Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru 

Pemkot hanya mendata, bukan melarang pendatang

Tangerang Selatan, IDN Times - Usai arus balik lebaran 2019, Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) akan segera mendata pendatang baru di wilayahnya.

Bagaimana operasi pendataan tersebut akan dilakukan?

Baca Juga: Hari Ini, Banyak PNS yang Tidak Masuk Tanpa Izin

1. Untuk pendataan, Disdukcapil akan bekerja sama dengan Satpol PP, Camat, dan Lurah

Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru Dok. Istimewa

Wakil Walikota Tangsel Benyamien Davnie, kepada IDN Times pada Minggu (9/6) mengatakan, pendataan dilakukan usai para ASN sudah mulai masuk kerja, Senin (10/6).

Pendataan tersebut akan dilakukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Satuan Polisi Pamong Peraja (Satpol PP), Kecamatan, dan Kelurahan.

"Dinas Kependudukan dan Satpol PP serta para camat dan lurah akan lakukan koordinasi persiapan setelah masuk kerja besok," kata Benyamien.

2. Kontrakan jadi target utama operasi pendataan

Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru IDN Times/Muhamad Iqbal

Program untuk kegiatan pendataan administrasi kependudukan, lanjut Benyamien, akan dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti kontrakan, tempat losmen, dan tempat-tempat sejenisnya.

3. Pemkot tidak melarang pendatang baru mengadu nasib di Tangsel

Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru Ilustrasi pemudik.(ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Benyamien mengatakan, Pemkot Tangsel tidak melarang para pendatang baru mengadu nasib di kotanya. Hanya saja, untuk para pendatang baru diharapkan bisa melapor RT setempat agar dicatat data kependudukannya.

"Gak ada larangan untuk pendatang. Yang kami minta adalah setibanya mereka di tempat tinggalnya di Tangsel, segeralah melapor kepada ketua RT setempat untuk dicatat data kependudukannya," papar Benyamien.

4. Benyamien: Mudah-mudahan mereka jadi warga yang produktif

Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru Dok. Istimewa

Dalam kesempatan itu, Benyamien berharap para pendatang yang akan tinggal di Tangsel memiliki keterampilan di bidang ekonomi kreatif.

"Dan mudah-mudahan mereka juga memiliki keterampilan, khususnya di bidang ekonomi kreatif sehingga menjadi warga yang produktif," tukas dia.

Riset: stres bisa membuat kita lebih egois

Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru 
Intervensi yang ditargetkan yang mengurangi tingkat stres dapat meningkatkan altruisme di antara orang Kanada. (Christian Erfurt/Unsplash)
Anita Tusche, Queen's University, Ontario

Jika kamu sedang merasa stres saat ini, kamu tidak sendirian. Seperempat orang di Kanada melaporkan mereka mengalami tingkat stres yang tinggi hampir setiap hari dan hampir separuh orang Kanada mengatakan tingkat stres mereka meningkat sejak pandemi dimulai.

Dan sayangnya, stres memengaruhi cara kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita — sayangnya, seringkali dengan tidak baik. Stres justru bisa membuat orang lebih egois dan serakah.

Stres mempengaruhi semua diri kita. Stres mempengaruhi tubuh, pikiran, dan perilaku kita. Saya baru-baru ini menjadi bagian dari tim peneliti yang meneliti bagaimana stres mempengaruhi kemurahan hati seseorang dan siapa yang sangat rentan merubah perilaku sosialnya saat berada di bawah tekanan.

Kami ingin memahami bagaimana hormon stres, respons otak, dan pemikiran kami tentang orang lain bekerja sama untuk menjelaskan bagaimana stres dapat membuat orang menjadi egois dan mengapa hal itu tidak terjadi pada semua orang di level yang sama.

Stres berdampak pada altruisme

.

Dalam penelitian kami, kami meminta peserta untuk menyumbang ke berbagai badan amal sebelum dan sesudah mengalami tekanan sosial. Untuk mensimulasikan konsekuensi dari sebagian besar tindakan altruistik di dunia nyata, sumbangan dalam eksperimen ini memiliki konsekuensi nyata.

Masing-masing peserta diberi 20 euro sekitar Rp 310 ribu dan mereka dapat menyimpan uang berapa pun untuk tidak disumbangkan. Kami menemukan bahwa sebagian besar peserta bersedia mendukung tujuan amal.

Namun, setelah peserta mengalami stres, yang ditangkap lewat peningkatan kadar hormon stres kortisol — mempengaruhi kemurahan hati mereka.

Dengan kata lain, respons stres tubuh yang lebih tinggi mengurangi altruisme mereka.

Tetapi tidak semua orang terpengaruh oleh stres dengan cara yang sama. Kerentanan peserta terhadap hormon stres kortisol terkait dengan kemampuan mereka untuk memahami keadaan mental batin orang lain (seperti kebutuhan, keyakinan, tujuan, atau sudut pandang mereka). Kemampuan ini terkadang secara positif dikaitkan dengan perilaku altruistik.

Peserta dengan keterampilan mental yang tinggi adalah orang-orang yang sangat rentan untuk menjadi lebih egois di bawah tekanan.

Bagaimana stres memengaruhi tubuhmu, video oleh TedEd.

Otak setelah setres

Kami mengukur aktivitas otak peserta selama pemberian amal, baik sebelum dan sesudah stres, menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional.

Kami menemukan bahwa ada wilayah otak yang memediasi pergeseran altruisme terkait kortisol: korteks prefrontal dorsolateral. Area ini telah lama dikenal memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan altruistik dan kontrol kognitif.

Hormon stres kortisol mengubah aktivasi di wilayah otak ini dan memediasi efek negatif stres pada perilaku altruistik. Ini memberikan mata rantai yang hilang antara respons stres tubuh dan perubahan yang diamati dalam perilaku sosial kita. Secara khusus, ini menjelaskan bagaimana tepatnya otak merespons stres dan berkontribusi pada keinginan yang berubah untuk membantu di bawah tekanan.

Temuan kami penting karena mengungkapkan beberapa hal:

  1. Mereka membantu memahami hubungan antara respons stres tubuh dan perubahan terhadap kesediaan kita untuk membantu orang lain. Masyarakat bergantung pada kesediaan orang untuk berbagi, bekerja sama, dan membantu. Altruisme penting untuk memastikan sebuah masyarakat berfungsi — Tinggi tingkat stres yang dilaporkan oleh banyak orang Kanada merupakan ancaman bagi masyarakat.

Memahami bagaimana stres dapat mempengaruhi perilaku sosial kita terhadap orang dan organisasi lain sangatlah penting. Memahami hal ini pada akhirnya dapat membantu mengembangkan intervensi baru.

  1. Tidak semua orang sama: tidak semua orang menunjukkan respons yang sama di bawah tekanan. Mengidentifikasi karakteristik yang menjelaskan kerentanan terhadap efek stres berguna karena dapat membantu melindungi orang yang rentan dengan memberi tahu kita siapa mereka.

  2. Temuan ini menunjukkan strategi untuk membantu kita memperlakukan orang lain yang berpotensi berbahaya karena respons stres. Secara khusus, hasilnya menunjukkan bahwa intervensi yang ditargetkan untuk mengurangi tingkat stres dapat meningkatkan altruisme di antara orang Kanada (terutama pada mereka yang bermental kuat).

Kita memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan proposisi ini, tetapi ini menunjukkan hal yang menarik bagi siapa saja yang tertarik untuk menciptakan komunitas dan lingkungan yang lebih prososial. Meskipun mungkin bukan hal pertama yang terlintas dalam pikiran, cara baru dan efektif untuk mengurangi stres pada anggota komunitas kita yang rentan dapat menjadi kunci untuk memastikan lingkungan sosial yang mendukung.


Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.Usai Lebaran, Pemkot Tangsel Data Pendatang Baru 

Anita Tusche, Assistant Professor, Psychology, Queen's University, Ontario

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Baca Juga: Erupsi Tertinggi Sinabung Sebabkan Beberapa Lahan Pertanian Rusak

Topik:

  • Elfida
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya