Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!

Tepat hari ini, Kota Tangerang Berumur 28 tahun

Kota Tangerang, IDN Times - Kota Tangerang berulang tahun hari ini, Minggu (28/2/2021). Ulang tahun Kota Tangerang pada tahun 2021 ini menjadikan usia kota di barat Ibukota Jakarta ini berusia 28 tahun.

Banyak fakta terkait daerah berjuluk Kota Industri ini. Beberapa di antaranya terkait hikayat dan sejarah terbentuknya wilayah yang dibelah Sungai Cisadane. Berikut profil dan fakta singkat Kota Tangerang.

1. Berkaitan dengan perang Kesultanan Banten dan VOC, nama Tangerang secara harafiah berarti batas perang

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!Masjid Agung Kesultanan Banten (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Berdasarkan situs resmi Pemerintah Provinsi Banten, berdirinya Kota Tangerang tidak lepas dari sejarah peperangan Kesultanan Banten melawan Kolonialisme Belanda. Nama Tangerang dahulu dikenal dengan nama Untung Jawa. 

Sejarah mencatat lahirnya Tangerang bermula dari sebutan kepada sebuah bangunan tugu berbahan dasar bambu yang didirikan oleh Pangerang Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.

Tugu tersebut terletak di bagian Barat Sungai Cisadane yang diyakini saat ini berada di wilayah kampung Gerendeng. Oleh masyarakat sekitar, bangunan tugu tersebut disebut "tengger" atau "tetengger" yang kemudian kini menjadi Tangerang yang dalam bahasa sunda berarti tanda atau penanda atau batas.

Sesuai dengan julukannya, fungsi dari tugu tersebut memang sebagai penanda pembagian wilayah antara Kesultanan Banten dengan pihak VOC Belanda. Dimana, wilayah kesultanan Banten berada di sebelah barat dan wilayah yang di kuasai VOC di sebelah timur sungai Cisadane.

Baca Juga: Arief: Faskes COVID-19 Kota Tangerang Terbanyak di Tangerang Raya

2. Kota Tangerang juga dikenal sebagai Kota Benteng

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!Ilustrasi. Benteng Victoria Ambon (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Pada sekitar tahun 1652, Kesultanan Banten mengangkat tiga orang maulana (gelar petinggi militer) yang diberi pangkat Aria. Ketiga maulana tersebut merupakan kerabat jauh Sang Sultan yang berasal dari Kerajaan Sumedang Larang, bernama Yudhanegara, Wangsakara dan Santika. Ketiganya diminta dan diutus untuk membantu perekonomian Kesultanan Banten dengan melakukan perlawanan terhadap VOC yang semakin merugikan Kesultanan Banten dengan sistem monopoli dagang yang diterapkannya.

Pada perjuangannya ketiga maulana tersebut membangun benteng pertahanan hingga mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan yang menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa (Kabupaten Tangerang saat ini). Namun, dalam pertempuran melawan VOC, ketiga maulana gugur satu demi satu.

Daerah di sekitar benteng pertahanan yang dibangun oleh ketiga maulana disebut masyarakat sekitar dengan istilah daerah Benteng. Hal ini turut mendasari sebutan Kota Tangerang yang dikenal dengan sebutan Kota Benteng.

3. Nama Tangerang resmi menjadi nama daerah di masa pendudukan Jepang

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!Para pekerja paksa (romusha) sedang menyelesaikan proyek pembangunan jalan di Burma (Myanmar) pada tahun 1944. (Wikimedia Commons/United States Library of Congress)

Tangerang menjadi nama resmi wilayah di bantaran Sungai Cisadane pertama kali pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Otoritas Jepang saat itu sempat melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta Ken (wilayah administratif setingkat Kabupaten) ke Tangerang yang dipimpin oleh M. Atik Soeardi.

Peristiwa ini berdasarkan kepada keputusan Gunseikanbu, yang merupakan pimpinan Departemen Militer Jepang, tanggal 9 boelan 11 hoen syoowa 18 (2603) Osamu Sienaishi 1834.

Keputusan tersebut juga akhirnya menunjuk Atik Soeardi untuk menjabat pembantu Wakil Kepala Gunseibu Jawa Barat dan Raden Pandu Suradiningrat menjadi Bupati Tangerang (1943-1944).

4. Pada 28 Februari 1981, 5 Kecamatan di Tangerang menjadi Kota Administratif

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!IDN Times/Muhamad Iqbal

Seiring berjalannya waktu, daerah Tangerang yang kala itu berbentuk Kabupaten Daerah Tingkat II mengalami perkembangan yang sangat pesat. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota menjadikan beberapa kecamatan yang berbatasan langsung menjadi pusat segala kegiatan baik Pemerintah, Ekonomi, industri dan Perdagangan, Politik, Sosial Budaya.

Hal tersebut mendasari pemerintah memandang perlu untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan secara khusus. Maka pada tanggal 28 Februari 1981 keluar Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Tangerang, dengan demikian Kecamatan Tangerang, Kecamatan Batuceper, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Benda dan Kecamatan Jatiuwung masuk ke dalam Wilayah Kota Administratif Tangerang.

5. Ini perjalanan Tangerang menjadi Kota Tangerang pada 28 Februari

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!IDN Times/Muhamad Iqbal

Dalam perjalanan kurun waktu 12 Tahun Kota Administratif Tangerang kembali menunjukan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat disegala bidang, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

Dinamika kehidupan perekonomian kota ditandai dengan berkembangnya unit-unit usaha dan perdagangan termasuk pertumbuhan jumlah penduduk yang mencapai 921.848 jiwa. Laju pertumbuhan mencapai 8,27 yang diakibatkan derasnya arus urbanisasi yang pada akhirnya berpengaruh bagi kehidupan sosial politik, budaya dan perekonomian masyarakat.

Perkembangan tersebut sejalan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1985 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota yang peruntukannya sebagai daerah industri, perumahan, perdagangan, dan jasa dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.

Dengan struktur pemerintahan yang masih berbentuk kota administratif sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 650/SK-39-Pemda/1983 tanggal 14 Maret 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Wilayah Kota Administratif Tangerang, mengalami berbagai kesulitan karena terbatasnya kewenangan pemerintah kota pada waktu itu.

Selanjutnya Surat Keputusan Gubernur tersebut dijabarkan melalui Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang Nomor : 188.45/SK.40-HUK/1984 tanggal 17 Maret 1984 tentang Pelimpahan Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang kepada Wali kota Administratif Tangerang.

Perubahan struktur Pemerintah Kota Administratif tetap tidak dapat mendukung dinamika pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota Tangerang, terlebih lagi aparat Pemerintah Kota hanya berjumlah 737 orang yang terdiri dari 331 PNS dan 406 status magang/honor daerah.

Untuk itulah dalam rangka menunjang pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan Kota Administratif diperlukan struktur Pemerintahan yang lebih tinggi dari status Kota Administratif yaitu dengan membentuk daerah otonom Kotamadya Daerah Tingkat II yang mengatur rumah tangganya sendiri.

Walikota Administratif Tangerang yang telah menjabat mulai terbentuk Kota Administratif adalah :

1. Periode 1982-1986   : Bapak KARSO PERMANA, BA

2. Periode 1986-1990   : Bapak Drs. H. YITNO

3. Periode 1990-1993   : Bapak Drs. H. DJAKARIA MACHMUD

Proses pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang diawali dengan adanya aspirasi sejumlah tokoh masyarakat yang disampaikan kepada Bpk. Drs. H. YITNO sebagai Walikota Administratif Tangerang kemudian direstui oleh Bapak H. TADJUS SOBIRIN sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang pada waktu itu, selanjutnya diproses melalui DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang.

Proses pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang secara keseluruhan berlangsung selama 5 tahun 8 bulan 27 hari yaitu sejak tanggal 1 Juni 1987 sampai dengan 28 Februari 1993 dan secara resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang menjadi Daerah Otonom Ke-25 di Jawa Barat dan Ke-312 se Indonesia. Selanjutnya  Kota Tangerang diresmikan oleh Bapak Jenderal TNI (Pur) Rudini (Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia) pada hari Minggu tanggal 28 Februari 1993 bertepatan dengan bulan Suci Ramadhan 1413 H sekaligus melantik Bapak Drs. H. Djakaria Machmud sebagai Pejabat Wali kota Tangerang.

Satu tahun kemudian, berdasarkan hasil pemilihan DPRD Kota Tangerang Bapak Drs. H. Djakaria Machmud terpilih sebagai Wali kota Tangerang yang pertama. Adapun urutan Wali kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1993 – 1998   : Bpk Drs. H. Djakaria Machmud

2. Tahun 1998 – 2003   : Bpk Drs. H. Moch. Thamrin

3. Tahun 2003 – 2013   : Bpk Drs. H. Wahidin Halim

4. Tahun 2013 – Sekarang : H Arief R. Wismansyah 

5. Letaknya strategis, ini kondisi geografi di Kota Tangerang

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!IDN Times/Muhamad Iqbal

Kota Tangerang berada di antara daerah di Jabodetabek. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta. Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Secara administratif luas wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km2), Larangan (9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2), Cipondoh (17,91 Km2), Pinang (21,59 Km2), Tangerang (15,785 Km2), Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2), Cibodas (9,611 Km2), Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari (16,077 Km2), dan Benda (5,919 Km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981 rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT).

Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara Ibu kota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

6. Kota Tangerang tempat etnis Tionghoa ‘Cina Benteng’ tinggal

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!IDN Times/Muhamad Iqbal

Tangerang juga memiliki jumlah komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran Cina Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan petani.

Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang: ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin, mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah dan pusat-pusat komunitas mereka.

Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di Tangerang, kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban seperti Lippo Village.

Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di Pasar Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China. Lippo Village adalah lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah pendatang, bukan asli Cina Benteng.

7. Tari lenggang Cisadane, Lenong hingga Barongsai kesenian khas Kota Tangerang

Jadi Batas Perang, Ini Profil dan Sejarah Singkat Kota Tangerang!IDN Times/Muhamad Iqbal

Tari Lenggang Cisadane merupakan perpaduan unsur budaya yang ada di Kota Tangerang seperti budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab dan budaya lainnya. Selain alat musik gamelan, di dalamnya juga terdapat alat musik yang digunakan pada musik marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya.

Tari Lenggang Cisadane ini merupakan proses pembentukan harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang. Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan jumlah kecamatan di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang ini menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan memadukan unsur musik, kostum dan tarian.

Gambang Kromong adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan dan kongahyan. selain dua alat musik itu, instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek dan sukong, tehyan atau kongahyan sebagai pembawa melodi.

Kesenian ini diadopsi dari nama dua buah alat perkusi yaitu gambang dan kromong, serta tidak lepas dari prakarsa seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong pada masa jabatan 1736-1740. Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul.

Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalungan. 

Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong.

Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi.

Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi ataskesenian serupa seperti komedi bangsawan dan teater stambul yang sudah ada saat itu. 

Kesenian Tionghoa berkembang di Kota Tangerang, terdiri dari beberapa jenis antara lain Kilin, Peking Say, Lang Say, Samujie. Kesenian yang menampilkan Singa Batu model dari Cieh Say ini ada bermacam macam

Dimana yang utama mengikuti dua aliran, yaitu Aliran Utara dan Selatan yang dimaksud adalah sebelah Utara Sungai Yang Zi, bentuknya garang, badannya tetap, mulutnya persegi seperti yang kita lihat di kelompok Istana Kekaisaran di Beijing, sedangkan aliran selatan adalah terdapat di sebelah Selatan Sungai Yang Zi, bentuknya lebih bervariasi, lebih luwes, tapi kurang gagah.

Aliran Selatan, pada umumnya berada di kelenteng-kelenteng Indonesia, khususnya di Kota Tangerang, termasuk bentuk singa ini, sama sekali tidak mirip dengan wujud singa sebenarnya, tetapi diambil dari Anjing Say yang pada waktu itu dipelihara Kaisar dan hanya di Istana saja, karena dianggap suci.

Silat Beksi merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok dan Betawi yang diciptakan oleh Lie Cheng Oek, warga keturunan Tiongkok yang tinggal di Tangerang. Silat ini bisa dikenali dari gerakan yang cepat dan banyak permainan tangan, dan sekilas jadi mirip dengan Aikido atau bela diri asal Jepang. Kata "Beksi" berasal dari bahasa Tiongkok, Bek berarti pertahanan, Si berarti empat, sehingga Beksi berarti empat pertahanan.

Baca Juga: Dorong UMKM, Pemkot Tangerang Gandeng Tokopedia dan Gojek 

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya