Cerita Warga Kota Serang yang Terpaksa BAB di Kebun

Ada warga yang lebih peduli gadget dari pada bangun toilet

Kota Serang, IDN Times - Meski berstatus sebagai ibu kota provinsi, Serang memiliki angka kemiskinan tertinggi dibandingkan kota-kota lain di Banten. Kemiskinan itupun membuat warga di kota ini bermasalah pada hal-hal dasar, seperti buang air besar (BAB). 

Dinas Kesehatan Serang mencatat, 29 ribu kepala keluarga (KK) BAB dengan sembarangan.

Baca Juga: Duh, 29 Ribu KK di Ibu Kota Banten Masih BAB Sembarangan

1. Kemiskinan menjadi faktor utama warga memilih BAB di kebun

Cerita Warga Kota Serang yang Terpaksa BAB di KebunIDN Times/khaerul anwar

Badan Pusat Statistik (BPS) Banten mencatat, 5,28 persen warga Serang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2019. Bandingkan dengan Kota Tangerang Selatan (1,68 persen), Cilegon (3,03 persen), dan Kota Tangerang (4,43 persen). 

Kemiskinan menjadi salah satu alasan warga terpaksa BAB di tempat sembarangan, seperti kebun, sungai dan lain sebagainya.

Nenek Aminah (70), misalnya. Warga lingkungan Pasir Asem, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya itu mengaku terpaksa memilih membuang hajat di kebun orang karena tidak memiliki jamban di rumahnya.

Jangankan untuk membuat toilet, kata Aminah, untuk makan sehari-hari pun dia masih mengharapkan uluran tangan dari tetangga."Buang air ning alas (di kebun) lah, tanah uwong (tanah orang) ora ana wc (karena tak ada wc)," kata Aminah kepada wartawan, Kamis (13/2).

Nenek Aminah tinggal seorang diri di sebuah rumah yang memprihatinkan dan tidak layak huni. Dia tinggal seorang diri setelah ditinggal meninggal sang suami, beberapa tahun lalu. Dari pernikahannya itu, nenek Aminah tidak memiliki anak. 

3. Ada warga yang lebih peduli pada gadget ketimbang bangun toilet bersih dan sehat

Cerita Warga Kota Serang yang Terpaksa BAB di Kebunhttps://www.solopos.com/angka-kemiskinan-terus-turun-klaten-terbaik-ketiga-di-jateng-1039254

Namun, faktor ekonomi bukanlah faktor tunggal dari praktik BAB sembarangan warga Serang. Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Serang Lenny Suryani mengungkap, faktor lain yang menyebabkan tingginya angka praktik "dolbon" adalah rendahnya kesadaran warga akan pola hidup sehat.

Menurut Lenny, ada warga yang lebih mementingkan membeli kendaraan atau gadget dari pada membangun toilet bersih dan sehat. "Jadi di Kota Serang ini bukan hanya soal warga tidak mampu tapi memang kesadaran masyarakatnya juga rendah," katanya.

Pola hidup seperti itu, imbuhnya, membuat warga pun rawan terkena diare dan penyakit lainnya yang timbul karena pola hidup tak higienis.

3. Sebanyak 29 ribu KK di Kota Serang BAB di kebun

Cerita Warga Kota Serang yang Terpaksa BAB di Kebunvnmedbook.com

Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Kota Serang, hingga tahun 2020 masih ada sekitar 29.753 KK yang masih membuang air besar ke kebun dan sungai. Jumlah ini tersebar di enam kecamatan di Kota Serang.

Kecamatan Kasemen menjadi daerah tertinggi angka Dolbon, padahal, kecamatan tersebut merupakan daerah pusat kejayaan Kesultanan Banten masa lalu.

Baca Juga: Pulang Dari Tiongkok dan Demam, 5 Warga Tangerang Negatif Corona

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya