Mendes: Baru 26 Persen Desa di Indonesia yang Peduli Stunting

- Mendes instruksikan kades gunakan Dana Desa untuk penanganan stunting
- Kemendes berkolaborasi dengan kementerian lain dalam menangani stunting
- Ada 15 desa yang diberi penghargaan lantaran mampu berantas stunting
Tangerang, IDN Times - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto mengungkapkan, baru 26 persen desa di Indonesia yang peduli dengan permasalahan stunting. Padahal, berdasarkan data tahun 2024, kasus stunting di Indonesia mencapai 19,8 persen atau setara dengan 4,5 juta anak.
"Makanya, ini jadi PR kita semua karena kalau stunting ini kita gerakan dan fokuskan dari desa, maka angka stunting itu bisa diturunkan mungkin bisa di bawah 10 persen," kata Mendes Yandri usai memberikan penghargaan kepada desa berkinerja terbaik di Tangerang, Rabu malam (8/10/2025).
1. Mendes juga menginstruksikan kades untuk menggunakan Dana Desa untuk penanganan stunting

Mendes Yandri juga menginstruksikan para kepala desa (kades) di seluruh Indonesia agar menggunakan Dana Desa untuk penanganan stunting di wilayahnya. Pasalnya, Dana Desa memang diperuntukkan untuk menangani permasalahan-permasalahan di desa masing-masing sesuai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Desa (Permendes) Nomor 2 tahun 2024 Tentang Petunjuk Operasional Atas Fokus Penggunaan Dana Desa Tahun 2025.
"Itu mengatur fokus Dana Desa untuk ketahanan pangan 20 persen, untuk kemiskinan ekstrem 15 persen, untuk yang lain kami atur, juga termasuk stunting," ungkap Mendes.
Meski begitu, dalam Permendes tersebut, tidak disebutkan berapa persentase yang harus dialokasikan dari dana desa untuk penanganan stunting. Pasalnya, hal tersebut harus disesuaikan dengan kasus stunting yang ada di masing-masing desa.
"Jadi kami cantumkan disesuaikan dengan masing-masing desanya, karena kalau Desa Mandiri sudah tidak ada kasus stunting," jelasnya.
2. Kemendes juga berkolaborasi dengan kementerian lain dalam menangani stunting

Mendes Yandri menegaskan, untuk menangani stunting yang angkanya masih memprihatinkan tersebut, dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menanganinya. Salah satunya yakni adanya Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kependudukan, dan kementerian lainnya dalam hal penanganan stunting.
"Karena ada banyak faktor penanganan stunting, ada intervensi dari desa, ada dari sisi gizi, sumber daya manusianya, makanya kami juga sudah minta kepala desa untuk pendamping desa agar target zero stunting tercapai," tuturnya.
3. Ada 15 desa yang diberi penghargaan lantaran mampu berantas stunting

Dalam kesempatan tersebut, Mendes Yandri memberikan langsung penghargaan kepada 15 desa yang dinilai menjadi Desa Berkinerja Terbaik dari 75.753 desa lainnya. Penilaiannya, dari seberapa masifnya desa tersebut menangani stunting sehingga angka kasus stunting bisa hilang di desa tersebut.
"Desa yang mendapat penghargaan akan menjadi contoh buat desa-desa yang ada di Indonesia, termasuk kader pembangunan manusia yang sudah mendampingi," jelasnya.
Adapun, desa yang berhasil meraih penghargaan tersebut diberikan dana tambahan Rp10 juta per desa. Diharapkan, dana tersebut bisa digunakan kembali untuk membangun desa dan menangani permasalahan-permasalahan lain di masing-masing desa.
"Saya berharap kader pembangunan manusia yang selama ini saya sangat yakin bekerjanya siang-malam sangat ikhlas, sangat tulus sehingga melahirkan desa-desa yang peduli terhadap stunting," pungkasnya.