Terlantar, Situs Cagar Budaya Ki Mawuk Beratap Kain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabupaten Tangerang, IDN Times - Makam Buyut Mawuk atau Ki Mawuk di Kampung Mauk Utara Desa Mauk, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Makam yang telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya itu berada di antara permukiman padat dan diapit oleh tembok serta jalan perkampungan.
Tidak hanya itu, makam berukuran 2x1 meter tersebut hanya tertutupi dua helai kain berwarna biru dan putih. Di sana juga hanya terdapat papan nama bertuliskan "Makam Buyut Mawuk, Situs Cagar Budaya Sejarah Daerah Mauk Tangerang" yang terbuat dari kayu.
Padahal sosok Buyut Mawuk sendiri memiliki peranan penting semasa zaman perdagangan hingga zaman penjajahan kolonial Belanda. Pada dua massa itu Buyut Mawuk menjadi tokoh sentral dalam melakukan mediasi terhadap saudagar yang datang ke Mauk, dan turut juga membantu merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda.
Baca Juga: Pemkot Tangsel Janji Revitalisasi Monumen Lengkong
1. Pegiat sejarah: Buyut Mawuk miliki peran penting di masa perdagangan
Pegiat sejarah Tangerang, Entis Sutisna Sumapriyatna mengungkap bahwa nama Kecamatan Mauk sebetulnya diambil dari nama Buyut Mawuk atau Ki Mawuk.
"Beliau pada masa perdagangan dahulu merupakan tokoh sentral antara pedagang yang datang ke Mauk melalui transportasi air laut. Mauk dahulu merupakan salah satu pusat perdagangan," jelasnya kepada IDN Times, Jumat (14/08/2020).
2. Di masa perdagangan, Buyut Mawuk merupakan "jembatan penghubung" antarpedagang
Entis mengatakan, setiap melakukan mediasi ataupun perdagangan, Buyut Mawuk serta para pedagang yang mayoritas berasal dari Tiongkok itu bertemu di lokasi yang kini menjadi pertigaan Jalan Raya Mauk.
Dulu, di sekitar Tugu Mauk merupakan pusatnya perekonomian masyarakat. "Tugu itu sudah ada sejak dahulu dan menjadi titik pertemuan. Tidak hanya itu, Buyut Mawuk juga turut berjuang melawan para penjajah," ujar pria yang mendapatkan penghargaan gelar Doktor Honoris Causa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2002 itu.
3. Warga: makam Buyut Mawuk dirawat seadanya
Penelusuran IDN Times di Kampung Mauk Utara, nama Buyut Mawuk sangat terkenal di kalangan masyarakat sekitar. Namun banyak juga warga yang tidak mengetahui persis rekam jejak sejarah Buyut Mawuk.
Dewasa ini nama Buyut Mawuk hanya dikenal sebagai sosok pejuang pada masa perlawanan terhadap penjajah.
Salah satu warga setempat, Bidah (39) mengungkap, makam itu sudah berada di depan rumahnya dan setiap malam tertentu terdapat peziarah yang menyambangi Makam Buyut Mawuk.
"Setiap malam ada saja. Terkadang banyak yang mengaji di sini, datang dari mana saja. Ya karena keterbatasan tempat jadinya mereka mengaji di jalanan dan itupun malam. Makam itu juga dirawat sama warga dan seadanya saja," katanya.
4. Kadisporabudpar akui tidak miliki anggaran untuk perawatan situs cagar budaya
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Tangerang, Achmad Surya Wijaya mengungkapkan, Pemkab Tangerang tidak memiliki anggaran terkait dengan perawatan situs cagar budaya di daerah tersebut.
"Yang ada pembinaan daya seni, belum ada untuk perawatan cagar budaya," ucap Surya.
Baca Juga: Lokasi Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Banten Kini Jadi Mal