Penanganan Setengah Hati Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Banten
Baru bertindak setelah terjadi bencana
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Serang, IDN Times - Bancana banjir dan tanah longsor setiap akhir tahun di sejumlah daerah di Banten, terjadi ketika memasuki musim penghujan akibat cuaca ekstrem. Semestinya, bencana itu mampu diantisipasi untuk meminimalisir dampak yang terjadi di masyarakat.
Apalagi potensi terjadi hujan lebat dan angin kencang, sudah bisa diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Namun sayang dalam penanganannya, pemerintah bertindak setelah terjadi bencana dan korban dari masyarakat berjatuhan.
Baca Juga: 7 Penyebab Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Banten
1. Terjadinya kerusakan lingkungan di hulu sungai
Aktivis lingkungan dari Rekonvasi Bhumi, Nana Prayatna menyebutkan, penyebab terjadinya banjir bandang di sejumlah daerah di Banten karena kerusakan lingkungan di daerah Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), yang menjadi hulu Sungai Ciberang.
Kerusakan itu memunculkan bencana banjir dan longsor di daerah aliran sungai (DAS) Ciberang dan Ciujung, hingga pemukiman warga sekitar.
"Ada gak upaya merencanakan penanganan pemerintah pasca banjir bandang tahun lalu karena DAS yang rusak itu mesti holistik kita bicara ekosistem, kita akan bicara sosial, kita akan bicara ekonomi, karena itu yang terdampak," kata Nana saat dikonfirmasi, Jumat (18/12/2020).
Baca Juga: 4 Daerah Banjir, Kok Gubernur Banten tak Terapkan Darurat Bencana?
Baca Juga: Ini Daftar Daerah Berpotensi Banjir dan Longsor di Banten