Kampung Halaman Dipadati Pabrik, Abdul Justru Harus Kerja ke Jakarta

- Praktik calo tenaga kerja sudah jadi rahasia umum di wilayah industri di Serang
- Pelaku percaloan berasal dari berbagai kalangan, membuat warga frustasi dan harus merantau
- Kondisi ini membuat Abdul dan warga lainnya harus bekerja di daerah lain demi mencukupi kebutuhan
Serang, IDN Times – Abdul (bukan nama sebenarnya), tak pernah membayangkan harus mengadu nasib di Jakarta sebagai driver ojek online. Padahal, kampung halamannya dikenal sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Banten, dipadati oleh pabrik-pabrik berskala nasional dan internasional.
Warga Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang berusia 25 tahun itu merasa justru sulit mendapatkan pekerjaan di kampung sendiri. Penyebabnya, praktik percaloan tenaga kerja yang mengharuskan pencari kerja membayar uang jutaan rupiah agar bisa diterima bekerja.
“Kalau nggak punya ‘duit pelicin’ minimal dua sampai lima juta (rupiah), susah masuk pabrik,” ujar Abdul ketika ditemui di salah satu titik jemput penumpang di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin (9/6/2025).
1. Praktik calo tenaga kerja sudah jadi rahasia umum di wilayah industri di Serang

Menurut Abdul, praktik percaloan ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan warga Jawilan dan Cikande. Pelaku percaloan diduga berasal dari berbagai kalangan, mulai dari oknum pegawai desa, organisasi masyarakat (ormas), hingga preman lokal yang menjadikan kebutuhan kerja sebagai ladang bisnis haram.
“Bahkan ada yang terang-terangan nawarin kerjaan lewat WA dan Facebook, tapi syaratnya setor dulu. Kalau enggak, ya nggak bakal diproses,” ujarnya.
2. Kondisi ini bikin warga harus mengadu nasib ke daerah lain

Kondisi ini membuat Abdul dan banyak warga lainnya frustrasi. Ketika peluang kerja di kampung sendiri tertutup oleh praktik kotor, mereka tak punya pilihan selain merantau. Abdul memilih menjadi driver ojek online di Jakarta sejak awal 2023 demi mencukupi kebutuhan.
“Jadi walaupun rumah enggak jauh dari Jakarta, biar setoran nutup saya harus kerja dengan pulang sebulan sekali, gimana lagi? Kalau di kampung cuma nganggur terus,” tambahnya.