TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah Jawara

Perempuan gagah berani menentang tanam paksa Belanda

Ilustrasi saat pasukan Kesultanan Banten menyerang Pangeran Kesultanan Mataram pada tahun 1619 .Koninklijke Bibliotheek

Serang, IDN Times - Setiap tahun, Indonesia memperingati 21 April sebagai hari Kartini. Peringatan ini merupakan penghargaan atas jasa para perempuan di Indonesia. 

Banten terkenal sebagai kawasan yang "melahirkan" pendekar alias para jago sejak zaman penjajahan. Hal inilah yang kemudian menjadi julukan wilayah yang kini bernama Banten, yakni Tanah Jawara. 

Dari puluhan bahkan ratusan jawara atau pendekar yang yang identik dengan maskulinitas, terselip dua nama wanita asal Banten, Nyimas Gamparan dan Nyimas Melati.

Siapa sangka, dua perempuan tersebut merupakan pejuang yang memang dalam arti sesungguhnya. Kedua jawara itu turun langsung ke medan tempur di Banten dan wilayah perbatasannya dengan Batavia yang sekarang Jakarta. Pada tulisan kali ini kita akan mengupas kisah perjuangan Nyimas Gamparan dan pengkhianatan dan akhir hidupnha ya guys. Yu simak!

1. Nyimas Gamparan keluarga Kesultanan Banten yang mengobarkan perlawanan terhadap tanam paksa Belanda

IDN Times/Muhamad Iqbal

Disarikan dari berbagai sumber, Nyimas Gamparan merupakan wanita kelahiran anggota kesultanan Banten yang melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda lantaran pihak Belanda dianggap menginjak-injak sejarah leluhur dengan dihapusnya sistem kesultanan Banten sekitar tahun 1813 pada era Sultan Syafiudin.

Heroisme Nyimas Gamparan dikenal dalam perang Cikande. Perang tersebut terjadi sekitar tahun 1829 hingga 1830. Perang tersebut terjadi lantaran Nyimas Gamparan yang memimpin puluhan pendekar wanita menolak Cultuurstelsel atau aturan tanam paksa yang dibuat oleh pemerintahan kolonial Belanda pada 1830 yang diterapkan kepada penduduk pribumi.

Nyimas Gamparan dan puluhan prajurit wanitanya menggunakan taktik perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda. Pasukan Nyimas Gamparan ini memiliki markas persembunyian di wilayah yang kini disebut Balaraja, Kabupaten Tangerang.

Konon, penamaan Balaraja berasal dari pasukan Nyimas Gamparan. Balaraja, tempat singgah para raja dengan asal kata Balai dan Raja dan juga yang menyebutkan tempat berkumpulnya bala tentara Raja.

2. Perjuangan Nyimas Gamparan lebih dahsyat dari pemberontakan Geger Cilegon

watchmojo.com

Saat dimulainya peperangan yang dilakukan pasukan Nyimas Serangan demi serangan yang dilakukan oleh pasukan Nyimas Gamparan membuat Belanda sangat kerepotan. Berbagai cara pun dilakukan untuk menumpas pasukan wanita pimpinan Nyimas Gamparan.

Dikisahkan, perjuangan Nyimas Gamparan tersebut dikenal dengan Perjuangan Cikande Udik, dengan lokasi Cikande Timur sebagi titik epicentrum gerak griliya pasukannya. Pasukan itu dikenal sangat merepotkan pihak Belanda. Bahkan, seorang tuan tanah Belanda yang menguasai lahan yang terbentang dari Cikande (kini Kecamatan Cikande, Kaupaten Serang) sampai Maja (kini Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak) tewas terbunuh beserta keluarganya. Dalam serangan-serangannya terhadap objek-objek milik pemerintah kolonial.

Pemberontakan yang dipimpin oleh Nyimas Gamparan ini dikenal jauh lebih dahsyat dan masif dari pemberontakan Geger Cilegon pada 1888 yang justru kini lebih dikenal masyarakat. Kisah pemberontakan Nyimas Gamparan kurang dikenal masyarakat karena sampai kini belum ada orang yang menyusun disertasi ataupun menuliskannya dalam bentuk buku.

Berita Terkini Lainnya