Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tugu Mauk dan Fitnah kepada Otto Iskandar Dinata

IDN Times/Dok. Humas Kabupaten Tangerang
IDN Times/Dok. Humas Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang, IDN Times - Sebuah tugu berwarna coklat berdiri teguh di kampung di Perempatan jalan Mauk, Kelurahan Mauk Timur, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Bukan sembarang tugu, bangunan tersebut merupakan monumen untuk mengenang kisah kelam seorang pahlawan nasional.

Nama pahlawan itu diabadikan di berbagai jalan di Indonesia, Otto Iskandar Dinata.

Orang-orang Mauk mengenal monumen itu dengan nama Tugu Mauk. Tugu ini menjadi pengingat adanya pahlawan nasional yang gugur di tangan bangsanya sendiri. 

Pemerhati Sejarah Mauk, Bagio Wijaya mengungkapkan, Tugu Mauk dibangun tahun 1966 oleh Pemerintah Tingkat II Tangerang. "Tugu Mauk sudah pernah mengalami perubahan," kata dia, Selasa (17/8/2021). 

Semula, Tugu Mauk berbentuk seperti Monumen Nasional (Monas) yang terletak di Jalan Medan Merdeka, Jakarta. "Namun saat ini, (jadi) berbentuk tiga pemuda yang memegang api di atasnya," jelasnya. 

1. Berawal dari upaya pembentukan Tentara RI pasca kemerdekaan

IDN Times/Website Abouttng
IDN Times/Website Abouttng

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 dan memiliki pemerintahan sendiri, Otto menjadi salah satu menteri negara pertama yang ditunjuk. 

Sebagai menteri negara, Otto memiliki tugas untuk bisa membentuk tentara kebangsaan Republik Indonesia yang saat itu masih bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). 

Sayangnya, isu pembentukan BKR ini menjadi masalah yang riskan dan sensitif di tengah rakyat. Mengapa? Karena satuan-satuan militer yang ada saat itu berasal dari latar belakang yang berbeda, seperti mantan anggota Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho bentukan Jepang, hingga prajurit KNIL bentukan Belanda. 

Tidak semua pihak setuju penyatuan tersebut, maka terbentuklah laskar-laskar sendiri yang tidak menyukai gaya diplomasi untuk peralihan pemerintahan sepenuhnya dari Jepang dan memilih bertindak lebih frontal. 

2. Otto diculik oleh Laskar asal Tangerang

Nelayan di Kabupaten Tangerang terdampak wabah COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)
Nelayan di Kabupaten Tangerang terdampak wabah COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)

Karena gejolak tersebut, menurut Iip D Yahya dalam Oto Iskandar di Nata: The Untold Stories (2017), anggota Laskar Hitam asal Tangerang menculik Otto, tahun 1957.

Dalam buku tersebut tertulis bahwa penculikan tersebut diduga lantaran muncul desas-desus yang disebarkan agen NICA yang menyebut, Otto adalah mata-mata Belanda. Tujuannya, tentu saja untuk menyingkirkan orang-orang yang menghalangi berkuasanya kembali Belanda di Indonesia. 

Menurut Iip, ada pula fitnah lain, yakni Otto disebut menguasai uang satu juta gulden yang didapat dari seorang perwira Jepang bernama Ichika Tatsuo. Isu yang beredar, uang itu berasal dari dana rampasan perang ketika Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia. 

Padahal, menurut Iip, informasi atau isu semacam itu tak mungkin diketahui oleh laskar pinggiran. Dia menduga, ada kemungkinan ada peranan elite yang menyuruh laskar asal Tangerang tersebut menculik dan menghabisi Otto. 

3. Jenazah Otto tak pernah ditemukan hingga kini

IDN Times/Dok. Humas Kabupaten Tangerang
IDN Times/Dok. Humas Kabupaten Tangerang

Kabar Otto tak pernah lagi ditemukan setelah penculikan tersebut. Hanya ada satu saksi mata--seorang nelayan-- yang melihat adanya pembunuhan keji seseorang, dengan cara dipenggal, dan jenazahnya kemudian dilarung ke laut. Namun, hingga kini tidak ada tanda jenazah Otto. 

14 tahun sejak itu,  keluarga dari Otto pun lantas mengambil segenggam pasir dan air laut untuk dimasukkan ke dalam peti jenazah dan dilakukan prosesi pemakaman. Peti Jenazah berisi pasir dan air ini dimakamkan pada hari Minggu, 21 Desember 1952 di Taman Bahagia, daerah Lembang.

Pada tahun 1966, Pemerintah Tingkat II Tangerang pun, yang saat itu masih bagian dari Jawa Barat, membangun Tugu Mauk sebagai salah satu kenangan sejarah akan keberanian Otto Iskandar Dinata. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Maya Aulia Aprilianti
Ita Lismawati F Malau
Maya Aulia Aprilianti
EditorMaya Aulia Aprilianti
Follow Us