3 Kiat Menjelaskan tentang Bullying pada Anak Sejak Dini

Kamu pasti sepakat bahwa tindak bullying yang belakangan kerap terjadi pada anak menjadi hal yang memprihatinkan. Pasalnya bukan hal sepele, perilaku perundungan bisa menimbulkan dampak yang fatal dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Seperti menimbulkan masalah serius pada kesehatan fisik dan psikologis hingga memicu depresi.
Melansir Very Well Family, penelitian menunjukkan bahwa dampak bullying bertahan hingga masa dewasa. Faktanya, sebuah penelitian menemukan bahwa konsekuensi dari perundungan yang dilakukan oleh teman sebaya berpotensi memiliki dampak lebih besar terhadap kesehatan mental di masa dewasa daripada yang diperkirakan. Terlebih, dampaknya mungkin lebih signifikan dibandingkan perundungan yang dilakukan oleh orang dewasa.
Lantas bagaimana kiat menjelaskan tentang bullying pada anak sejak dini? Lebih lanjut, ikuti ulasannya sampai akhir, ya!
1. Menjelaskan apa itu bullying pada anak sejak dini

Hal pertama untuk memberikan pemahaman pada anak tentang bullying sejak dini yaitu dengan menjelaskan apa itu bullying. Ini bisa berupa penjelasan yang berkaitan dengan apa saja bentuk perundungan, baik itu verbal maupun fisik serta bahayanya, mengingatkan anak tentang perilaku baik dan buruk, dsb. Hal ini penting, sebab terkadang tindak bullying yang terjadi pada anak sejak dini terjadi karena mereka kurang memahami cara menjalin hubungan pertemanan yang intens, atau bahkan meniru kebiasaan orang-orang di sekitarnya.
Dilansir Kids Health, beberapa anak yang melakukan intimidasi meniru perilaku yang mereka lihat di rumah. Anak-anak yang melihat interaksi agresif dan tidak baik dalam keluarga sering kali meniru bagaimana memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Dan anak-anak yang menjadi pelaku tersebut akan mengartikan bahwa bullying berarti bentuk pengendalian pada anak-anak yang mereka anggap lemah.
2. Bangun bonding yang kuat dengan anak agar mereka nyaman bercerita

Kamu pasti juga sepakat bahwa membangun pendekatan atau bonding yang baik dengan anak menjadi hal yang penting dalam pengasuhan. Pasalnya bonding dengan cara sesimpel tersenyum, bermain bersama anak, atau memberikan semangat akan membuat mereka merasa diperhatikan dan berharga. Membangun bonding yang kuat juga akan meningkatkan ikatan emosional, sehingga membantu anak lebih nyaman bercerita tentang pengalaman baik maupun buruk yang dialaminya.
Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan pertanyaan yang membuat anak menjawab secara detail. Seperti dengan bertanya tentang apa saja yang dilakukan anak hari ini, kejadian apa yang membuat mereka senang atau sedih, dsb. Secara tidak langsung ini akan membuat anak tergerak untuk lebih terbuka untuk bercerita. Kalau anak merasa emosional atau takut saat bercerita, orangtua bisa memberikan pengertian atau pelukan.
3. Memberikan contoh yang baik tentang bagaimana memperlakukan orang lain

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, anak adalah seorang peniru yang ulung. Mereka akan meniru sesuatu yang membuatnya penasaran dan menarik perhatian. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan sikap meniru, karena pada dasarnya meniru merupakan proses pembelajaran alamiah manusia. Namun pastikan bahwa sesuatu yang ditiru anak-anak tersebut berupa kebaikan dan teladan, bukan sebaliknya.
Hal ini juga termasuk ketika mengenalkan perundungan pada anak tadi, misalnya. Orangtua dan orang-orang terdekat perlu menjadi contoh atau role model yang baik. Misalnya dengan memberikan dorongan tentang perilaku postif.
Melansir Unicef, salah satu cara untuk membantu mencegah bullying yaitu dengan membantu anak dengan menjadi role model yang baik. Sebab ada tiga pihak yang melakukan intimidasi: korban, pelaku, dan orang sekitar. Dengan contoh yang baik, sekalipun anak-anak bukan korban penindasan, mereka dapat mencegah penindasan dengan bersikap merangkul, menghormati, dan baik terhadap teman sebayanya. Sebaliknya jika mereka menyaksikan penindasan, mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan mempertanyakan perilaku yang terjadi.
Bullying merupakan perilaku verbal atau fisik yang ditujukan untuk mengganggu orang lain yang lebih lemah. Hal tersebut tentu tidak bisa disepelekan, sebab dampaknya tidak main-main bagi kesehatan fisik maupun mental seseorang. Maka untuk mencegah agar anak tidak menjadi korban apalagi pelaku, memberikan edukasi sejak dini penting dilakukan.