Waspada Warning Sign Demam Berdarah Dengue, Bisa Fatal!

- Virus dengue menyerang berbagai rentang usia, dengan gejala awal demam tinggi, mual, dan lesu pada anak.
- DBD pada anak rawan menyebabkan kematian, dengan 3 fase siklus penyakit yang harus diwaspadai orang tua.
- Vaksinasi DBD efektif mencegah keparahan penyakit, namun masih dalam uji coba untuk bayi, balita, dan lansia.
Tangerang, IDN Times - Peralihan musim hujan menuju kemarau biasanya ada peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti betina ini bakal menginfeksi manusia dalam berbagai rentang usia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga lansia.
Hutomo Laksono, Dokter Spesialis Anak dari Mandaya Hospital Puri, Tangerang mengungkapkan, kasus DBD memang kerap kali dianggap remeh lantaran gejalanya yang seperti demam biasa. Namun, terdapat warning sign atau tanda bahaya dalam kasus DBD.
"Jika diabaikan bisa menyebabkan kematian," kata Hutomo.
1. Warning sign bisa menjadi tanda pasien dalam kondisi kritis

Hutomo menuturkan, virus dengue, khususnya yang terjadi pada anak, umumnya pertama kali muncul dengan disertai gejala demam yang naik turun di kisaran 40 derajat. Kemudian disertai mual, muntah, pusing, tidak nafsu makan, pada anak akan disertai lesu, rewel, dan juga ingin tidur terus.
"Sering kali kalau ke rumah sakit lalu dicek laboratorium, angka trombositnya tidak terlalu turun, tapi dilihat kekentalan darah atau hemoglobinnya sudah tinggi, ini sudah masuk masa kritis," kata Hutomo.
2. Pasien DBD rentan terkena shock syndrome

Bila telat penanganan atau tidak dibawa ke rumah sakit, dikhwatirkan akan terkena shock syndrom. Seperti muncul perdarahan, mulai dari muncul-muncul bintik merah, buang air besar yang disertai darah, mimisan, dan sebagainya.
Makanya, bila anak sudah menunjukan gejala suhu tubuh naik turun hingga 40℃, lalu bila dikasih obat penurun panas hanya turun selama 4 jam. Lalu disertai keluhan sakit atau nyeri di perut khususnya di area ulu hati, pusing, muntah-muntah bisa sampai 3 hingga 4 kali, segera bawa ke rumah sakit.
"Ini tanda penting yang bisa dipelajari orangtua. Demam mulai turun hanya di angka 38℃ sebelumnya sampai 40℃, bahkan lebih. Lalu ada keluhan lain nyeri perut, terutama di area ulu hati, pusing, muntah, cenderung tidur terus, perdarahan, rewel, segera berobat," tuturnya.
3. Kamu wajib mengenali 3 fase pada DBD

Sementara, Agnita Irawaty, Dokter Spesialis Penyakit Dalam menjelaskan, demam berdarah pada anak sangat rawan menyebabkan kematian. Dari angka yang ditunjukan Kementerian Kesehatan, usia rentan kematian pada usia 0 sampai 14 tahun.
"Pada tahun 2022, angka kematian terbanyak pada golongan usia 0 sampai 14 tahun, sebanyak 74,48 persen," katanya.
Untuk itu, Agnita mengingatkan pasien harus mengenali 3 fase pada siklus DBD. Yakni, fase pertama di hari pertama sampai ke tiga atau ke empat, penderita DBD akan demam tinggi, naik dan turun. Pada fase ini anak akan beresiko menderita dehidrasi, karena berbarengan akan disertai dengan nafsu makan kurang dan muntah.
Lalu masuk fase ke dua, yakni fase kritis, diantara hari ke 3 hingga 5. Saat ini, demam pada anak akan turun, konsisten tidak akan tinggi lagi. Namun, Hutomo menegaskan, saat inilah orang tua harus waspada, karena pada fase ini virus menyerang ketahanan tubuh, berisiko syok dan perdarahan bila telat penanganan.
"Meski demam turun, justru pada fase ini anak-anak akan lemas, maunya tiduran terus," katanya.
Berikutnya fase akhir, pemulihan hari ke 7 hingga ke 10. Sudah penyembuhan. Pasien akan merasa lebih sehat, nafsu makan sudah muncul.
4. DBD bisa dicegah dengan vaksinasi

Mandaya Royal Hospital Puri bekerjasama dengan cegahdbd.com, menggelar health talk bertema "Cara Baru Lindungi Keluarga dari DBD," diungkapkan bila penanganan DBD bisa dengan cara 3M Plus, termasuk dengan vaksinasi.
"Vaksin DBD berfungsi untuk mencegah DBD yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 dengan target sasaran usia 6-45 tahun. Vaksin DBD mengandung versi lemah dari 4 serotipe virus," ungkap Agnita.
Versi serotipe virus ini tidak dapat menyebabkan DBD, tetapi justru 'mengajarkan' sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan tubuh dari virus dengue. Ketika seseorang diberikan vaksin dengue, sistem kekebalan tubuh mereka akan mengidentifikasi serotipe yang dilemahkan sebagai benda asing dan membuat antibodi terhadapnya.
Ketika seseorang terpapar virus dengue, sistem kekebalan tubuh akan mengenalinya dan dapat dengan cepat membuat lebih banyak antibodi untuk menetralkan virus sebelum menyebabkan DBD.
“Kehadiran vaksin dengue tentunya menjadi kabar baik bagi masyarakat. Terlebih lagi, efektivitasnya dalam mengurangi risiko keparahan DBD cukup tinggi, meski saat ini vaksinasi baru diuji efektif pada usia 6-45 tahun,” ucap Agnita.
Vaksin DBD diberikan melalui suntikan di area lengan atas. Rangkaian vaksinasinya terdiri dari 2 kali suntikan yang diberikan dalam jarak tiga bulan.
"Untuk bayi dan balita juga lansia saat ini memang belum terdapat ujicoba efektif vaksin tersebut, karena risikonya yang rentan, makanya harus dikenali dan diwaspadai DBD pada 3 golongan tersebut apalagi jika memikiki komorbid," tuturnya.