Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Alasan Toxic Positivity Bisa Merugikan Kariermu, Hindari!

Ilustrasi toxic positivity dalam bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Lingkungan kerja yang terlalu fokus pada sisi positif menghambat perkembangan soft skill dan mengabaikan feedback yang dibutuhkan.
  • Tuntutan toxic positivity membuat tekanan untuk selalu ceria dan produktif, berpotensi memicu stres, kecemasan, dan burnout.
  • Keterbatasan ruang untuk kritik dan eksplorasi ide baru dalam lingkungan kerja positif dapat menghambat kreativitas dan persiapan menghadapi kegagalan.

Siapa yang tidak ingin memiliki lingkungan kerja yang positif? Positive vibes tentunya menjadi dambaan semua orang di kala bekerja yang penuh tekanan dan permasalahan.

Namun apa jadinya jika dorongan positif dari rekan kerja maupun atasan yang berlebihan atau seringkali disebut toxic positivity? Nah, hal itu justru memberikan dampak buruk bagi kariermu? Kenapa? 

Berikut empat alasan mengapa kamu harus segera menghindarinya.

1. Kamu jadi cenderung mengabaikan masalah

Ilustrasi mengabaikan masalah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Saat bekerja, masalah maupun tantangan menjadi bagian dari proses yang dapat membantu soft skill semakin berkembang. Namun ketika lingkungan kerja yang terlalu fokus pada sisi positif, hal itu bisa membuat kamu abai akan kritik atau saran yang membangun agar kamu lebih baik lagi.

Akibatnya, kamu tidak mendapatkan feedback yang baik. Sehingga kesalahan-kesalahan kecil akan terus berulang dan menghambat pengembangan karier ke depannya.

2. Toxic positivity bisa menimbulkan tekanan berlebihan

Ilustrasi tekanan dalam bekerja (pixabay.com/kaboompics)

Adanya kebiasaan toxic positivity di lingkungan kerja, membuatmu merasa bahwa tak ada pilihan selain harus selalu ceria dan produktif. Padahal setiap orang pasti pernah merasakan hari yang buruk dan merasa tidak semangat untuk bekerja.

Jika diteruskan dalam jangka panjang, tuntutan seperti ini tentunya dapat memicu stres, kecemasan, hingga burnout. Kamu jadi merasa tidak cukup baik jika tidak dapat menjaga energi positif selama bekerja.

3. Toxic positivity bisa menghambat Kreativitas dan Inovasi

Ilustrasi inovasi dalam bekerja (unsplash.com/Firmbee.com)

Lingkungan kerja yang terlalu menuntut hal positif, seringkali tidak memberikan ruang untuk kritik maupun eksplorasi ide baru. Padahal dalam bekerja, kamu memerlukan berbagai perspektif agar kreativitas dan inovasi dapat berkembang.

Jika setiap saran dan kritik selalu dianggap sebagai hal yang negatif, maka ide kreatif dan solusi inovatif pun mungkin sulit untuk dikemukakan.

4. Toxic positivity bisa membatasi kemampuan beradaptasi

Ilustrasi beradaptasi saat bekerja (pexels.com/fauxels)

Setiap tantangan dan kesalahan merupakan bagian pembelajaran penting untuk pengembangan diri. Ketika selalu diminta dan diarahkan untuk selalu berpikir positif, membuat kamu menjadi kurang siap dalam menghadapi kegagalan.

Sehingga saat waktunya tiba kamu menghadapi sebuah permasalahan atau tantangan yang besar, kamu cenderung akan kewalahan karena tidak terbiasa untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit.

Berpikiran positif memang baik, namun jangan sampai kamu mengabaikan sisi baik dari setiap permasalahan dan tantangan yang kamu hadapi. Karena kamu juga perlu merasakan hal buruk untuk meningkatkan performa diri yang lebih baik lagi!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us