Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah Jawara

Perempuan gagah berani menentang tanam paksa Belanda

Serang, IDN Times - Setiap tahun, Indonesia memperingati 21 April sebagai hari Kartini. Peringatan ini merupakan penghargaan atas jasa para perempuan di Indonesia. 

Banten terkenal sebagai kawasan yang "melahirkan" pendekar alias para jago sejak zaman penjajahan. Hal inilah yang kemudian menjadi julukan wilayah yang kini bernama Banten, yakni Tanah Jawara. 

Dari puluhan bahkan ratusan jawara atau pendekar yang yang identik dengan maskulinitas, terselip dua nama wanita asal Banten, Nyimas Gamparan dan Nyimas Melati.

Siapa sangka, dua perempuan tersebut merupakan pejuang yang memang dalam arti sesungguhnya. Kedua jawara itu turun langsung ke medan tempur di Banten dan wilayah perbatasannya dengan Batavia yang sekarang Jakarta. Pada tulisan kali ini kita akan mengupas kisah perjuangan Nyimas Gamparan dan pengkhianatan dan akhir hidupnha ya guys. Yu simak!

1. Nyimas Gamparan keluarga Kesultanan Banten yang mengobarkan perlawanan terhadap tanam paksa Belanda

Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah JawaraIDN Times/Muhamad Iqbal

Disarikan dari berbagai sumber, Nyimas Gamparan merupakan wanita kelahiran anggota kesultanan Banten yang melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda lantaran pihak Belanda dianggap menginjak-injak sejarah leluhur dengan dihapusnya sistem kesultanan Banten sekitar tahun 1813 pada era Sultan Syafiudin.

Heroisme Nyimas Gamparan dikenal dalam perang Cikande. Perang tersebut terjadi sekitar tahun 1829 hingga 1830. Perang tersebut terjadi lantaran Nyimas Gamparan yang memimpin puluhan pendekar wanita menolak Cultuurstelsel atau aturan tanam paksa yang dibuat oleh pemerintahan kolonial Belanda pada 1830 yang diterapkan kepada penduduk pribumi.

Nyimas Gamparan dan puluhan prajurit wanitanya menggunakan taktik perang gerilya untuk menghadapi pasukan Belanda. Pasukan Nyimas Gamparan ini memiliki markas persembunyian di wilayah yang kini disebut Balaraja, Kabupaten Tangerang.

Konon, penamaan Balaraja berasal dari pasukan Nyimas Gamparan. Balaraja, tempat singgah para raja dengan asal kata Balai dan Raja dan juga yang menyebutkan tempat berkumpulnya bala tentara Raja.

2. Perjuangan Nyimas Gamparan lebih dahsyat dari pemberontakan Geger Cilegon

Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah Jawarawatchmojo.com

Saat dimulainya peperangan yang dilakukan pasukan Nyimas Serangan demi serangan yang dilakukan oleh pasukan Nyimas Gamparan membuat Belanda sangat kerepotan. Berbagai cara pun dilakukan untuk menumpas pasukan wanita pimpinan Nyimas Gamparan.

Dikisahkan, perjuangan Nyimas Gamparan tersebut dikenal dengan Perjuangan Cikande Udik, dengan lokasi Cikande Timur sebagi titik epicentrum gerak griliya pasukannya. Pasukan itu dikenal sangat merepotkan pihak Belanda. Bahkan, seorang tuan tanah Belanda yang menguasai lahan yang terbentang dari Cikande (kini Kecamatan Cikande, Kaupaten Serang) sampai Maja (kini Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak) tewas terbunuh beserta keluarganya. Dalam serangan-serangannya terhadap objek-objek milik pemerintah kolonial.

Pemberontakan yang dipimpin oleh Nyimas Gamparan ini dikenal jauh lebih dahsyat dan masif dari pemberontakan Geger Cilegon pada 1888 yang justru kini lebih dikenal masyarakat. Kisah pemberontakan Nyimas Gamparan kurang dikenal masyarakat karena sampai kini belum ada orang yang menyusun disertasi ataupun menuliskannya dalam bentuk buku.

3. Pengkhiatan dan kematian Nyimas Gamparan

Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah JawaraIlustrasi para pelaut dan pedagang VOC saat diterima oleh penguasa lokal Kesultanan Banten pada tahun 1594. Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures

Ada beragam versi terkait akhir hidup perempuan gagah berani ini. Beberapa sumber menyebut kematian Nyimas Gamparan apakah gugur saat bertempur, tewas di bawah hukuman kolonial, atau justru tutup umur secara alamiah.

Namun cerita paling terkenal adalag Belanda menggunakan politik devide et impera atau politik adu domba untuk menaklukan Nyimas Gamparan. Dikisahkan, Raden Tumenggung Kartanata Nagara yang menjadi Demang di wilayah Jasinga, Bogor diminta bantuan untuk menumpas milisi perempuan ini. Tumenggung Kartanata iming-imingi bakal dijadikan penguasa di daerah Rangkasbitung oleh Belanda.

Pasukan Ki Demang inilah yang kemudian diadu dengan Pasukan Nyimas Gamparan. Taktik Belanda ini rupanya cukup ampuh. Nyimas Gamparan akhirnya berhasil dikalahkan oleh pasukan Kartanata Nagara. Nyimas Gamparan pun disemayamkan di daerah Pamarayan, Serang-Banten.

 

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya