TPS3R Batan Indah, Tangsel (IDN Times/Muhamad Iqbal)
TPS3R ini dikelola oleh 13 orang pekerja. Tiga di antaranya merupakan petugas yang ditugaskan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan. Selebihnya adalah pekerja yang diupah secara urunan untuk bertugas operasional harian, mulai dari pengangkutan, pemilahan, hingga pengolahan.
Menurut Sunarto, kunci keberhasilan TPS3R Batan Indah bukan semata-mata alat atau teknologi, melainkan perubahan perilaku warga. Semua dimulai dari pemilahan sampah sejak dari rumah.
“Kita bisa cukup lancar karena sudah sosialisasi pemilahan dari hulu. Sampah dari 1.150 KK itu dipilah dari rumah,” ujarnya.
Namun, proses menuju kedisiplinan itu tidak mudah. Di awal, Sunarto mengakui pendekatan personal sering menemui jalan buntu. Warga mempertanyakan mengapa mereka harus memilah sampah padahal sudah membayar iuran.
“Saya pernah mikir, kalau saya yang ngomong, warga bilang, ‘Pak, saya kan sudah bayar, masa disuruh milah repot-repot.’ Bahkan ada yang nyeletuk, ‘Kamu itu siapa?’,” kata Sunarto.
Dari situ, ia mengubah strategi. Sosialisasi tidak lagi hanya dilakukan oleh pengelola TPS3R, tetapi melibatkan struktur paling dekat dengan warga: RT dan RW.
“Saya pakai taktik RW. RW itu aparat pemerintah. Ada daya paksa. Kalau saya senjatanya tumpul, kalau RW itu pelurunya tajam,” ujarnya.
Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan masif. Seluruh 22 RT dalam satu RW dikumpulkan. Setelah diberi waktu satu minggu, sosialisasi dilakukan dari pintu ke pintu, RT demi RT, selama 22 hari berturut-turut.
Dalam setiap pertemuan, warga diajari cara memilah sampah secara sederhana: organik dan anorganik. Sampah dapur dimasukkan ke plastik hitam, sementara sampah lain dipisahkan.
“Kita juga tegas. Kalau tidak dipilah, tidak diangkut. Awalnya ribut. Tapi itu tekanan yang memang harus ada,” kata Sunarto.
Hasilnya, menurut dia, mencolok. Sekitar 80 persen warga kini tertib memilah sampah. Bagi Sunarto, ini menjadi indikator keberhasilan utama.
“Orang Indonesia itu sebenarnya bisa. Kalau aturannya tegas dan ada sanksinya, ya manut,” katanya, seraya membandingkan dengan perubahan perilaku penumpang kereta setelah aturan ditegakkan secara konsisten.