Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Hasil Penelitian: Kasus Kekerasan Anak di Indonesia Masih Tinggi

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Intinya sih...
  • Kasus kekerasan anak masih tinggi di Indonesia
  • Penelitian menggunakan metode kualitatif photovoice terhadap 253 anak
  • Rekomendasi untuk menurunkan kasus kekerasan terhadap anak

Tangerang, IDN Times - Kasus kekerasan pada anak masih cukup tinggi di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian Kualitatif Pengalaman Hidup Anak dan Remaja yang dipaparkan di TK & SD Kartini, Kota Tangerang, Senin (16/12/2024). 

Menteri Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Arifah Fauzi mengatakan, penelitian ini telah dilakukan sejak 2016, 2018, dan terbaru tahun 2024. 

"Penelitian ini untuk menunjukan bahwa sesungguhnya kekerasan terhadap anak dan perempuan masih cukup tinggi, memang sebelumnya baru secara kuantitatif lalu kali ini dilanjutkan secara kualitatif," kata Arifah.

1. Penelitian kualitatif dilakukan untuk mengetahui penyebab kenapa kekerasan anak masih tinggi

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Arifah mengungkapkan, penelitian secara kualitatif sebagai lanjutan dari penelitian kuantitatif sejak tahun 2016. Tujuan penelitian tersebut agar diketahui penyebab kekerasan terhadap anak secara kompleks.

"Kira-kira penyebabnya apa sih kekerasan terhadap anak? Bisa secara fisik, psikis, dan seksual.  Jadi ini menjadi perhatian kita bersama, sebetulnya menjadi tugas kita bersama agar kekerasan perempuan dan anak tidak terjadi lagi dimanapun," kata Arifah.

2. Penelitian dilakukan secara photovoice terhadap 253 anak di Indonesia

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Sementara itu, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPA, Nahar dalam paparannya mengungkapkan, penelitian ini menggunakan metode photovoice terhadap 253 anak berusia 13-17 tahun di 5 Kabupaten di Indonesia, yakni Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Banjar, Kabupaten Bandung, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Kupang.

"Metode kualitatif ini dilakukan dengan pengambilan foto yang dilakukan sendiri oleh pertisipan anak dalam hal ini berdasarkan tema utama dari penelitian. Foto ini, digunakan sebagai media mengeksplorasi pengalaman partisipan anak dalam hal ini tentang makna kekerasan terhadap anak," ungkap Nahar.

Selain itu, 253 anak ini juga telah dipilah berdasarkan karakteristik di wilayah tersebut, baik pedesaan atau perkotaan. Selain itu dijelaskan antara mereka yang pernah mengakses layanan atau yang belum atau yang tidak mengetahui akses layanan.

"Analisa data yang dilakukan dilihat dari 2 tema, pengalaman kekerasan yang dijelaskan tentang bentuk kekerasan kompleks, respon terhadap kekerasan, dan dampak kekerasan," ujarnya.

Lalu, diteliti juga mengenai perspektif anak tentang kekerasan yang menjelaskan cara pandang anak mengenai penyebab kekerasan dan solusi untuk menanganinya, serta menggambarkan jenis kekerasan, respon kasus, pemicu kekerasan, dampak psikologis, dampak persepsi, dampak perilaku terhadap anak.

"Termasuk persepsi anak dan perilaku upaya anak menangani kekerasan tersebut," jelasnya.

3. Hasilnya, terdapat 8 rekomendasi yang harus diterapkan untuk menurunkan kekerasan anak

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Dari penelitian tersebut, terdapat 8 rekomendasi yang bisa dilakukan agar kasus kekerasan terhadap anak bisa turun signifikan. Berikut 8 rekomendasi tersebut:

  1. Memperkuat peran figur orang dewasa yang bisa memberikan rasa aman dan tempat berbagi pengalaman. 
  2. Memperkuat penegakan hukum sebagai cara menangani kekerasan
  3. Meningkatkan kesadaran anak akan resiko situasi tertentu yang beresiko menciptakan kekerasan
  4. Memberdayakan anak agar mampu melindungi diri mereka sendiri 
  5. Mengembangkan program rehabilitasi pelaku untuk mendorong refleksi dan perubahan perilaku mereka 
  6. Membangun komunitas sportif agar anak merasa lebih aman
  7. Menyediakan hubungan kesehatan jiwa bagi orangtua/pengasuh
  8. Meningkatkan pengawasan di tempat umum seperti sekolah, taman bermain, dan fasilitas komunitas agar anak merasa lebih terlindungi.

Adapun, photovoice tersebut akan bisa dilihat secara umum melalui website kemenppa.go.id/pameranfoto. Hal tersebut sebagai bentuk edukasi dan pandangan kepada masyarakat umum mengenai perspektif anak terhadap kekerasan.

"Photovoice itu murni suara anak yang dialami mereka, disajikan talkshow untuk mengeksplorasi penelitian kualitatif lebih dalam lagi," jelasnya.

Dalam kegiatan tersebut, juga diluncurkan 'First Click' perlindungan anak yang terdiri dari berisi 5 modul, 2 media pelatihan dan penambahan kanal pengaduan SAPA 129.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us