Terdampak COVID-19, Nelayan di Tangerang Terancam Gulung Tikar
Dampak dari tutupnya restoran dan hotel di Jakarta
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangerang, IDN Times - Nelayan Desa Ketapang Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang mulai merasakan dampak wabah COVID-19. Tidak hanya khawatirkan kesehatan, mereka juga terancam gulung tikar lantaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diterapkan Provinsi DKI Jakarta.
Maklum saja, hampir 90 persen hasil laut para nelayan tersebut dikirim untuk suplai restoran dan hotel di Provinsi DKI Jakarta. Karena PSBB, restoran dan hotel menghentikan pesanan ikan dan komoditas laut lainnya.
Baca Juga: Gubernur Anies Juga Harus Ajak Daerah Penyangga DKI Ikut PSBB
Baca Juga: Kabupaten Tangerang Buka Rekrutmen Relawan COVID-19, Segini Gajinya
1. Penjualan hasil laut turun drastis semenjak wabah COVID-19 melanda
Salah satu nelayan Desa Ketapang, Acing, mengaku bahwa dampak wabah COVID-1i itu sudah dirasakan nelayan dalam sebulan terakhir. Penjualan para nelayan, kata pria 60 tahun itu, turun drastis.
Bahkan, imbuhnya, nelayan pun tidak bisa menjual dengan harga layak semua ikan dan komoditas laut yang mereka miliki. "Sekarang itu hanya bisa jual Rp25 ribu per kilogramnya, kalau sebulan yang lalu sebelum penyakit ini tuh Rp50 ribu," jelas Acing.
Penghasilan dengan menjual hasil tangkap dengan harga miring itu belum lagi harus dipotong biaya solar dan ikan untuk umpan rajungan. Sekali melaut, imbuhnya, nelayan harus modal solar 15 liter atau sekitar Rp140 ribu dan ikan umpan Rp150 ribu. "Belum lagi dibagi tiga ke teman saya yang satu kapal," jelasnya, Sabtu (11/4).
Baca Juga: Kabupaten Tangerang Buka Rekrutmen Relawan COVID-19, Segini Gajinya