Angkat Kekerasan Seksual di Pesantren, Qorin Diapresiasi Tokoh Agama
Sejumlah tokoh agama di Tangsel ikuti nobar Film Qorin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangerang Selatan, IDN Times - Sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat nampak sangat antusias dalam mengikuti nonton bareng Film Qorin garapan perusahaan film IDN Pictures, di Bioskop CGV Teraskota, BSD, Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu malam (4/12/2022).
Sejumlah tokoh seperti Profesor Doktor Waryono yang merupakan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren pada Kementerian Agama (Kemenag), Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel, Abdul Razak yang juga menjabat Kepala Kemenag Kota Serang dan para tokoh agama dan petinggi Ormas Islam dan mahasiwa UIN Jakarta mengungkapkan bahwa film ini menggambarkan realitas pahit yang kerap terjadi di lingkungan pesantren.
"Ini menarik, ini salah satu (sudut pandang dari) sisi santri itu adalah tidak punya daya negosiasi karena hubungannya relasi kekuasaan," kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Profesor Doktor Waryono usai pemutaran film.
Baca Juga: 522 Kasus HIV/AIDS Ditemukan di Kabupaten Tangerang Periode 2022
Baca Juga: 9 Ide Outfit Kemeja ala Pemain Film Qorin Omar Daniel, Stylish Abis!
1. Karakter berani Yolanda harus disampaikan
Pun begitu, kata Waryono, film ini juga mengangkat sisi yang semestinya dihadirkan, yakni sisi keberanian santri untuk mengungkapkan keresahan atau kritiknya, dalam penggambaran salah satu karakter.
"Santri biasanya tidak punya daya untuk negosiasi untuk mengkritik untuk menyampaikan, kecuali tadi, Yolanda mesti ada itu, santri yang seperti itu, tapi jumlahnya tentu tidak banyak, karena butuh nyali besar, kalau nyalinya kecil apalagi temennya engga mendukung kan, itu perlu profil itu disampaikan," kata dia.
Waryono mengaku sepakat dengan pesan penting dalam ini, yakni komitmen bahwa kekerasan macam apapun tidak boleh ada di pesantren karena merusak kemanusiaan.
"Setidaknya, salah satu potret yang ini perlu dikemukakan, tadi ada prolog gitu yah, prolognya bahwa ini adalah cara kita untuk menyampaikan realitas bahwa seringkali yang diam itu kecil, karena itu perlu dikemukakan perlu ada orang-orang yang berani," ungkapnya.