Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tertipu Loker di Medsos, Warga Serang Jadi Operator Scammer di Kamboja

IS, ibu korban PSA saat melapor ke Polda Banten
IS, ibu korban PSA saat melapor ke Polda Banten (Dok. Bid Humas Polda Banten)
Intinya sih...
  • PSA tergiur lowongan kerja di media sosial
  • Dibawa ke Malaysia dan Kamboja, dipaksa bekerja sebagai scammer selama 15 jam per hari
  • Kasus dilaporkan ke Polda Banten, keluarga meminta bantuan pemerintah untuk menyelamatkan PSA
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Serang, IDN Times - Pemuda asal Cikande, Kabupaten Serang inisial PSA (26) diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dan terjebak dalam praktik kerja paksa menjadi operator Scammer atau penipuan daring di Kamboja. Kini kasus tersebut telah dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Banten pada, Rabu (26/11/2025).

Ibu korban berinisial SI mengatakan, awalnya PSA tergiur lowongan kerja yang ia temukan di media sosial. Iklan tersebut menjanjikan posisi sebagai marketing apartemen di Jakarta dengan gaji tinggi.

1. Tiba-tiba, korban diterbangkan dari Medan ke Malaysia dan kemudian Kamboja

Ilustrasi medsos (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi medsos (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam informasi di media sosial itu tercantum bahwa wawancara untuk lowongan pekerjaan sebagai marketing apartemen itu berlangsung di wilayah Setia Budi, Jakarta. SI mengaku, dia mengizinkan anaknya untuk melamar di posisi tersebut. "Keterangan dia mau memasarkan apartemen untuk tahun baru," kata SI kepada media di Mapolda Banten.

Namun, SI menambahkan setelah PSA berangkat pada 12 November 2025, perjalanan korban justru menyimpang jauh dari rencana. Anaknya malah dibawa ke Medan.
"Tiba-tiba, PSA dikirim ke Malaysia, transit sebentar langsung di kirim ke Kamboja," tambahnya.

2. Kepada keluarga, PSA mengaku bekerja sebagai scammer selama 15 jam per hari

ilustrasi scammer (freepik/jcomp)
ilustrasi scammer (freepik/jcomp)

Setibanya di Kamboja, PSA ditempatkan di wilayah perbatasan Chreythum dan dipaksa bekerja sebagai scammer atau operator penipuan daring. Dalam komunikasinya kepada keluarga, PSA mengaku dipaksa bekerja hingga 15 jam per hari, diawasi ketat, diberi makanan tidak layak, serta tinggal di fasilitas yang minim dan tidak manusiawi.

"Masuk setengah 8, keluarnya setengah 1. Pokoknya sekitar 15 jam. Ada temennya, kebanyakan orang China. Makan dikasih, yang jelas ketat pengawalan gak ada ruang gerak," katanya.

SI hanya berharap anaknya bisa segera dipulangkan dalam kondisi selamat dan memohon perhatian pemerintah dan aparat hukum untuk memberikan bantuan.
"Jujur kalau sudah terjebak di sana gak ada jalan keluar. Saya hanya ingin anak saya pulang dengan selamat," katanya.

3. Kasus ini sudah dilaporkan ke Polda Banten

IS, ibu korban PSA saat melapor ke Polda Banten
IS, ibu korban PSA saat melapor ke Polda Banten (Dok. Bid Humas Polda Banten)

SI pun meminta agar anaknya dapat segera diselamatkan oleh pemerintah, kepolisian atau KBRI, karena merasa tidak aman. Kini ia sudah melaporkan kasus tersebut ke Polda Banten.

Saat dikonfirmasi, Plh Kabid Humas Polda Banten AKBP Meryadi membenarkan adanya laporan pengaduan dugaan kasus TPPO tersebut. Saat ini pihaknya masih me dalami informasi yang disampaikan oleh orangtua korban.

Dalam laporannya, orangtua korban mengaku anaknya dipaksa menjadi operator scammer di Kamboja. Padahal, tawaran awalnya bekerja di Jakarta.
"Sudah diterima bentuknya laporan aduan karena masih di SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) soal TPPO, yang melaporkan ibunya. Kalau ada unsur pidana nanti kami dalami," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us

Latest News Banten

See More

Menteri Hanif Sebut Sudah Panggil Wali Kota Tangsel Soal TPA Cipeucang

26 Nov 2025, 16:34 WIBNews