak selalu disertai rasa sakit atau kehilangan pendengaran total, orang sering tidak menyadari bahwa mereka punya gangguan pada frekuensi tertentu.

Nada tinggi dan rendah berada pada rentang frekuensi yang berbeda. Jika telinga tidak mampu menangkap salah satu frekuensi itu dengan baik, maka hasilnya adalah kesulitan membedakan nada atau mengikuti irama. Pemeriksaan audiometri atau tes pendengaran dapat membantu memastikan apakah masalah ini menjadi penyebab utama ketidakmampuan musikal seseorang.

Buta nada bukanlah bentuk "kebodohan musik", melainkan kondisi nyata yang bisa terjadi karena berbagai sebab, baik bawaan, lingkungan, hingga medis. Penting untuk tidak menghakimi atau meremehkan orang yang mengalami kesulitan musikal, karena bisa jadi penyebabnya lebih dalam daripada yang kamu kira.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us