Cerita Din Chia, Si Joki Skripsi dari Cina Benteng
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangerang, IDN Times - Warga etnis Tionghoa di sekitar Jakarta umumnya dikenal sebagai pedagang yang ulung atau profesi lain yang membuat taraf hidup mereka lebih baik. Namun, tidak dengan etnis Tionghoa di Tangerang yang dikenal sebagai warga Cina Benteng.
Sekian abad mereka berasimilasi di Tangerang, banyak dari mereka kini berprofesi sebagai petani atau profesi lain yang mengasosiasikan dengan warga berpenghasilan bawah hingga menengah. Tapi, ada satu warga Cina Benteng yang sangat lain daripada yang lain.
Dia adalah Efendi, 23 tahun, warga Tenjo di perbatasan Tangerang dan Bogor yang berprofesi sebagai joki skripsi hingga penulis hantu atau ghost writer.
"Sebut saja saya Din, itu adalah nama Tionghoa saya, itu juga nama panggilan saya ketika di rumah. Ya, hampir semua etnis Tionghoa di Indonesia memang memiliki dua nama. Marga saya Chia," ujar Efendi.
Baca Juga: Jelang Imlek, Berikut Event Mal dan Hotel di Tangerang
1. Ayah penggembala kambing, ibu jaga toko
Efendi adalah anak kedua dari dua saudara. Ayah Efendi saban hari bekerja sebagai penggembala kambing, sementara ibunya bekerja dengan membuka toko sembako. Meski hanya bekerja sebagai peternak yang penghasilannya tidak menentu, ayah Efendi mampu menyekolahkan dua anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Efendi berkuliah di jurusan sastra. Kata dia, pilihan itu sempat dipertanyakan oleh keluarga. Sebab, mereka menilai bahwa jurusan ekonomi atau teknik lebih menjanjikan serta lebih indentik dengan etnis Tionghoa.
"Saya gemar membaca buku. Tidak hanya tentang sastra, tetapi buku lainnya, seperti filsafat, psikologi, dan ilmu terapan. Ternyata, kegemaran saya membaca buku tersebut memudahkan saya dalam pekerjaan yang selama ini saya lakukan yaitu joki tugas," kata dia.
2. Efendi jadi joki skripsi karena sulit cari kerja
Efendi mengaku sudah menjadi penulis hantu sejak SMA. Kata dia, harus diakui bahwa sebagian orang memang kesulitan dalam menyelesaikan beberapa tugas. Di sanalah dia berusaha membantu untuk mengajari mereka menyelesaikan tugas tersebut.
"Tapi, ketika seseorang tersebut masih tidak paham terhadap tugasnya dan menyerah, maka saya mengerjakan tugasnya secara total," ungkapnya.
Selain menjadi penulis hantu dan joki skripsi, Efendi mengaku pernah pula menggeluti pekerjaan sebagai tukang service AC. Pekerjaan itu ia geluti karena dia menginginkan pekerjaan dengan penghasilan pasti.
Alasan awal ia memilih pekerjaan ini adalah karena saya merasa bahwa inilah style saya, membaca buku, memahami teori, lalu menjelaskan serta menerapkannya bersama orang lain yang membutuhkan.
"Alasan lain mengapa saya masih menekuni ini adalah perihal sulitnya mencari pekerjaan. Saya merasa bahwa kemampuan saya ada di bidang pendidikan, namun cukup sulit bagi saya untuk masuk ke lembaga pendidikan," kata dia.
3. Problem mahasiswa jadi peluang usaha
Biasanya, kata Efendi, di jenjang perguruan tinggi, permintaan kliennya lebih kepada makalah dan artikel. Ada pula yang memesan berupa skripsi. Namun, dia lebih memilih untuk menjadi pembimbing atau tutor skripsi, ketimbang mesti mengerjakan secara total skripsi tersebut.
"Gak semua mahasiswa merasa nyaman, paham, dan pas dengan dosen pembimbingnya. Itu fakta. Gak semua mahasiswa juga memahami secara tepat teori maupun langkah-langkah dalam penyusunan skripsi. Di sana saya hadir untuk membantu mereka menyelesaikan problem-problem tersebut," ungkap Efendi.
Fokus saya, kata Efendi, saat menjadi tutor skripsi adalah di bidang sastra maupun linguistik. "Namun, saya juga pernah menangani beberapa klien di luar bidang itu, seperti pendidikan guru dan teknik industri," ungkapnya.
4. Din Chia berharap pemerintah buka lapangan pekerjaan
Efendi mengatakan, ada beberapa kendala yang sering ia hadapi ketika menjadi tutor skripsi. Seperti klien yang sulit menyerap dan memahami teori meski sudah dijelaskan berulang-ulang.
"Kadang juga saya harus memotivasi klien agar terus mengerjakan skripsinya. Sebab, beberapa klien memang memiliki kendala, yaitu malas atau tidak termotivasi, saya harus memahami karakter klien, agar proses bimbingan skripsi sejalan dan lancar," ungkapnya.
Kata Efendi, dia juga harus memahami apa yang diinginkan oleh dosen pembimbing skripsi kliennya.
Efendi berharap, pemerintah bisa memberikan peluang pekerjaan bagi banyak orang sepertinya. Sebab, ia mengakui pekerjaan yang ia lakukan saat ini tergolong serabutan dan tak menentu. Ia menyebut lapangan pekerjaan harus banyak dibuka untuk para sarjana.
Baca Juga: Nasib 6 Ribu Tenaga Honorer Banten Terancam