Setengah Hati Reaktivasi Jalur KA di Banten
Diidamkan masyarakat, reaktivasi jalur KA ini malah berlarut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandeglang, IDN Times - Terhubung dengan wilayah perkotaan Jabodetabek secara cepat dan murah dengan Kereta Api (KA) nampaknya masih menjadi mimpi bagi rakyat Banten selatan, khususnya wilayah Pandeglang. Reaktivasi jalur KA lintas Rangkasbitung arah Pandeglang ini berlarut-larut.
Jalur lintas KA tersebut percabangan jalur Saketi menuju Bayah, sebetulnya sudah siap secara Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) sejak tahun 2018.
Reaktivasi jalur KA bersejarah tersebut dipastikan masih tertunda hingga di tahun anggaran 2023 ini karena minimnya anggaran dari pemerintah pusat.
Bukan cuma soal anggaran, beberapa pihak juga menilai, pemangku kebijakan baik pusat maupun di Banten tak punya political will dalam mengupayakan reaktivasi jalur KA hingga ke Pandeglang ini.
Padahal, reaktivasi jalur ini sangat diidamkan warga sebab mobilitas warga Banten bisa lebih cepat, mudah, dan murah. Selain itu, warga pun akan memiliki pilihan moda transportasi.
Seperti diungkapkan salah satu warga Pandeglang bernama Ruli. Pemuda 27 tahun ini berharap rencana reaktivasi jalur kereta api Rangkasbitung-Pandeglang hingga Labuan segera dilaksanakan.
Reaktivasi jalur KA tersebut dinilai akan langsung mengoneksikan warga di Pandeglang dengan wilayah perkotaan yang lebih maju-- seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek)--melalui moda transportasi kereta.
"Ya kalau sudah ada kereta mah kan enak yah. Orang dagang harus ambil dagangan bisa naik kereta aja, pasti lebih murah jadi lebih mudah buat jalan-jalan, juga yah ke Jakarta," kata Ruli yang juga warga Nanggerang, Keroncong itu pada Rabu (31/8/2022).
Jika jalur KA peninggalan kolonial Belanda tersebut hidup kembali, kata Ruli, orang-orang Pandeglang akan punya banyak pilihan transportasi untuk ke Jakarta. "Ya inginnya kayak di Rangkasbitung yah. Ada saudara di sana, kerja di Jakarta jadi bisa pulang-pergi. Gak perlu ngontrak di Jakarta," kata dia.
Ruli mengaku, stasiun terdekat yang ia bisa datangi jika jalur KA nonaktif tersebut beroperasi kembali adalah stasiun Kadomas. "Kalau hidup enak banget yah, Kadomas dekat dengan terminal Kadubanen," ungkapnya.
Baca Juga: Reaktivasi KA Pandeglang Mandek, Pengamat: Gak Ada Political Will
1. Jalur ini dibangun tahun 1906, di zaman Hindia Belanda
Sejarah pendirian jalur KA ini terangkum di tiga buku, yakni Mosaik Perjuangan Kereta Api Perusahaan Kereta Api, Bandung 1995; Boekoe Peringatan dari Staatsspoor & Tramwegen Hindia Belanda 1875-1925; dan Topografische Inrichting Weltevreden, 1925.
Jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan dibangun pada 1906 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik kerajaan Belanda di tanah jajahan Hindia Belanda. Pada 1945, pengoperasian jalur ini diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), perusahaan kereta api yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia pada masa awal berdirinya republik.
Kini, jalur kereta api yang menghubungkan Labuan, Pandeglang dengan Rangkasbitung, Lebak itu masuk dalam Wilayah Aset PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional I, Jakarta.
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pandeglang--selain Stasiun Rangkasbitung-- ada 14 stasiun kereta api yang pernah ramai di jalur KA ini, pada zamannya. Stasiun-stasiun itu meliputi Stasiun Pandeglang kode PDG, Stasiun Cibiuk Kecamatan Banjar kode CBI, Stasiun Cimenyan kode CMY, Stasiun Kadukacang Kecamatan Cipeucang kode KDK, Stasiun Sekong Kecamatan Saketi kode SE, Stasiun Cipeucang Kecamatan Cipeucang kode CPG, Stasiun Cikaduwen Kecamatan Saketi kode CWN, dan Stasiun Saketi kode STI.
Lalu Stasiun Sodong Kecamatan Saketi kode SOG, Stasiun Kenanga Kecamatan Menes kode KNA, Stasiun Menes kode MNS, Stasiun Babakanlor Kecamatan Cikedal kode BBR, Stasiun Kalumpang kode KAL, terakhir Stasiun Labuan kode LBN.
Dalam dekade 1950 sampai 1960 akhir, lalu lintas ini cukup ramai. Dalam sehari, ada lima pergerakan kereta penumpang dan barang, pulang pergi.
Hingga kemudian di awal tahun 1980-an-- saat rezim Suharto berkuasa--jalur ini mulai kehilangan gairah. Pemerintah kemudian menutup jalur ini pada 1984 karena kalah bersaing dengan moda transportasi massal lainnya.
Kini, jalur KA ini sudah tidak lagi beroperasi. Sebagian besar stasiun beralih fungsi menjadi rumah, gudang, dan sebagainya.
Baca Juga: Ga Ada Anggaran, Reaktivasi Jalur KA Pandeglang Mandek
Baca Juga: Warga Pandeglang Harap Reaktivasi Jalur Kereta Api Segera Terlaksana
Baca Juga: Rizki Natakusumah Akui Reaktivasi Jalur KA Pandeglang Berlarut-Larut