5 Dampak Golden Child Syndrome, Yuk Pahami

- Anak emas sering merasa harus selalu berada di puncak, menimbulkan beban berat dan kehilangan jati diri.
- Hubungan sosial sulit bagi anak emas karena lebih mengutamakan prestasi, membuat mereka merasa kesepian dan terjebak dalam "kesendirian dalam keramaian."
- Golden child syndrome membuat anak emas merasa bersalah jika tidak produktif, tanpa menyadari bahwa istirahat adalah bentuk cinta pada diri sendiri.
Golden child syndrome sering kali dianggap sebagai "berkah tersembunyi." Mengapa? Karena anak yang mengalaminya biasanya cemerlang dalam berbagai hal.
Tapi, apakah menjadi anak emas selalu membawa kebahagiaan? Jawabannya, tidak selalu.
Ada beberapa hal yang sering luput dari perhatian orangtua, terutama dampaknya pada kehidupan emosional dan hubungan sosial, ketika membahas si anak emas ini. Apakah kamu merasa dalam posisi si anak emas? Simak ya, agar kamu bisa menyikapi dengan bijak.
1. Tekanan untuk selalu sempurna

Sebagai anak emas, kamu mungkin merasa seperti harus selalu berada di puncak. Orang tua, guru, atau bahkan lingkungan, mungkin tanpa sadar menempatkan standar yang tidak realistis. Akibatnya, kamu tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai dirimu hanya setinggi pencapaianmu.
Ini bisa jadi beban berat karena setiap kegagalan terasa seperti bencana besar. Kamu mungkin sering merasa cemas, takut mengecewakan, atau bahkan kehilangan jati diri karena selalu fokus memenuhi ekspektasi orang lain. Sayangnya, rasa ini sering terpendam karena kamu terbiasa menampilkan citra sempurna.
2. Hubungan sosial yang rentan

Bagi banyak anak emas, hubungan sosial sering kali menjadi tantangan besar. Mereka terbiasa menjadi sorotan dan lebih mengutamakan prestasi dibanding membangun koneksi emosional. Akibatnya, kamu bisa merasa sulit membuka diri atau mempercayai orang lain.
Kamu mungkin juga merasa kesepian meskipun dikelilingi banyak orang. Kenapa? Karena hubunganmu sering kali terasa dangkal, hanya didasarkan pada apresiasi atas pencapaianmu, bukan siapa dirimu sebenarnya. Ini bisa membuat kamu terjebak dalam lingkaran "kesendirian dalam keramaian."
3. Takut untuk beristirahat

Golden child syndrome sering membuatmu merasa bahwa waktu adalah aset yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Beristirahat? Rasanya seperti dosa. Kamu mungkin merasa bersalah jika tidak produktif atau berhenti sejenak untuk mengevaluasi hidup.
Masalahnya, tubuh dan pikiran kita juga punya batas. Tanpa istirahat, kamu bisa mengalami burnout atau kehilangan semangat hidup. Padahal, mengambil waktu untuk dirimu sendiri bukan tanda kelemahan. Justru, itu bentuk cinta pada diri yang sesungguhnya.
4. Kamu mudah kehilangan tujuan hidup

Menjadi overachiever berarti kamu sering fokus pada apa yang ada di depan, tanpa benar-benar memahami apa yang sebenarnya kamu inginkan. Semua prestasi yang kamu capai mungkin terasa kosong jika itu bukan sesuatu yang lahir dari hatimu.
Ketika kamu mulai merasa "kosong" meskipun sudah mencapai banyak hal, itu tanda bahwa kamu perlu mengevaluasi apa arti sukses bagi dirimu sendiri. Jangan biarkan ekspektasi orang lain mendikte jalan hidupmu. Kita hidup untuk kebahagiaan, bukan hanya untuk validasi.
5. Ketergantungan pada pengakuan orang lain
Salah satu dampak paling emosional dari golden child syndrome adalah rasa ketergantungan pada pujian atau pengakuan. Ketika tak ada apresiasi, kamu mungkin merasa gagal atau tidak berarti. Lama-kelamaan, ini bisa melemahkan rasa percaya dirimu.
Untuk mengatasinya, kamu perlu belajar bahwa nilai dirimu tidak ditentukan oleh orang lain. Kamu tetap berharga, dengan atau tanpa pujian. Membebaskan diri dari ketergantungan ini memang sulit, tapi itu langkah penting untuk menemukan kedamaian sejati.
Golden child syndrome memang bisa memacu seseorang untuk mencapai hal-hal luar biasa, tetapi tekanan di baliknya juga tak bisa diabaikan. Jika kamu merasa terbebani oleh ekspektasi yang ada, ingatlah bahwa hidup ini bukan perlombaan.
Jadilah versi terbaik dirimu sendiri, tanpa membandingkan langkahmu dengan orang lain. Terkadang, mengambil jeda dan merangkul ketidaksempurnaan adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih bermakna.