Kampus Berkonsep Enterprise Persiapkan Mahasiswa Terjun di Dunia Kerja

- Konsep enterprise memungkinkan mahasiswa cepat beradaptasi dengan industri
- Dosen juga dituntut untuk tidak terpaku pada teori saja
- Konsep ini bisa mengisi celah antara kampus dan industri
Tangerang, IDN Times - Persaingan global yang semakin ketat, terutama dalam dunia industri membuat perusahaan mencari sumber daya manusia (SDM) dengan kualitas yang mumpuni. Hal tersebut membuat lembaga pendidikan dituntut untuk tidak hanya menjadi ruang penyampaian teori, tetapi dapat menghadirkan pengalaman nyata bagi mahasiswa.
Survei World Economic Forum (WEF) tahun 2024 menunjukkan bahwa perusahaan lebih mengutamakan kandidat yang memiliki pengalaman dan pemahaman tentang dunia kerja. Satu konsep yang saat ini sedang diminati yakni enterprise. Ada satu kampus di Tangerang yang sudah menerapkannya, yakni Universitas Pradita.
"Para mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori, namun sejak semester satu telah dihadapkan dengan para praktisi untuk mengetahui bagaimana atmosfer di dunia kerja," kata Rektor Universitas Pradita, Prof Richardus Eko Indrajit, Minggu (28/9/2025).
1. Konsep enterprise memungkinkan mahasiswa cepat beradaptasi dengan industri

Adapun, konsep ini dirancang menyerupai lingkungan kerja membuat mahasiswa bisa merasakan atmosfer dunia industri, wirausaha, dan bisnis sejak di bangku kuliah. Sehingga mahasiswa mampu beradaptasi cepat dalam dinamika dunia kerja. Makanya sejak semester pertama, mahasiswa dihadapkan dengan praktisi yang benar-benar ada di industri sesuai jurusan.
"Misalnya jurusan sipil, semester satu sudah pakai topi proyek, mereka turun ke jalan, sehingga mereka tahu kariernya seperti itu. Begitu juga dengan DKV, mereka ke mal lihat logo, bagaimana filosofinya, bagus atau tidak,” katanya.
2. Dosen juga dituntut untuk tidak terpaku pada teori saja

Tak hanya mahasiswa, konsep enterprise juga dilakukan kepada para dosen yang harus beririsan dengan dunia industri. Sehingga tidak terpaku kepada teori, tetapi juga mampu melihat peluang di dunia kerja saat ini. Universitas Pradita menghadirkannya melalui Program Praktisi Mengajar. Dalam program ini, para mitra industri terjun langsung ke kelas untuk mengajarkan keterampilan, tools, insights, dan best practices yang hanya bisa didapatkan dari pengalaman langsung di industri.
“Jangan sampai apa yang sudah mereka ajarkan itu ternyata sudah kedaluwarsa, makanya kita ada program Pijar atau Praktisi Mengajar. Kalau kita MoU dengan perusahaan, kita minta direkturnya menjadi kuliah tamu dari semester awal. Sehingga mereka cinta ke bidangnya, dan karena kami ini bersama Summarecon, kita juga ada Summarecon Mengajar atau SUAR, terutama untuk sipil dan desain interior,” ujarnya.
3. Konsep ini bisa mengisi celah antara kampus dan industri

Konsep tersebut membuka peluang mahasiswa untuk cepat beradaptasi di dunia kerja, dan menjadi terapan dari konsep Real Case Real Experience. Praktisi juga didampingi oleh dosen akademisi untuk memastikan pembelajaran selaras dengan kurikulum. Inisiatif ini tentunya mengisi celah antara pembelajaran di kelas dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Privillege ini menjadikan lulusan lebih siap kerja dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi di mata recruiter.
“Manfaatnya tentu ada, karena ada pengalaman belajar aktual dan relevan, ada juga koneksi untuk magang dan peluang karir. Berdasarkan studi kita, tidak sampai tiga bulan lulusan kita sudah terserap semua di dunia kerja,” terang Eko.
Implementasi real case real experience yang diterapkan di Universitas Pradita membuat Summarecon yang tahun ini memasuki usia 50 tahun, konsisten menghadirkan living laboratory melalui seluruh proyek township, pusat bisnis, dan fasilitas publik sebagai bagian dari proses pembelajaran mahasiswa dari Universitas Pradita.
“Pradita ada ruang khusus yang mendekatkan mahasiswa, dosen dan juga praktisi mitra industry yakni, Pradita Corporate Partner Lounge yang rutin menggelar Focus Group Discussion (FGD) on Partnership untuk meninjau kurikulum dan mempresentasikan karya mahasiswa. Bukan hanya itu, kita juga ada laboratorium hidup untuk bisa anak-anak mempraktikkannya dan ini bersama Summarecon,” paparnya.
Living Laboratorium yang disediakan Summarecon bagi para mahasiswa Pradita tersebar di beberapa kota pengembangannya, yakni kawasan Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bandung, Tangerang, Bogor, Bali dan Makasar. Kampus Pradita sendiri merupakan unit edukasi yang diprakarsai oleh PT Summarecon Agung Tbk yang telah memasuki usia ke-9, berdiri di kawasan kota terpadu, Summarecon Serpong.
Baru-baru ini, Pradita telah membentuk Industrial Advisory Board (IAB) yang melibatkan advisor dari berbagai mitra ternama untuk mendukung kurikulum, pengajaran, penelitian, hingga program bersama lainnya. Sejumlah perusahaan besar telah menandatangani MoU kerja sama, di antaranya PT Yokogawa Indonesia, DANA Indonesia, Markplus Institute, Summarecon Serpong, Dreambox, Boga Group, PT Pandega Desain Weharima (PDW), Vivere, CPA Australia, Perum Perumnas, dan Hotel Mandarin Oriental Jakarta.
Pendekatan ini membuat Pradita tumbuh menjadi kampus dengan model pendidikan kolaboratif yang memadukan sumber daya lokal dengan visi global, sehingga mampu melahirkan lulusan yang dapat memahami dan mengaplikasikan teori secara nyata termasuk berdaya saing sekaligus berdampak luas.
“Dengan begini, kami juga membentuk mahasiswa untuk membuat karya yang berdampak, karena sekarang pemerintah juga inginnya yang berdampak. Makanya, di Pradita kita lihat, karya mereka harus punya dampaknya, bukan hasil saja,” ungkapnya.