AirNav Antisipasi Cuaca Ekstrem Saat Liburan Nataru 2025/2026

- Cuaca ekstrem bisa mengganggu jadwal penerbangan saat NataruGangguan yang dimaksud seperti terjadinya keterlambatan dalam jadwal penerbangan, akibat landasan yang tidak bisa dilalui, hingga permintaan divert.
- Beberapa wilayah udara di Indonesia menjadi perhatian lebih untuk penerbangan lantaran cuaca ekstrem selama periode Nataru.
- Abu vulkanik, balon udara, hingga layang-layang juga jadi tantangan penerbangan
Tangerang, IDN Times - Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia (AirNav) mengantisipasi adanya cuaca ekstrem yang terjadi dalam periode libur Natal 2025 dan tahun baru (Nataru) 2026.
Direktur Operasi AirNav Indonesia Setio Anggoro mengatakan, dalam mengantisipasi cuaca ekstrem, pihaknya pun terus meningkatkan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk mengetahui informasi terkini.
"Karena, hingga Januari 2026 diprediksi cuaca ekstrem sehingga, beberapa langkah kami lakukan, untuk mencegah terjadinya gangguan," katanya, Kamis (13/11/2025).
1. Cuaca ekstrem bisa mengganggu jadwal penerbangan saat Nataru

Gangguan yang dimaksud seperti terjadinya keterlambatan dalam jadwal penerbangan, akibat landasan yang tidak bisa dilalui, hingga permintaan divert.
"Adanya banyak hal gangguannya, makanya kami terus kuatkan koordinasi baik dengan BMKG, pengelola dan airlines," ujarnya.
2. Terdapat wilayah yang diwaspadai

Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi AirNav Indonesia, Capt. Nurcahyo Utomo mengungkapkan, terdapat beberapa wilayah udara di Indonesia yang menjadi perhatian lebih untuk penerbangan lantaran cuaca ekstrem selama periode Nataru. Khusus November 2025, daerah yang diwaspadai adalah Lampung, Kalimantan, dan Makassar.
"Untuk Desember 2025 sampai Januari 2026 itu diprediksi akan bergeser ke Pulau Jawa, Sumatra Utara, dan NTT," tuturnya.
Ia mengungkapkan, dalam beberapa kesempatan pun, terdapat pilot yang meminta untuk menghindari awan di daerah yang berpotensi cuaca buruk. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan resiko dan beban kerja dari petugas ATC.
"Karena petugas ATC perlu untuk memperhitungkan jalur melambung itu, apakah terlalu dekat dengan pesawat lain," ungkapnya.
3. Abu vulkanik, balon udara, hingga layang-layang juga jadi tantangan penerbangan

Selain itu, AirNav juga meningkatkan pengawasan terhadap faktor risiko abu vulkanik, balon udara dan layang-layang liar, serta satwa liar di sekitar bandara. Selain itu, keamanan siber diperkuat melalui Security Operation Center (SOC) dan CSIRT yang siaga selama 24 jam setiap harinya, termasuk berbagi informasi ancaman dengan Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN).
“AirNav Indonesia memastikan seluruh layanan navigasi di 302 unit pelayanan dari Sabang hingga Merauke berada dalam kondisi siaga penuh untuk mendukung kelancaran perjalanan masyarakat. Intinya, ruang udara dijaga, sistem dijaga, dan manusia di dalamnya juga dijaga,” kata dia.


















