TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kepsek di Tangsel Sebut KBM Online Bikin Guru dan Murid Frustasi

Beberapa orangtua juga kesulitan sediakan kuota untuk anak

Ilustrasi siswa SMA (Facebook: SMAN 2 Tangsel)

Tangerang Selatan, IDN Times - Semenjak pertengahan Maret lalu pemerintah secara resmi memutuskan untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah-sekolah semua tingkatan sampai ke perguruan tinggi. Keputusan itu diambil dalam rangka upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang saat itu jumlah pasiennya terus meningkat.

Lalu, pola pembelajaran tatap muka yang dihentikan itu dialihkan menjadi pola belajar melalui media internet dengan berbagai aplikasi. Awalnya pola pembelajaran ini diterima dengan suka cita lantaran memungkinkan siswa setingkat SD sampai SMA dapat terus berkumpul dengan keluarganya. Namun, kian hari hal tersebut juga menimbulkan kejenuhan dan depresi bagi para guru dan siswa.

Kepala SMAN 2 Tangerang Selatan (Tangsel), Neng Nurhemah yang menyebut, awalnya belajar dari rumah atau belajar online dianggap menyenangkan, namun belakangan karena terlalu lama menjalankan pola tersebut akhirnya guru dan siswa merasa tak ada enak-enaknya.

"Ya gimana yah, KBM online memang enak jika dilakukan beberapa kali, tapi jika setiap hari dan dilakukan beberapa bulan bikin depresi juga murid sama siswanya karena jenuh," kata Neng kepada IDN Times, Senin (20/4).

1. Setiap hari guru tetap membuat laporan kepada kepala sekolah

Para guru SMPN 5 PPU ketika memberikan soal dan lembar jawaban ujian secara online kepada siswanya (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Meski begitu, Neng mengaku, dia dan para guru-guru di sekolah tetap berusaha melakukan KBM. "Ya tapi para guru tetap harus melaksanakan tugas KBM, kemudian melaporkannya melalui WhatsApp ke saya, kemudian saya rekap dan laporan ke dinas," kata Neng.

Neng mengungkapkan, laporan tersebut berupa screenshot KBM melalui aplikasi Google Class, Zoom, dan aplikasi online meeting lainnya. Screenshot tersebut juga harus disertai dengan data siswa yang hadir di KBM online itu.

2. Tak semua siswa memiliki latar ekonomi yang baik

Unsplash.com/S O C I A L . C U T

Neng menganggap itu bukan hal yang menyenangkan lagi. Alasannya, tak semua orangtua siswa memiliki kemampuan ekonomi yang baik. "Kan ada beberapa siswa yang kuota internet yang engga cukup," kata Neng.

Sementara kini, pihaknya tengah menunggu petunjuk teknis tentang tata cara pengganti Ujian Nasiona (UN).

"Ya kami siap-siap saja, nanti bagaimana mekanismenya kita masih menunggu semoga wabah juga cepat berlalu," kata Neng.

Baca Juga: Dindik Tangsel Perpanjang Masa Belajar di Rumah Hingga 20 Mei 2020 

Berita Terkini Lainnya