TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dalam Tangis, Tokoh Adat Baduy Sesalkan Perusakan Gunung Liman

Pemerintah diminta tertibkan lubang tambang dan gurandil

Tangkapan layar video

Serang, IDN Times - Video berisi curahan hati dan keresahan masyarakat adat Baduy beredar luas. Dalam video berdurasi 3 menit 44 detik tersebut, dua tokoh masyarakat Baduy Dalam sedih karena terjadi eksploitasi alam penambangan emas di Gunung Liman.

Keduanya berpesan kepada pemerintah agar eksploitasi alam-- berupa Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)--di lingkungan Baduy Dalam segera dihentikan. Aktivitas tersebut dinilai akan merusak alam dan tak selaras dengan falsafah masyarakat Baduy yang berpegang pada kelestarian alam.

Baca Juga: Bebas COVID-19, Apakah Suku Baduy Ikut Divaksinasi? 

1. Para tokoh adat Baduy menyampaikan kesedihan mereka melihat adanya kerusakan alam yang "diamanatkan leluhur"

Tangkapan layar video

Dalam video tersebut, Ki Pulung menangis. Dia mengaku resah dan sedih dengan aktivitas penambangan emas tersebut karena akan berdampak terhadap alam. Dia khawatir, jika alam dirusak maka akan terjadi bencana alam susulan seperti setahun lalu.

"Kami ieu ka amanatan (melestarikan dan menjaga Gunung Liman) ku Leluhur kami. Bisi gunung kalebur, Lebak rusak, duit karabah," kata Ki Pulung dengan nada sedih dalam video yang beredar luas.

Baca Juga: Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris 

2. Kini gunung larangan ini kondisinya sudah rusak

Jarak dari bibir Waduk Samboja ke bekas galian tambang batu bara ilegal hanya 50 meter. Sumber: BWS Kalimantan III

Menurut Tokoh Adat Suku Baduy Ki Pulung, sekarang sudah terbukti Gunung Liman kondisinya mengenaskan. Eksploitasi alam terjadi di sana berupa penebangan pohon, galian tanah berkurang besar, dan sumur-sumur galian yang merusak lingkungan sekitar.

Ia dan masyarakat Kanekes yang mendapat mandat leluhur untuk menjaga alam, sedih sekaligus khawatir. Kerusakan alam akibat tangan manusia, kata dia, akan berdampak merugikan bagi banyak orang.

"Pemerintah kami ka amanatan ku leluhur-leluhur kami bisi aya gunung kalebur, gunung dilebur, lembah dirusak adat dirubah, ayeuna kabuktian (sekarang terbukti). Gunung Liman minta tulung dijaga bener-bener ku pamarentah," katanya.

3. Mereka minta aktivitas tambang ditutup

Dok. Istiewa/Didi

Masyarakat adat yang disebut orang Kanekes itu meminta kepada pemerintah daerah dan pihak kepolisian untuk menindak tegas para perusak alam tersebut. Seluruh lubang-lubang tambang yang ada segera ditutup.

"Kami ges kasesed (ditegur) ku karuhun. Ayeuna Gunung Liman sakali nu dirusak, (PETI) eta menta ditutup bae ulah dilanjutkeun kitu ka pamarentah," ujar pilu Ki Pulung.

Baca Juga: Sianida dan Merkuri, Zat Kimia Berbahaya yang Dipakai Para Gurandil

Sementara itu Kades Cibarani, Kecamatan Cirinten, Lebak Dulhani mengatakan, kesepakatan tetua adat dilakukan karena Gunung Liman adalah kawasan sumber hulu mata air yang menjadi sumber kehidupan dan penghidupan masyarakat yang meliputi wilayah Kabupaten Lebak.

"Pokok na pamarentah tingkat kabupaten, provinsi, pusat kudu tanggung jawab tidak boleh dilegalkan (PETI).  Kalau gunung rusak, ulah coba-coba aja," kata Dulhani yang juga Ketua Adat Kasepuhan Cibarani.

Baca Juga: Di Balik Ritual Kawalu Suku Baduy Dalam, Doa dan Puasa untuk Indonesia

Selamat Hari Bumi...

Berita Terkini Lainnya