TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Turun, 4.310 Balita di Pandeglang Masih Alami Stunting 

Angka gizi buruk meningkat

Ilustrasi upaya pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Pandeglang, IDN Times - Sebanyak 845 anak berusia di bawah lima tahun (balita) mengidap gizi buruk di Kabupaten Pandeglang, Banten. Sementara itu, dari total 150.377 balita di sana, 4.310 di antaranya mengalami pertumbuhan kerdil atau stunting.

Data tersebut merupakan hasil pemantauan sementara pada awal tahun 2020 pada sistem elektronik pemantauan pertumbuhan gizi berbasis masyarakat (EPPGBM) milik Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.

Baca Juga: Tinggi, 40 Persen Balita di Lebak Derita Stunting

1. Angka balita dengan gizi buruk di Pandeglang meningkat

IDN Times/Indiana Malia

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Raden Dewi Setiani mengatakan, jumlah angka gizi buruk di Pandeglang tahun ini meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang hanya 635 balita. Sedangkan untuk jumlah penderita stunting mengalami penurunan pada tahun sebelumnya mencapai 8.203 balita.

"Jadi hasil dari penimbangan posyandu di input ke sistem EPPGBM. Dari hasil posyandu itu berat badan dan tinggi badan balita yang ditimbang masuklah ke EPPGBM by name by address," kata Dewi saat dikonfirmasi, Senin (17/2).

2. Penyebab terjadinya stunting dan bagaimana memutus rantai stunting sejak calon ibu masih remaja

sdgcenter.unpad.ac.id

Dia menjelaskan, stunting pada balita Pandeglang disebabkan beberapa faktor. Antara lain, kata dia, pola aduh, akses makanan, sanitasi, serta kesehatan lingkungan dan air bersih.

Pola asuh tersebut, kata Dewi, dilihat sejak calon ibu masih remaja. Apakah di masa remaja, para calon ibu ini memiliki riwayat anemia dan apakah gejalanya muncul kembali ketika dia hamil. Pemeriksaan kesehatan fisik dan mental pun dicek dari setiap ibu sejak pramenikah hingga kehamilan. 

Untuk menekan angka stunting, setiap hari minggu pihaknya menggelar program Selasa Berseri Tanpa Anemia (sarita) untuk remaja putri di sekolah-sekolah dan diberikan tablet tambah darah bagi pelajar SMP dan SMA mulai usia 10-19 tahun.

"Kita putus mata rantainya dari mulai remaja supaya remajanya sehat dulu ketika jadi ibu hamil sehat juga bayinya," katanya.

Baca Juga: Duh, 29 Ribu KK di Ibu Kota Banten Masih BAB Sembarangan

Berita Terkini Lainnya