TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Desa di Tangerang Diperingati Bahaya Pernikahan Dini

Pernikahan dini bisa sebabkan munculnya generasi stunting

Ilustrasi Pernikahan (IDN Times/Mardya Shakti)

Tangerang, IDN Times - Puskesmas di Tangerang bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tigaraksa menggelar sosialisasi kepada masyarakat di sejumlah desa tentang bahaya pernikahan dini.

Kepala Puskesmas Pasir Nangka, Herlin mengatakan, upaya ini sangat penting disampaikan kepada masyarakat karena perkawinan di bawah umur tidak baik dari sudut pandang kesehatan. Ada dampak biologis dan psikologis yang bisa muncul dari pernikahan di usia terlalu dini.

Salah satu akibat pernikahan dini adalah munculnya anak-anak atau generasi dengan kondisi kurang gizi hingga stunting.

Baca Juga: Stunting di Indonesia, Benang Kusut yang Sulit Diurai

1. Potensi kekurangan gizi

Tren dan target penurunan stunting di Indonesia (IDN Times/M Shakti)

Selain itu, pernikahan dini berpengaruh buruk pada kehamilan, persalinan dan pengasuhan anak. Bahkan yang bisa memberi dampak pada bertambahnya generasi stunting, karena anak yang dilahirkan dari pernikahan usia dini, pada masa kehamilan seringkali mengalami kekurangan nutrisi-- baik ibu dan anaknya.

Ini disebabkan terjadinya perebutan nutrisi antara ibu dan janin, yang berakibat akan menurunkan status gizi ibu dan janin. Lebih bahaya lagi, ibu bisa melahirkan bayi yang prematur atau BBLR.

"Dari kedua potensi tersebut menjadikan anak nantinya tidak bisa berkembang baik karena status gizi buruk dan stunting," kata Herlin.

2. Dengan sosialisasi soal bahaya pernikahan dini, Herlin berharap angka stunting ikut turun

Salah satu penderita Stunting di Pandeglang (IDN Times/Khaerul Anwar)

Oleh karena itu, ungkap Herlin, diharapkan kegiatan sosialisasi ini bisa dipahami elemen masyarakat sehingga bisa mencegah adanya pernikahan di bawah umur.

"Bila sosialisasi ini bisa dipahami masyarakat dengan baik, maka dalam jangka panjang akan terjadi penurunan angka stunting," kata dia.

Baca Juga: 294.862 Balita di Banten Alami Stunting, Tertinggi Ada di Pandeglang 

Berita Terkini Lainnya