Adu Ayam Jago Iringi Sejarah Islam Masuk ke Tanah Jawara
Peristiwa adu sakti Pucuk Umun dengan Maulana Hasanudin
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Serang, IDN Times - Sebelum menjadi kerajaan Islam, Banten merupakan bagian dari Kerajaan Sunda bercorak Hindu yang dipimpin oleh Arya Surajaya, atau dikenal sebagai Prabu Pucuk Umun.
Sultan Maulana Hasanuddin sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di Tanah Jawara. Ia merupakan Sultan kerajaan Islam pertama di Banten. Hasanuddin juga merupakan putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah, atau Sunan Gunung Jati dan Nyi Kawunganten yang merupakan puteri dari Prabu Surasowan.
Diketahui, Sunan Gunung Jati berlayar dari Demak ke Jawa Barat pada tahun 1524 atau 1525, dan menikah dengan puteri Prabu Surasowan yang merupakan seorang Bupati di Banten. Pusat pengembangan agama Islam di Jawa saat itu berada di Demak. Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanuddin melebarkan pengaruh Islam ke bagian barat Pulau Jawa.
Baca Juga: Wali Kota Serang Izinkan Warga Tarawih di Masjid dan Bukber Diluar Rumah
1. Banten dipimpin Prabu Pucuk Umun
Setelah Prabu Surasowan wafat, pemerintahan Banten diwariskan kepada anaknya Arya Surajaya. Kemudian Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon atas panggilan dari kepengurusan Bupati di Cirebon, kemudian diangkat menjadi Bupati sekaligus Susuhanan Jati setelah Pangeran Cakrabuana wafat.
Sedangkan puteranya Hasanuddin, memilih menjadi guru agama Islam di Banten. Bahkan beliau dikenal memiliki banyak santri di wilayah hingga mendapatkan gelar Syaikh.
Dia mendapatkan tugas dari sang ayah Syarif Hidayatullah untuk meneruskan tugasnya menyebarkan agama Islam di Banten. Maulana Hasanuddin melanjutkan misi dakwah bersama para santrinya, berkeliling dari satu daerah ke daerah lain mulai dari Gunung Pulosari, Gunung Karang atau Gunung Lor, hingga ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon.
Sementara hubungan antara Prabu Pucuk Umun dan Maulana Hasanuddin sangatlah buruk. Karena Pucuk Umun tetap bersikukuh untuk mempertahankan ajaran Sunda Wiwitan atau agama Hindu sebagai agama resmi di Banten.
"Namun tidak sedemikian dengan Syaikh Maulan Hasanuddin. Beliau terus melanjutkan dakwahnya dengan lancar," kata Yadi Ahyadi, peneliti Bantenologi di Kampus UIN SMH Banten, Selasa (13/4/2021).
Baca Juga: Ini yang Bisa dan Gak Bisa Kamu Lakukan di Ramadan 2021