Filosofi dan Keseriusan Suku Baduy dalam Menjaga Hutan
Suku Baduy jauh dari bencana alam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lebak, IDN Times - Beberapa waktu lalu, viral video tetua adat Baduy yang menangis setelah melihat hutan di Gunung Liman rusak karena ulah para penambang liar. Itu menjadi salah satu bukti keseriusan suku di pedalaman ini dalam menjaga hutan.
Suku Baduy merupakan salah satu suku di Tanah Air yang juga menolak perkembangan zaman dan teknologi. Mereka setia menerapkan amanat nenek moyang mereka, termasuk dalam menjaga kelestarian hutan.
Hal ini lah yang menjadikan suku ini jauh dari bencana alam. Di tengah musim hujan saat ini, banjir dan longsor jauh dari pemukiman Baduy.
Kawasan Baduy merupakan wilayah hulu di Provinsi Banten karena memiliki beberapa daerah aliran sungai (DAS), di antaranya Ciujung, Cisimeut, Ciberang, dan Cimadur.
"Kami sangat serius menjaga pelestarian hutan dan lahan untuk mengantisipasi bencana alam," kata Tetua adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Jaro Saija, seperti dikutip dari Antaranews, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Dalam Tangis, Tokoh Adat Baduy Sesalkan Perusakan Gunung Liman
1. Filosofi Baduy dalam menjaga kelestarian hutan
"Lojor henteu beunang dipotong, pendek henteu beunang disambung" (panjang tidak boleh dipotong dan pendek tidak boleh disambung).
Itu lah filosofi masyarakat Baduy dalam menjaga melestarikan kawasan hutan lindung, seperti dikutip dari situs Antaranews. Komitmen yang kuat itu didasari bahwa hutan merupakan amanat dan titipan leluhur untuk dijaga karena memberikan manfaat luar biasa untuk kesejahteraan dan keberlangsungan hidup manusia.
Suku Baduy meyakini, jika titipan leluhur itu tidak dilakukan maka menimbulkan malapetaka bencana alam.
Selama ini, bencana alam yang terjadi di berbagai daerah, seperti longsor, banjir , kekeringan yang berpotensi kebakaran hutan juga krisis air bersih dan pemanasan global, akibat kerusakan hutan.
Baca Juga: Soal Kolom Agama di KTP, Warga Baduy: Kami Seperti Tak Punya Agama
Baca Juga: Mengenal Angklung Buhun, Alat Musik Sakral Suku Baduy