Tari Cokek, dari Sejarah hingga Maknanya
Tarian Cokek merupakan akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu tarian yang berkembang di Tangerang adalah Cokek. Tarian ini biasanya dibawakan secara berpasangan, perempuan dan laki-laki.
Kata "cokek" sendiri berasal dari "cukin" yang artinya selendang. Sebelum terkenal dengan sebutan Tari Cokek, tarian ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Tari Sipatmo.
Tarian Cokek berkembang di Tangerang dan kemudian berkembang ke daerah lain, terutama DKI Jakarta. Nah, berikut serba-serbi Tarian Cokek yang wajib kamu tahu, seperti disarikan dari beberapa sumber:
Baca Juga: 5 Kafe Ikonik di Tangerang yang Bikin Betah, Sajikan Vibe Super Nyaman
1. Tari Cokek berawal dari tuan tanah yang sering menggelar pesta di rumahnya
Dikutip dari Direktoripariwisata.id, Cokek merupakan tari hasil akulturasi unsur tari tradisional Tiongkok, Sunda-Betawi, dan pencak silat.
Diperkirakan, tarian ini bermula ketika ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa, bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumahnya. Pesta ini menyuguhkan permainan musik khas Tionghoa dengan instrumen seperti rebab dua dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong, dan kendang.
Dari permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian yang bernama Cokek ini.
Tari Cokek awalnya dimainkan oleh tiga penari wanita. Saat ini, tari Cokek biasa dimainkan oleh 5 – 7 orang wanita. Dalam pertunjukannya, diawali dengan menari berjejer memanjang dengan dengan rentangan tangan setinggi bahu di iringi gerakan melangkah maju mundur mengikuti irama Gambang kromong.
Baca Juga: Berbagai Event Natal dan Tahun Baru di Mall Tangerang