TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keluarga Miskin Mengaku Bansos untuk Mereka Dipotong "Uang Rokok"

Di tengah pandemik, bansos itu kini sudah berhenti

Pasangan keluarga miskin Ujang Pendi dan Istri saat menunjukan KKS (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Tangerang Selatan, IDN Times - Pasangan suami istri yang tinggal di Kelurahan Setu, Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku sebagai korban pungutan liar atau pungli. Ujang Pendi (60) dan Tini Lilis (50) yang miskin ini terdaftar sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial sebesar Rp300 ribu/bulan. 

Namun, setiap kali dia mengambil uang itu ke ATM, sudah ada oknum pegawai yang menunggu di sana dan meminta "uang rokok".

"Dipotong gocap, gocap, gocap (Rp50 ribu). Semua orang ditungguin. Buat uang rokok katanya," kata Pendi ketika IDN Times mendatangi rumah mereka yang sudah reyot, Senin (8/6). 

Dia ingin agar pejabat daerah dan pusat mengetahui fakta ini. "Gak ada yang bela kalau orang kecil "dimakan" mah.  Ini yang kecil yang diperes, kata Pendi. 

Baca Juga: Miris! Keluarga Petani Miskin di Tangsel Belum Dapat Bansos

1. Selain dipotong Rp50 ribu, kartu KKS miliknya juga sempat hilang

IDN Times/Muhamad Iqbal

Tini, istri Pendi juga mengaku pernah dirugikan lantaran Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) milik keluarganya pernah hilang di tangan pegawai PKH Kemensos berinisial E, dua tahun lalu. 

"Awalnya, saya gesek (ke ATM) sama Pak E. Nah terus, kata Pak E, 'sini kartunya'. Saya kasih sama dia." Kata Tini.

Kemudian kartu itu hilang. Keluarga ini lantas dibuatkan kembali KKS oleh PKH . Namun, sejak memggunakan kartu yang baru, Tini mengaku hanya bisa mengambil bantuan berupa uang, sementara sembako tidak dapat. 

Dengan KKS sebelumnya, Tini mendapatkan manfaat uang dan bantuan sembako pemerintah. "Saya sudah dua tahun, ga dapat yang sembako. Biasanya, saya dapat setiap bulan," kata dia. 

Di awal program ini berjalan, dia masih bisa mendapatkan sembako yang lengkap, mulai dari beras, telur, minyak, gula, sarden, mi, hingga kopi. "Gak lama, setelah itu cuma beras sama telor doang," kata Tini.

2. Pegawai PKH sangkal semua tuduhan

(kanan) pegawai PKH Kemensos saat mendatangi dan dikonfirmasi di rumah Keluarga Pendi (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Sementara itu, pegawai PKH Kemensos yang disebut pasangan Pendi dan Tini, menyangkal tudingan itu. Pegawai bernama Efan itu mengungkap, keluarga itu mengambil uangnya sendiri ke ATM, tanpa campur tangan darinya. Efan mengungkapkan, karena hal itu bersifat pribadi. 

Selain itu, Efan juga membantah memungut Rp50 ribu. "Gak ada, karena kartu ATM dipegang oleh mereka," kata dia. 

Efan juga angkat bicara mengenai tudingan dia menghilangkan kartu KKS milik pasangan Pendi dan Tini. "Iya, waktu itu sempat saya pegang karena sekalian saya mengajarkan mereka pada tahun 2018. Dan, sempat hilang kemudian tiga bulan dibuatkan kembali," kata dia.

Untuk soal tak ada laginya bansos sembako selama dua tahun, Efan enggan berkomentar.

3. Kadinsos: keluarga Pendi dan Tini tak dapat bansos karena KKS -nya hilang

IDN Times/Muhamad Iqbal

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, Wahyunoto Lukman menjelaskan, berhentinya bantuan sembako terhadap keluarga Pendi terjadi karena karena hilangnya KKS. "Karena KKS yang pertama hilang. Akhirnya lapor lagi ke bank dan keluarlah kartu KKS baru," kata Wahyunoto.

Dengan KKS baru, keluarga Pendi mendapat bantuan pemerintah berupa uang tunai. "Maka dana bansos PKH cair,  dana bansos sembako tidak cair," jelas Wahyunoto. 

Lebih lanjut Wahyunoto menjelaskan, bansos PKH yang berbentu tunai dicairkan berdasarkan nomor rekening, sedangkan dana bansos sembako berdasarkan e-wallet. "Maka seharusnya e-wallet yang di KKS pertama harus di link-kan dengan KKS baru (pengganti)," jelas dia. 

Namun, Pendi mengungkap bahwa ada sejumlah kepala keluarga yang KKS-nya hilang, oleh satu pendamping yang sama, namun tetap mendapat bantuan berupa sembako. 

"Semua pendampingnya Pak E, hilang KKS-nya. Tapi dicetak baru lagi, dapat semua bantuan tunai dan sembako. Tapi KKS atas nama istri saya cuma bantuan tunai, sembakonya tidak," ungkap dia. 

Baca Juga: [LINIMASA] Banten Melawan COVID-19 Jelang New Normal

Berita Terkini Lainnya