Seru! Debat Transisi Energi Universitas Syah Kuala Vs IPB University

- Tim Pro dari Universitas Syiah Kuala dan IPB University memperjuangkan bioetanol sebagai kunci transisi energi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
- Bioetanol dianggap sebagai solusi penanganan sampah hasil pertanian dan dapat mengurangi beban fiskal negara dari kebergantungan energi fosil.
- Tim Kontra menolak bioetanol sebagai model transisi energi yang lebih ideal, karena permintaan bioetanol menurun setiap tahun dan mayoritas negara menuju elektrifikasi.
Tangerang, IDN Times - Adu argumentasi dan data Universitas Syiah Kuala dan IPB University di di babak perempat final Liga Debat Mahasiswa IDN Times 2025, Rabu (28/5/2025), berlangsung sengit. Topik atau mosi debat kali ini adalah Pengembangan Bioetanol dan Biorefinery Merupakan Strategi Kunci Bagi Kepemimpinan Energi Indonesia di Tingkat Global.
Tim Pro yang diisi oleh mahasiswa Universitas Syiah Kuala; Muhammad Haikal, Feira Lovia Hasibuan dan Muhammad Aulia langsung membuka debat dengan pernyataan bahwa bioetanol menjadi kunci Indonesia memimpin pasar transisi energi dunia.
1. Tim Pro ungkap bioetanol banyak manfaat bagi Indonesia

Menurut Tim Pro, Indonesia bisa mendapatkan banyak manfaat dalam menggenjot produksi bioetanol. Sejumlah manfaat tersebut yakni menjadi solusi penanganan sampah hasil pertanian, sebab menurut mereka bioetanol tak cuma berasal dari tanaman pangan, tetapi juga dari limbah pertanian.
Selain itu, bioetanol akan signifikan mengurangi beban fiskal negara dari kebergantungan energi fosil. Baik dari sisi impor migas, maupun subsidi migas.
"Ketergantungan terhadap energi fosil membebani anggaran negara dan membuat kita rentan terhadap krisis global," kata Tim Pro dalam sesi pembuka.
Tim Pro juga menekankan bahwa bioetanol jadi upaya Indonesia mandiri dalam produksi energi terbarukan, bukan meniru cara dari negara lain.
2. Tim Kontra fokus transisi energi harus elektrifikasi

Sementara Tim Kontra dalam paparan pembukanya menyatakan, bahwa model transisi energi yang lebih ideal dari bioetanol adalah elektrifikasi. Menurut Tim Kontra, bioetanol saat sudah mulai ditinggalkan oleh banyak negara dunia.
Jika bicara menjadi pemimpin dalam pasar bioetanol, menurut Tim Kontra, Indonesia akan kalah bersaing dengan produsen besar yang eksis saat ini, seperti Amerika Serikat dan Brazil.
"Permintaan bioetanol terus menurun sebanyak 5 persen setiap tahun," ungkap Tim Kontra.
Menurut Tim Kontra, Indonesia tak bisa melawan tren elektrifikasi kendaraan. Indonesia harus mengikuti pasar. Tim Kontra juga menyoroti potensi dampak krisis pangan, konflik agraria dan kerusakan lingkungan dalam produksi bioetanol.
"Mayoritas negara dunia menuju elektrifikasi. Investasi berfokus pada baterai dan energi bersih," ungkapnya.
3. Peserta bersaing sengit di sesi tanya jawab

Dalam sesi interaktif atau tanya jawab, salah satu pertanyaan yang diajukan Tim Pro dan nampak terjawab oleh tim kontra yakni soal bagaimana alat transportasi besar seperti pesawat dan kapal laut melakukan transisi energi tanpa bioetanol.
Sementara, dalam sesi yang sama, Tim Pro nampak tak bisa menjelaskan terkait data Tim Kontra bahwa pemegang mayoritas pasar bioetanol terbesar adalah Amerika Serikat dan Brazil.