TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BOR Rendah Tapi Warga Kesulitan Cari ICU COVID-19 di Kota Tangerang 

Dinkes: minim dokter spesialis jadi problem utamanya 

ilustrasi seorang pasien (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Kota Tangerang, IDN Times - Warga Tangerang berinisial E mengeluhkan sulitnya mencari ruang Intensif Unit Care (ICU) saat mertuanya dinyatakan positif COVID-19 dengan penyakit bawaan (komorbid) penyakit jantung.

"Bapak mertua saya meninggal, saat cari ICU buat dia soalnya ada sakit jantung," kata E, kepada wartawan, Selasa (22/2/2022).

E menyebut dia dan keluarga sudah berusaha mencari ke segala rumah sakit besar yang ada di Kota Tangerang, baik swasta maupun milik daerah, namun hampir semua rumah sakit menyebut ICU miliknya penuh, di tengah klaim Pemerintah Kota Tangerang bahwa keterisian rawat inap dan ICU COVID-19 rendah.

Baca Juga: Kasus Harian COVID-19 di Kabupaten Tangerang Terus Menurun

1. Dinkes: kendalanya bukan di ruang ICU, tapi minimnya dokter spesialis

Tempat tidur ICU Jerman sudah mulai hampir penuh karena lonjakan infeksi COVID-19. Ilustrasi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Dini Anggraeni menyebut, fasilitas kesehatan di Kota Tangerang kini tengah menghadapi kendala kurangnya dokter spesialis. Meskipun ICU COVID-19 di beberapa rumah sakit kosong, kata dia, pengelola namun tak berani menerima pasien bergejala komorbid lantaran kekurangan tenaga dokter spesialis.

"Karena bicara ruang ICU kan bukan hanya ruangan, tapi juga peralatan kesehatan, kesiapan obat-obatan dan yang terpenting adalah dokter spesialis yang menangani seorang yang dinyatakan COVID-19 dan punya komorbid," kata Dini.

2. Dokter spesialis sulit dicari

Ilustrasi Dokter Gigi di Tengah Pandemik COVID-19 (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Kata Dini, sebuah rumah sakit mungkin saja punya ruangan ICU untuk merawat pasien COVID-19, namun kadang fasilitas dan dokter spesialis suatu penyakit yang kadang tidak ada sehingga ketika ada pasien yang datang maka rumah sakit tersebut tidak bisa menanganinya.

"Kalau memang tidak ada dokter spesialis jantung maka pasien tersebut harus dirujuk ke rumah sakit yang punya fasilitas ruangan COVID-19, peralatan dan dokter spesialis jantung untuk menerima pasiennya. Kalau tidak, rumah sakit pasti tidak berani karena kalau sudah masuk ruang ICU kan berkaitan dengan nyawa," lanjutnya.

Baca Juga: Kadinkes: 80 Persen Kasus Omicron di Banten dari Transmisi Lokal

Berita Terkini Lainnya