TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Youtuber Pengelana, Telusuri Jalur Kereta Mati di Banten 

Death railway hanya sisakan beberapa jembatan

Yusril saat melakulan penelusuran peninggalan jalur nonaktif Saketi-Bayah (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Pandeglang, IDN Times - Dunia perkeretaapian, termasuk sejarahnya,  merupakan hobi yang menyenangkan dan menghasilkan cuan bagi Yusril Rizky Pratama (21). Dalam channel Youtube yang sama dengan namanya, hampir setiap hari dia menyuguhkan konten-konten video tentang kereta api.

Terbaru, dia menyajikan konten penelusuran jalur nonaktif Rangkasbitung-Pandeglang-Saketi-Labuan dan jalur rel kematian (death railway) yang dibangun oleh pekerja Romusha Jepang sepanjang 89 kilometer, yakni Saketi-Bayah dengan hanya menggunakan sepeda motor matic.

Bagi Yusril, penelusurannya di Banten ini memberikan beberapa pengetahuan baru, terutama soal sisa-sisa jalur kereta yang masih utuh atau hanya tinggal cerita dari warga yang mengalami masa itu. Beberapa cerita kemudian dikisahkan secara turun-temurun dari warga Banten.

Berikut wawancara IDN Times dengan Youtuber pengelana ini soal penelusurannya di jalur kereta Banten.

Baca Juga: Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati Suri

1. Yusril menelusuri KA Banten setelah ada rencana reaktivasi jalur Rangkasbitung-Labuan

Peninggalan jalur nonaktif Rangkasbitung-Labuan (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Kepada IDN Times, Yusril mengungkap,  baru dua kali menelusuri jalur kereta nonaktif di Banten. Dia merencanakan perjalanan menelusuri jalur KA ketika sudah ada rencana untuk reaktivasi jalur Rangkasbitung-Labuan.

Yusril menyebut, progres reaktivasi jalur ini sekarang sudah ada. Berdasar penelusurannya ,sudah banyak bantalan kereta di daerah Warung Gunung, Pandeglang.

"Kalau saya lihat animo masyarakat pasti positif, walaupun saya banyak menemukan masyarakat sepanjang jalur KA yang kurang setuju dengan adanya pembangunan jalur ini. Karena mungkin tanah KAI nya sudah diduduki lama oleh masyarakat," kata Yusril kepada IDN Times.

Peninggalan jalur nonaktif Rangkasbitung-Labuan (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Baca Juga: Kereta Api Rangkasbitung-Merak Kembali Beroperasi Mulai 9 Agustus 

Emplasemen Stasiun Saketi yang kini berubah menjadi pasar Saketi ini merupakan peninggalan jalur nonaktif Rangkasbitung-Labuan (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

2. Sisa jalur Rangkasbitung-Labuan masih banyak ditemukan utuh

Stasiun Cibiuk merupaka salah satu peninggalan jalur nonaktif Rangkasbitung-Labuan (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Berdasar hasil penelusurannya, jalur Saketi (Pandeglang)-Bayah (Lebak) dengan panjang jalur 89 kilometer dan dibangun di masa pendudukan Jepang dengan jalur Rangkasbitung (Lebak)-Labuan (Pandeglang) yang dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda sangat berbeda kondisinya meski memang dua jalur ini sudah nonaktif.

"Peninggalan sejarah berupa stasiun beserta rel itu masih dapat ditemukan di jalur KA Rangkas -Labuan," kata dia.

3. Sedangkan jalur Saketi-Bayah hanya menyisakan sisa jembatan kereta

Sebuah jembatan kereta yang berada di pantai yang langsung menghadap Samudera Hindia ini merupakan peninggalan jalur nonaktif Saketi-Bayah (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Yusril menilai, hal itu dapat terjadi lantaran jalur Rangkasbitung-Labuan memang jalurnya dinonaktifkan pada dekade 1980-an dan dibiarkan sisa-sisa peninggalannya tetap ada. Namun pada jalur Saketi-Bayah jalur tersebut menghilang karena pemerintah melalui perusahaan perkeretaapian, yakni Djawatan Kereta Api (DKA) pada tahun 1950-an mencabut seluruh rel yang ada pada jalur itu karena dinilai tak efisien.

"Berbeda dengan jalur Saketi- Bayah, peninggalan berupa rel itu tidak ditemukan. Karena jalur KA nya dibongkar DKA dan nonaktif lebih dahulu di banding jalur KA Rangkas-Labuan," kata Yusril.

Menurut dia, jalur Saketi-Bayah hanya menyisakan banyak sekali jembatan kereta api yang berada sepanjang jalur, terutama setelah melewati wilayah Kecamatan Malingping, Lebak sampai ke stasiun akhir Bayah. Sebagaimana diketahui, jalur tersebut melintasi wilayah selatan Banten yang memang dipenuhi oleh ngarai dan sungai khas seperti pesisir selatan pantai pulau Jawa pada umumnya.

Sisa tembok kecil ini merupakan bekas bangunan stasiun Bayah yang dahulu luasnya sebesar lapangan sepak bola, ini merupakan peninggalan jalur nonaktif Saketi-Bayah (Dok. Pribadi/Yusril Rizky Pratama)

Baca Juga: Misteri Sosok Noni Belanda di Rumah Tua Cisauk

Berita Terkini Lainnya