TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Mul, Pemuda yang Jadi Guru Bagi Anak-anak Baduy

Mulyono, satu-satunya orang Baduy yang kuliah

Dok. Istimewa/Mulyono

Lebak, IDN Times - Di usia kemerdekaan 77 tahun, belum semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan. Potret anak-anak yang tak bersekolah ini bisa dilihat, salah satunya, di pemukiman Baduy.

Alasan utama mengapa anak-anak di sana tak bersekolah adalah prinsip masyarakat adat Baduy yang masih memegang teguh perintah leluhur, yang salah satunya adalah tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah.

Bukan tanpa alasan para kokolot melarang warganya untuk bersekolah layaknya masyarakat umum. Para tetua adat menilai, sekolah bisa berdampak negatif di ke depannya. Salah satunya, sekolah bisa mengancam eksistensi masyarakat Suku Baduy-- sang penjaga alam.

Tepat di hari Guru Nasional 2022 yang jatuh setiap tanggal 25 November, IDN Times memotret peran salah satu pemuda Baduy yang tetap menjadi guru bagi anak-anak di sana. Meski tidak memegang predikat guru secara formal, namun peran Mul tak bisa dikesampingkan. 

Baca Juga: Sejumlah Warga Baduy Ikut Vaksinasi COVID-19 

Baca Juga: Suku Baduy, Penghuni Gunung Kendeng Banten

Baca Juga: 5 Potret Upaya Vaksinasi di Pemukiman Baduy

1. Meski tidak sekolah, sebagian anak-anak Baduy bisa membaca loh

Mulyono (Dok. Istimewa/Mulyono)

Meski mereka tidak mengenyam pendidikan formal, namun kini sebagian anak-anak kecil di Baduy sudah bisa membaca. Hal ini berkat dedikasi Mulyono atau Mul, seorang pemuda Baduy asli. Selama belasan tahun, dia aktif mengajar baca tulis bagi warga Baduy.

Pemuda yang kini berusia 26 tahun ini adalah satunya warga Baduy yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Dia bercerita, saat kecilnya mulanya dia belajar dari sang ayah dengan metode ejaan Sunda, alat tulisnya menggunakan arang bekas kayu bakar. Sarpin, ayahnya merupakan warga Baduy pertama yang bisa membaca.

"Bapak dulu gak sekolah. Cuma, ada teman orang luar, belasan tahun sering bolak-balik ke Baduy. Belajar dari situ," kata Mulyono saat berbincang dengan IDN Times, beberapa waktu lalu. 

2. Satu-satunya warga Baduy yang kuliah

potret suku Baduy (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Karena penasaran akhirnya Mul melanjutkan pendidikan formal dengan mengikuti paket A hingga C. Dan kini dia duduk dibangku kuliah semester 6 di Universitas Terbuka (UT) di Serang. Tapi kuliah dilakukan secara online.

''Biar saya tetap ada di Baduy.  Kedua tidak terlalu terlihat. Kalau misalnya pulang pergi tiap hari ke kampus, otomatis menimbulkan kecurigaan," katanya.

3. Rumah dia sulap menjadi tempat belajar anak-anak Baduy

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Rumahnya di Kampung Balingbing, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, menjadi tempat anak-anak Baduy yang ingin belajar membaca. Kini setidaknya ada sekitar 20 lebih anak rutin datang ke rumahnya. Namun, pembelajaran itu hanya diikuti oleh warga Baduy Luar.

Perjalanannya untuk menjadikan rumah sebagai tempat belajar cukup panjang serta banyak hambatan. "Kalau awal mulanya bukan saya yang ngebangun, tapi sudah sejak saya kecil oleh orangtua saya," katanya.

Rumah baca itu didirikan karena dimulai dari keresahan Mul bersama ayahnya yang melihat masyarakat kesulitan membaca buku KB yang diberikan pemerintah. "Datang ke rumah saya nanya ini saya ke bidan harus tanggal berapa," katanya.

Baca Juga: Mengenal Suku Baduy dan Baju Adatnya yang Sederhana

Berita Terkini Lainnya