Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kemiskinan Banten Turun Tipis, Andra Sebut Sinyal Perbaikan Ekonomi

IMG-20250703-WA0127.jpg
Andra Soni (Dok. Khaerul Anwar)

Serang, IDN Times – Gubernur Banten, Andra Soni, menanggapi turunnya angka kemiskinan di Provinsi Banten sebagai sinyal perbaikan ekonomi, meski penurunannya tergolong kecil. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan sebesar 0,07 persen dari 5,70 persen pada September 2024 menjadi 5,63 persen pada Maret 2025.

“Walaupun tidak signifikan, ini salah satu upaya yang akan terus kita lakukan. Mudah-mudahan kita bisa terus menurunkan angka kemiskinan di Banten,” kata Andra, Sabtu (26/7/2025).

1. Masalah kemiskinan dan pengangguran masih jadi PR besar

Ilustrasi angka kemiskinan (pexels.com/Ahmed akacha)
Ilustrasi angka kemiskinan (pexels.com/Ahmed akacha)

Penurunan jumlah penduduk miskin hanya sekitar 4.700 orang, dari 777,49 ribu menjadi 772,78 ribu jiwa. Gubernur menyebut indikator seperti kemiskinan dan pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah utama pemerintah daerah.

Banten saat ini tercatat berada di peringkat lima nasional untuk tingkat pengangguran tertinggi. Meski disebut menunjukkan perbaikan, Andra mengakui angka tersebut masih terlalu tinggi.

Alhamdulillah kita sekarang ke peringkat lima. Tapi ini sebenarnya masih besar. Kita akan terus berupaya,” katanya.

2. Penurunan tak merata, perkotaan justru naik

Ilustrasi angka kemiskinan (pexels.com/ Riya Kumari)
Ilustrasi angka kemiskinan (pexels.com/ Riya Kumari)

BPS mencatat penurunan kemiskinan tidak merata. Di wilayah pedesaan, jumlah penduduk miskin turun cukup banyak, yaitu 26,1 ribu orang. Namun di wilayah perkotaan justru naik 21,4 ribu orang. Artinya, perbaikan belum menyentuh seluruh wilayah secara proporsional.

Andra menyebut fluktuasi ini sebagai dampak dari kondisi ekonomi makro dan masih menunggu data pertumbuhan ekonomi terbaru, setelah sebelumnya diturunkan ke angka 5,19 persen.

“Secara nasional kan saat ini, Banten pertumbuhan ekonomi diturunkan. Saya sedang update yang terbaru. Kita ikhtiar semaksimal mungkin,” katanya.

3. Garis kemiskinan di Banten masih berat

Warga Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Purwanto menerima bantuan renovasi rumah dari PT Djarum dan Polytron yang berupaya melakukan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem (PKE) di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Kudus melalui program Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH). (dok. Djarum)
Warga Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Purwanto menerima bantuan renovasi rumah dari PT Djarum dan Polytron yang berupaya melakukan Pengentasan Kemiskinan Ekstrem (PKE) di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Kudus melalui program Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH). (dok. Djarum)

BPS juga mencatat garis kemiskinan Provinsi Banten per Maret 2025 sebesar Rp3.571.692 per rumah tangga atau Rp684.232 per kapita. Rata-rata rumah tangga miskin memiliki anggota keluarga sebanyak 5 orang.

Komoditas makanan masih menyumbang 73,01 persen dari total garis kemiskinan, dengan item utama seperti beras, telur ayam, kopi bubuk instan, dan rokok filter.

Ketua Tim Statistik Sosial BPS Banten, Adam Sofian, mengatakan turunnya kemiskinan didorong oleh inflasi year-on-year yang rendah (0,70 persen), naiknya konsumsi rumah tangga, serta pertumbuhan industri pengolahan.

Namun ia mengingatkan, tren ini harus dijaga dengan kebijakan yang lebih tajam dan menyasar langsung sektor kebutuhan dasar masyarakat.

“Pemerintah daerah perlu memperkuat intervensi yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Kalau tidak tepat sasaran, capaian ini bisa stagnan atau bahkan kembali naik,” katanya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us