Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Negative Punishment Tak Efektif Saat hadapi Kegagalan

ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Hukuman negatif hanya menekan perilaku, bukan mengubahnya secara permanen.
  • Tidak memberi kesempatan individu untuk belajar dan mengembangkan perilaku yang lebih baik.
  • Emosi negatif yang ditimbulkan bisa merusak hubungan dan memicu agresi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu merasa bahwa hukuman justru memperburuk situasi dan membuat masalah semakin rumit? Negative punishment atau hukuman negatif sering digunakan untuk menghentikan perilaku buruk.

Biasanya, ini dilakukan dengan cara mengambil sesuatu yang menyenangkan agar seseorang merasa kehilangan dan akhirnya berhenti melakukan perilaku yang tidak diinginkan.

Namun, meskipun terlihat efektif di awal, metode ini sering kali tidak berjalan sesuai harapan, terutama ketika kamu menghadapi kegagalan. Nah, berikut adalah lima alasan kenapa negative punishment tidak selalu efektif saat menghadapi kegagalan!

1. Tidak mengubah perilaku dalam jangka panjang dan hanya bersifat sementara

ilustrasi berpikir (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Liza Summer)

Pada awalnya, negative punishment memang bisa menghentikan perilaku buruk sementara, tapi perubahan ini tidak berlangsung lama. Misalnya, seorang anak yang dihukum karena berperilaku nakal mungkin akan berhenti hanya saat diawasi, namun begitu tidak ada pengawasan, perilaku yang sama bisa muncul kembali. Hal ini menunjukkan bahwa hukuman negatif hanya menekan perilaku, bukan mengubahnya.

Tanpa adanya perubahan yang mendalam dalam pola pikir atau pemahaman, perilaku yang tidak diinginkan cenderung muncul lagi. Ini karena hukuman negatif tidak memberi kesempatan bagi individu untuk belajar dan mengembangkan perilaku yang lebih baik. Jadi meskipun tampak efektif dalam jangka pendek, dampaknya tidak bertahan lama.

2. Menimbulkan emosi negatif yang menghambat pembelajaran

ilustrasi marah (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi marah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Hukuman negatif sering kali memicu emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, atau dendam. Ketika perasaan negatif ini muncul, orang cenderung fokus pada perasaan tersebut daripada mencari solusi untuk perbaikan. Padahal, untuk belajar dari kegagalan, seseorang perlu berpikir jernih dan objektif, bukan terjebak dalam perasaan yang menghambat.

Emosi negatif yang ditimbulkan oleh hukuman juga dapat merusak hubungan antara pemberi hukuman dan penerima hukuman. Misalnya, anak yang sering dihukum bisa merasa tidak dihargai dan kehilangan rasa percaya terhadap orangtua atau gurunya. Akibatnya, komunikasi yang sehat menjadi terhambat, dan masalah perilaku justru semakin parah.

3. Tidak memberikan perilaku alternatif yang lebih baik

ilustrasi berpikir (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi berpikir (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu kelemahan terbesar dari negative punishment adalah tidak memberikan alternatif perilaku yang lebih baik. Tanpa bimbingan mengenai perilaku yang diharapkan, seseorang bisa merasa bingung dan frustasi.

Mereka tahu apa yang tidak boleh dilakukan, tapi tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk menggantikan perilaku buruk tersebut. Hasilnya, individu yang dihukum mungkin malah mencoba perilaku lain yang juga tidak diinginkan hanya untuk menghindari hukuman.

Hal ini menciptakan siklus perilaku negatif yang sulit dihentikan. Oleh karena itu, daripada hanya menghukum, penting untuk memberi arahan yang jelas mengenai perilaku yang diinginkan.

4. Bisa menjadi penyebab agresi dan perilaku kekerasan

ilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rasa sakit atau ketidaknyamanan yang timbul akibat hukuman negatif bisa memicu agresi. Seseorang yang dihukum mungkin akan melampiaskan kemarahannya pada orang lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Ini bisa memperburuk masalah dan menambah perilaku negatif yang lebih serius.

Selain itu, orang yang sering menerima hukuman negatif bisa belajar bahwa agresi adalah cara efektif untuk mengatasi masalah. Mereka mungkin meniru perilaku agresif tersebut, baik di rumah maupun di lingkungan sosial lainnya, sehingga menciptakan lingkaran kekerasan yang sulit diputus.

5. Efek jangka pendek yang tidak berkelanjutan

ilustrasi lelah (pexels.com/Kaboompics)
ilustrasi lelah (pexels.com/Kaboompics)

Negative punishment cenderung hanya efektif dalam jangka pendek. Setelah hukuman berakhir, perilaku buruk yang sempat dihentikan cenderung muncul lagi karena tidak ada perubahan mendalam dalam pola pikir atau kebiasaan. Ini menunjukkan bahwa hukuman negatif hanya menekan perilaku sesaat, bukan mengubahnya secara permanen.

Untuk mencapai perubahan yang lebih bertahan lama, dibutuhkan pendekatan yang lebih positif dan konstruktif. Penguatan positif, seperti memberi pujian atau hadiah saat seseorang menunjukkan perilaku baik, lebih efektif dalam jangka panjang. Pendekatan ini membantu individu memahami perilaku yang diinginkan dan lebih cenderung untuk mempertahankannya.

Nah, itu dia lima alasan kenapa negative punishment tidak selalu efektif dalam menghadapi kegagalan. Lebih baik fokus pada penguatan positif dan memberikan bimbingan yang jelas untuk membantu seseorang belajar dari kesalahan dan berkembang menjadi lebih baik. Semoga penjelasan ini bisa menambah wawasan kamu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us